07 September 2008

Kisah Penuh Hikmah (5)



“ Bísmíllaahírrahmaanírrahím ”


" Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman, beramal-saleh,
saling menasehati dalam kebenaran dan
saling menasehati dengan kesabaran." (QS. 103:1~3)
***

"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku." (Hadith)
***

Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu amal
yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya
meskipun dia sudah mati.
***

Ya Allah kalau Engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga …
Tetapi kalau aku Kau masukkan ke dalam neraka,
aku tidak akan tahan,
aku tidak akan kuat ya Allah,
maka terimalah saja taubatku ini….…

***

( 1 )
RAHMAT ALLAH

Salah satu sifat yang dimiliki Allah SWT dari 99 nama-Nya adalah Ar Rahman yang mengandung makna kelemah-lembutan, kasih sayang dan kehalusan. Kalau kita sebut mendapat rahmat Allah, itu berarti seseorang memperoleh kasih sayang dari Allah SWT. Dengan kata lain, rahmat Allah adalah karunia Allah berupa kenikmatan, rizki, kebahagiaan dan ketentraman hidup di dunia maupun di akhirat.
Sebagai manusia apalagi sebagai muslim, kita tentu amat mengharapkan rahmat dari Allah SWT sehingga kita selalu ber-do’a, baik di dalam shalat maupun di luar shalat untuk bisa memperoleh rahmat Allah. Hal ini karena orang yang mendapat rahmat Allah tentu saja tergolong kedalam kelompok orang yang beruntung sebagaimana firman Allah yang artinya: “Kemu-dian engkau berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmt-Nya atasmu, niscaya engkau tergolong orang-orang yang rugi ( Al Baqarah: 64).
Bahkan di dalam ayat lain, keuntungan orang yang mendapat rahmat Allah itu akan dijauhkan dari azab-Nya, Allah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata” (Al An’am:16).

KIAT MERAIH RAHMAT
Untuk memperoleh rahmat Allah, tentu saja tak cukup hanya sekedar berdo’a. Ada sejumlah usaha yang harus kita lakukan dan sifat yang harus kita miliki, kesemuanya itu berkisar pada kebajikan, ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa rahmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya amat terkait dengan apakah mereka melaksanakan dan memper-juangkan tegaknya nilai-nilai kebajikan atau tidak..
Pertama, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang, berat maupun ringan, waktu sendiri atau bersama orang lain. Tegasnya, kalau mau mem-peroleh rahmat Allah kita harus taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: ‘Dan taatilah Allah dan Rasul supaya engkau diberi rahmat’ (Ali mran:132).
Kedua, harus tolong menolong dalam kebaikan, melak-sanakan amar ma’ruf dan nahi munkar, mendirikan shalat sehingga memberi pengaruh yang besar dalam bentuk meng-hindari perbuatan keji dan munkar serta menunaikan zakat agar menjadi suci jiwa kita, terjembatani hubungan antara yang kaya dengan yang miskin serta kemiskinan bisa diatasi secara ber-tahap. Perbuatan yang disebutkan ini bisa menjadi sebab sese-orang memperoleh rahmat Allah karena perbuatan semacam itu tergolong kedalam kelompok perbuatan yang bajik dan Allah amat menyenangi segala bentuk kebajikan, karenanya wajar saja kalau rahmat Allah akan diberikan kepada orang yang mela-kukan hal-hal semacam itu, hal ini difirmankan Allah yang arti-nya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesung-guhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “(At Taubah:71)
Ketiga, Iman yang kokoh sehingga bisa dibuktikan dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak meskipun hambatan, tan-tangan dan rintangan selalu menghadang, namun dia tetap Isti-qomah dalam keimanannya sehingga dengan keimanannya yang mantap itu, kesusahan hidup tidak membuatnya harus berputus asa, sedang kesenangan hidup tidak membuatnya menjadi lupa diri, inilah yang kita maksud dengan istiqomah, dan iman serta istiqomah seperti itulah yang kelak akan membuat seorang mu’min memperoleh rahmat dari Allah SWT. Hal ini difirman-kan Allah yang artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka kedalam rahmat yang besar dari-Nya (sorga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya” (An Nisaa’: 175).
Disamping itu, iman dan istiqomah harus disertai dengan hijrah, yakni meninggalkan segala bentuk larangan Allah dan berjihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya, hal ini difir-mankan Allah yang artinya: “Orang-orang yang beriman, ber-hijrah dan berjihad adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan sorga, mereka memperoleh dida-lamnya kesenangan yang kekal” (At Taubah:20-21, Al Baqarah: 218)
Ke-empat; mengikuti Al Qur’an dan selalu bertaqwa kepada Allah serta menunaikan zakat, hal ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia apabila ia ingin memperoleh ketaqwaan kepada Allah SWT, karenanya untuk meraih rahmat Allah manusia harus bertaqwa kepada-Nya, sedang untuk bisa bertaqwa harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ini berarti, amat mustahil bagi manusia untuk bisa bertaqwa kepada Allah apabila Al-Qur’an tidak diikutinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya: “Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikuti-lah dia dan bertakwalah agar engkau diberi rahmat.” (Al An’aam: 155).
Pada ayat lain, disamping harus mengikuti Al-Qur’an sebagai aktualisasi dari keimanan kepada-Nya dan bertaqwa. Untuk memperoleh rahmat Allah, seorang muslim juga harus berzakat dan memantapkan iman kepada ayat-ayat Allah. Zakat merupa-kan kewajiban kaum muslimin yang memiliki kemampuan dan Allah amat senang kepada orang yang menunaikannya dan selalu memperkokoh keimanan kepada Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat Allah menjadi keharusan untuk bisa memahami dan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalamnya, Allah berfirman yang artinya: “Maka Aku akan tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami “ (Al A’raaf: 156)
Kelima, berbuat baik, yakni perbuatan apa saja yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengganggu orang lain, bahkan orang lain bisa merasakan manfaat baiknya, sekecil apapun manfaat yang bisa dirasakannya. Allah berfirman yang artinya: “Dan janganlah engkau membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (Al A’raaf:56).
Ke-enam, mendengarkan bacaan Al-Qur’an apabila sedang dibacakan, hal ini karena, Al-Qur’an merupakan kala-mullah atau perkataan Allah, sebab jangankan Allah, pembi-caraan sesama manusia saja harus kita dengarkan atau kita perhatikan, apalagi kalau ucapan Allah yang tentu harus lebih kita perhatikan. Manakala seorang muslim telah mendengarkan Al-Qur’an bila dibacakan, maka Allah senang pada orang terse-but sehingga Allah mau memberi rahmat kepadanya. Allah berfirman yang artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar engkau mendapat rahmat (Al A’raaf:204).
Ketujuh, taubat dari segala dosa yang telah dilakukan, hal ini karena secara harfiyah, taubat berarti kembali, yakni kem-bali kepada Allah. Orang yang berbuat dosa adalah orang yang menjauhi Allah sehingga karena sudah merasa jauh dari Allah dia merasa leluasa untuk melanggar ketentuan yang selama ini ditaatinya. Dengan taubat, manusia berarti mau mendekati Allah lagi dan Allah senang kepada siapa saja yang mau bertaubat, sebanyak apapun dosa yang sudah dilakukannya.
Namun taubat itu bukanlah sekedar mengucapkan istigh-far, tapi menyadari terhadap kesalahan yang dilakukan. Menye-sali, bertekad untuk tidak mengulanginya dan membuktikan bahwa dia betul-betul telah meninggalkan segala perbuatan salahnya dengan menggantinya dengan segala kebaikan, inilah yang membuat Allah cinta kepadanya sehingga rahmat Allah akan diberikan kepadanya, hal ini difirmankan Allah yang ar-tinya: “Dia (Nabi Shaleh) berkata: Hai kaumku mengapa engkau minta disegerakan keburukan sebelum (engkau minta) kebaik-an?. Hendaklah engkau minta ampun kepada Allah, agar engkau mendapat rahmat (An Naml: 46).
Ayat yang menyebutkan kecintaan Allah kepada orang yang bertaubat adalah yang artinya: “Sesungguhnya Allah men-cintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri.” (Al Baqarah: 222).
Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikehen-daki-Nya, sedang Allah baru menghendaki memberikan rahmat kepada seseorang, manakala orang tersebut telah melakukan atau memiliki sifat-sifat yang membuatnya pantas memperoleh rahmat dari Allah SWT.
Persoalan sekarang adalah, apakah kita mau atau tidak dengan rahmat Allah itu, bila mau maka keharusan bagi kita untuk berusaha dengan usaha yang telah digariskan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an sebagaimana yang kita bahas dalam tulisan yang singkat ini..

( 2 )
HUKUMAN SEBAGAI TANDA CINTA
"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesa-lahannya sampai disempurnakannya pada hari qiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi). Hadith di atas bersumber dari Abdullah bin Mughaffal. Menurut Al-Haitsami, periwayatan hadith ini shahih.
Diriwayatkan bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!" Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok dan terluka.
Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pe-ngalaman yang baru saja dialaminya. Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi
baik." Selanjutnya beliau bersabda, sebagaimana dalam hadith di atas.
Dalam riwayat At-Turmidzi, hadith itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, "Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya."
Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwu-judkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan itu justru sering berbentuk --oleh sebagian orang disebut-- adzab. Sebenarnya bukan adzab, tapi yang tepat adalah ujian. Berat ringannya ujian tergantung kepada kuat tidaknya iman seseorang.
Orang yang paling disayangi dan dikasihi Allah adalah para Nabi dan Rasul. Justru mereka adalah orang yang paling berat mene-rima ujian semasa hidupnya di dunia. Ujian mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada siapapun juga. Demikian secara berurutan, para syuhada' dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan. "Kami beriman", Allah langsung menyiap-kan ujian baginya.
Allah berfirman: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan 'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3)
Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus, tapi sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadar-kannya.
Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana hadith di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar atas kekeliruannya, dan tidak mengulang kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.
Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak. Bukankah setiap dosa akan ditimbang dan dibalas sesuai dengan bobotnya? Dengan kecelakaan itu ia bertobat. Dengan bertobat, maka terhapuslah dosanya. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai diri-nya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu, jika mengalami suatu musibah, jangan cepat-cepat mengeluh. Cari dulu sebab musababnya. Jangan-jangan musibah itu merupakan teguran dari Allah SWT atas berbagai kesalahan yang telah kita lakukan. Mungkin saja musibah itu nampak tidak ada kait-annya sama sekali, tapi cobalah untuk mengurut-urut beberapa lang-kah yang pernah kita lakukan sebelumnya.
Kasih sayang Allah tidak selalu berwujud kesenangan, melimpahnya harta, tercapainya segala keinginan, dan jauh dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka.


( 3 )
PEMUDA BURUK RUPA

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.
Nabi Daud mempunyai sebuah majelis, dan disanalah Ia menga-jarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepa-danya. Di majelis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata.
Pokoknya dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menye-jukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubarpun ia masih mere-nung seoang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengu-capkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.
Suatu hari, datang ke majelis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya. “Aku diutus Allah untuk menca-but nyawanya minggu depan,” kata Izrail sambil menunjuk ke-pada sang pemuda. Kontan, setelah mendengar penjelasan ter-sebut nabi Daud pun jatuh iba pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya. “Hai pemuda, sudahkah kau menikah?” tanya nabi Daud pada sang pemuda. “Belum,” jawabnya jujur.
Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka ber-tambah ibalah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya surat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud memi-nang salah satu putrinya untuk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud. Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majelis nabi Daud. “Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu,” sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis. “Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sedahsyat itu,” jawab sang pemuda. Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. Nabi Daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majelisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu.
Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majelis nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail. “Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu ?” tanya nabi Daud as. “Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi,” Jelas Izrail.
( 4 )
JIBRIL BERDOA
MUHAMMAD MENG-AMINKAN

Kisah ini terjadi pada diri Rasulallah dan para sahabatnya. Saat itu malam hari raya iedul fitri seperti biasanya Rasul dan para sahabat membaca Takbir,Tahmid dan Tahlil di Masjidil Haram.
Saat sedang bertakbir, tiba-tiba rasulallah keluar dari kelompok dan menepih kearah dinding. Kemudian Rasullah mengangkat kedua tangannya (layaknya orang berdoa) saat itu Rasul mengatakan amin sampai tiga kali.
Setelah Rasul mengusapkan kedua tangan diwajahnya (layaknya orang selesai berdoa) para sahabat mendekat dan bertanya : Ya Rasul apa yang terjadi sehingga engkau meng-angkat kedua belah tanganmu sambil mengatakan ‘amien’ sampai tiga kali ?
Jawab Rasul : Tadi saya didatangi Jibril dan meminta saya mengamin-kan doanya.? Apa gerangan doa yang dibacakan Jibril itu ya Rasul ? tanya sahabat kemudian Rasul menjawab : Kalau kalian ingin tahu inilah doa yang disampaikan Jibril dan saya mengaminkan? :
1. Ya Allah ya Tuhan kami; Janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia masih bersalah kepada orang tuanya dan belum dimaafkan?. Rasul mengatakan ‘Amien’
2. Ya Allah ya Tuhan kami; Janganlah diterima amal ibadah kaum muslimin selama bulan Ramadhan apabila suami isteri masih berselisih dan belum saling memaafkan.? Rasul mengatakan ‘amien’
3. Ya Allah ya Tuhan kami; janganlah diterima amal Ibadah kaum Muslimin selama bulan Ramadhan apabila dia dengan tetangga dan kerabatnya masih berselisih dan belum saling Memaafkan.? Rasul mengatakan ‘amien’
Demikianlah doa yang dibaca Jibril sehingga Rasul mengaminkan sampai tiga kali. Namun disini ada 4 Faktor yang membuat doa tersebut pasti dikabulkan Allah yaitu:
1. Yang berdoa Jibril Mahluk yang sejak diciptakan tidak pernah membantah dan berbuat dosa kepada Allah
2. Yang mengaminkan doa tersebut Muhammad manusia Ma’sum yang telah diampuni semua dosanya
3. Tempat berdoa adalah Masjidilharam tempat yang mendapat berkah dari Allah
4. Waktu berdoa adalah malam iedul fitri yaitu satu diantara sepuluh malam jika kita berdoa langsung di ijabah oleh Allah.
Jadi jika kita ingin Amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah maka hindarilah tiga yang diatas. Karena selama tiga persoalan diatas belum diselesaikan maka amal ibadah kita selama bulan ramadhan masih dipending oleh Allah sam-pai kita menyelesaikannya. Dikisahkan oleh Buhari Muslim dari Huzaifah dan Anas r.a Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: “Barang siapa yang menjurusi satu jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah akan mempermudahkan padanya jalan ke sorga.” (Sahih Muslim)

( 5 )
DZIKIR HARIAN
ANJURAN IMAM AL GHAZALI

Jumaat -Ya Allah
Sabtu -Laa ila ha il lallah (Tiada Tuhan melainkan Allah)
Ahad -Yaa Hayyu Yaa Qayyum (Ya Allah yang maha hidup lagi berdiri dengan sendirinya)
Isnin -La hawla wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim (Tidak ada upaya dan kekuatan melainkan dengan kuasa Allah yang maha tinggi dan maha besar)
Selasa -Allahumma shalli ‘ala saiyidina Muhammad (Ya Allah rahmatilah ke atas Nabi Muhammad saw)
Rabu -Astaghfirullahal-‘azhim (Aku mohon ampun kepada Allah yang maha besar)
Khamis -Subhanallahil-‘azhimi wa bihamdih (Maha suci Allah yang maha besar dan pujian kepadaNya)

( 6 )
C I N T A

“Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya karena Allah, lalu Allah mengutus malaikat untuk mengawasi-nya. Kemudian malaikat bertanya,” Engkau hendak kemana?” Ia menjawab,”Saya hendak mengunjungi saudara saya si Fulan.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah ada suatu keperluan un-tukmu?” Ia menjawab,”Tidak.” Malaikat bertanya lagi,”Apakah karena engkau ingin mendapatkan kesenangan (suatu kenik-matan) darinya?” Ia menjawab, “Tidak.” “Saya mencintainya karena Allah.” Malaikat berkata,” Sesungguhnya Allah telah menyuruhku datang kepadamu untuk memberitahukan kepada-mu bahwa Dia mencintaimu seperti engkau mencintainya karena Allah.”(HR Muslim) “Apabila Allah mencintai hamba-Nya, maka malaikat Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, karena itu cintailah dia!” Maka seluruh penghuni langit mencintai orang tersebut kemudian cinta itu pun diterima dibumi. “(HR Muslim)
“Demi Dia yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, eng-kau tidak akan masuk surga hingga engkau beriman, dan engkau tidak akan beriman sehingga engkau saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang jika engkau lakukan pasti engkau saling mencintai? Sebarkan salam di antara engkau. “(HR Muslim)
“Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, maka ia tidak boleh menganiaya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolongnya untuk memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan suatu kesusahan dari seorang muslim (saudaranya), maka Allah akan menghilangkan kesusahannya dari bermacam-macam kesusahan di hari qiamat. Dan barang-siapa menutupi kekurangan seorang muslim (saudaranya), maka Allah akan menutup kekurangannya pada hari qiyamat. “(HR Bukhori dan Muslim)
“Tidak sempurna iman salah seorang diantara engkau sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”(HR Bukhori dan Muslim)

( 7 )
T A K U T

Rasa takut (khauf) selalu ada pada diri manusia. Ia muncul silih berganti dengan perasaan-perasaan lainnya. Meski keberadaannya wajar, namun umumnya manusia selalu berusaha menghilangkan rasa takut.
Bahkan, sebisa mungkin menggantikannya dengan kebera-nian (saja’ah). Maka, tak berlebihan bila Ibnu Hazm, dalam al-Akhlaq washiyar mengatakan, "Tak ada satu tujuan pun yang dicari manusia dalam hidup ini kecuali untuk menghilangkan perasaan takut dan duka cita."
Memang, usaha menghilangkan perasaan ini menjadi tuju-an inti, bahkan merupakan motif utama yang mendasari seluruh perbuatan dan aktivitas manusia. Orang mencari kekayaan dan harta sebanyak-banyaknya pada hakekatnya berusaha untuk menghilangkan ketakutan dan kemiskinan. Orang mencari popu-laritas merupakan usaha menolak ketertindasan dan perbudakan. Orang mencari ilmu pengetahuan karena takut akan bodoh dan dungu. Orang mencari kawan karena ingin membuang kesunyian dan keterasingan. Sejarah mencatat bagaimana Qarun tamak menimbun harta, karena takut akan kemiskinaan dan kehilangan harta. Fir’aun la’natullah ‘alaihi, juga takut jabatan dan kekua-saan tercabut dari genggamannya. Maka ia bunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Tapi, cukupkah manusia dengan rasa takut seperti itu? Tidak. Ia membutuhkan dimensi lain dari rasa takutnya. Yaitu rasa takut ukhrawi. Rasa takut seperti inilah sebenarnya yang bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup. Karena ia bermuara pada maghfirah Allah. Begitulah para salafushalih mencontohkan.
Umar bin Abdul Aziz, sewaktu kecil sangat peka dan mudah berurai air mata karena rasa takutnya kepada Allah SWT. Suatu hari, ibunya menjumpai Umar kecil sedang mena-ngis di kamar. Melihat itu, ibunya menghampiri dan merengkuh puteranya ke dalam pelukan. Sang ibunda lalu menanyakan perihal kesedihannya. "Tiada sesuatu pun wahai Ibunda, hanya saja ananda takut karena teringat akan mati," jawab Umar tulus.
Shalih Ibnu Kaisan, seorang ulama besar Madinah (guru dari Umar bin Abdul Aziz), mengisahkan masa kecil Umar. "Saya belum pernah mendengar seseorang yang demikian besar rasa takutnya kepada Allah SWT melebihi Umar." Sedangkan Fatimah, istri Umar mengatakan, "Ia selalu mengingat Allah meskipun di tempat tidurnya, tubuhnya gemetar laksana seekor burung pipit yang kedingingan karena rasa takutnya. Bahkan aku sering berkata dalam hati, jangan-jangan esok hari, saat semua orang bangun dari tidurnya, mereka telah kehilangan khalifah mereka." Sementara Ali bin Zaid memberitahukan, Umar bin Abdul Aziz selalu ketakutan seakan-akan neraka itu diciptakan untuk dirinya saja."
Takut seperti ini akan melahirkan jiwa-jiwa muttaqin. Bu-kan seperti takutnya manusia kepada sesamanya, binatang atau sesuatu lainnya. Namun takut yang diliputi oleh hati yang khusyu’ dan menerima ketentuan qadar-Nya. Takut kalau dijauhkan rahmat dan barakah-Nya. Seperti ditulis Najati dalam Al-Qur’an wa ‘ilmun nafs, bahwa takut kepada Allah di samping melahirkan sikap muttaqin, juga dapat menghindarkan diri dari bahaya. Sebab, rasa takut membuat orang selalu berfikir dan berhati-hati dalam melangkah, serta mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi.

( 8 )
PRASANGKA

Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (At Taubah : 12)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda “Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena berpra-sangka merupakan seburuk-buruk pembicaraan, serta janganlah kalian meraba-raba dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Janganlah kalian saling berdebat, saling hasut-menghasut, saling benci-membenci dan saling belakang-membelakangi, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan kepada kalian. Orang Islam adalah saudara bagi orang Islam yang lain, tidak boleh saling menganiaya, mem-biarkan, mendustakan, dan saling menghina. Takwa itu disini dan (sambil) beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke dadanya tiga kali. Cukuplah seseorang dikatakan orang jahat (buruk perangai) apabila dia menghina saudaranya yang Islam. Setiap orang Islam terhadap orang Islam yang lain adalah haram darahnya, kehor-matannya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak memandang tubuh, rupa, dan amal-amal perbuatanmu, tetapi Allah meman-dang kepada hatimu.” (HR.Bukhari & Muslim)
“Gossip” mungkin kata ini bisa mewakili sebagian dari gambaran diatas. Ia sudah tidak asing lagi di telinga kita & se-ringkali menjadi tema pembicaraan sehari-hari, dan bahkan men-jadi acara TV yang digemari. Dengan atau tanpa disadari, se-ringkali kita terperangkap didalamnya. Awalnya mungkin hanya sekilas mendengar, lalu menyimak, dan akhirnya ‘urun rembug’. “Seru” memang kala bergossip ria, tapi apakah kita sadar sebagian besar gossip itu adalah prasangka, dan kemungkinan besar orang yang menjadi objek gossip itu akan sakit hati atau bahkan menimbulkan fitnah, apakah kita mau, jika suatu saat, kitalah yang menjadi objek..?
Pada hadith yang lain, dari Ibnu Mas’ud ra, bahwasanya ada seseorang yang dihadapkan kepadanya, kemudian dikatakan bahwa si Fulan itu jenggotnya masih meneteskan minuman keras, kemudian Ibnu Mas’ud berkata : “Sesungguhnya kami telah dilarang untuk mencari-cari kasalahan, tetapi kalau kami benar-benar mengetahui adanya suatu penyelewengan, maka kami pasti akan menghukumnya.” (HR. Abu Dawud)
Dan surat Al Hujurat : 11, Allah berfirman : “Hai Orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (ka-rena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan), lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah engkau mencela dirimu sendiri dan janganlah engkau panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan itulah orang-orang yang dzlim.”

( 9 )
DAPAT PAHALA HAJI MABRUR,
TAPI TIDAK HAJI

Sa’id Ibnu Muhafah, Tukang Sol sepatu yang menda-patkan pahala haji mabrur, padahal ia tidak haji, suatu ketika Hasan Al-Basyri menunaikan ibadah haji. Ketika beliau sedang istirahat, beliau bermimpi. Dalam mimpinya beliau melihat dua Malaikat sedang membicarakan sesuatu.
“Rasannya orang yang menunaikan haji tahun ini, banyak sekali” Komentar salah satu Malaikat
“Betul” Jawab yang lainya.
“Berapa kira-kira jumlah keseluruhan?”
“Tujuh ratus ribu”
“Pantas”
“Eh, engkau tahu tidak, dari jumlah tersebut berapa kira-kira yang mabrur”,
Selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang-orang haji tahun itu
“Wah, itu sih urusan Allah”
“Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur”
“Kenapa?”
“Macam-macam, ada yang karena riyak, ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali-kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainnya’
“Terus?”
“Tapi Masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur tahun ini”
“Lho katannya tidak ada”
“Ya, karena orangnya tidak naik haji”
“Kok bisa”
“Begitulah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq”
Mendengar ucapan itu, Hasan Al-Basyri langsung terba-ngun. Sepulang dari Makkah, ia tidak langsung ke Mesir, Tapi langsung menuju kota Damsyiq (Siria). Sesampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, ditepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana Hasan Al-Basyri mene-mukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah engkau bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Hasan Al-Basyri
“Betul, kenapa?”
Sejenak Hasan Al-Basyri kebingungan, dari mana ia me-mulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mim-pinya. “Sekarang saya anya, adakah sesuatu yang telah engkau perbuat, sehingga engkau berhak mendapatkan pahala haji ma-brur, barang kali mimpi itu benar” selidik Hasan Al-Basyri sam-bil mengakhiri ceritanya.
“Saya sendiri tidak tahu, yang pasti sejak puluhan tahun yang lalu saya memang sangat rindu Makkah, untuk menunaikan ibadah haji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Dan pada tahun ini biaya itu sebenarnya telah terkumpul”
“Tapi engkau tidak berangkat haji”
“Benar”
“Kenapa?”
“Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat”
“Terus?”
“Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anak-nya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga
saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak.
Akhirnya saya tanya kenapa?.. “daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan” katanya
“Kenapa?” tanyaku lagi ,
“Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan,”
Jawabnya sambil menahan air mata.
Mendengar ucapan tersebut sepontan saya menangis, lalu saya pulang, saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun me-nangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk dia”
Mendengar cerita tersebut Hasan Al-Basyripun tak bisa mena-han air mata. “Kalau begitu anda memang patut mendapat-kanya” Ucapnya.
Kisah ini diceritakan oleh Imam dan Khotib Masjid Rohmah, Cairo Egypt. Shahih tidaknya tidak disebutkan. Meski demikian kisah ini perlu menjadi renungan.

( 10 )
I K H L A S (1)

Ikhlas. Inilah kata yang mudah sekali diucapkan -saya rela kok, saya ikhlas kok- tetapi sangat susah diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari. Karena ikhlas adalah amalan hati. Karena ikhlas tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kita hanya dapat melihat dari tanda-tandanya. Itupun tidak pasti. Inilah (mungkin) sebagian makna dari keikhlasan:
Ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak menda-pat pujian dari orang lain, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak diekspos oleh media massa/elektronik, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata mendapat tanggapan yang negatif oleh orang lain, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata tidak dicatat oleh sejarah, disitulah makna keikhlasan; ketika kebaikan yang kita lakukan ternyata merugikan diri kita sendiri secara lahiriah, disitulah makna keikhlasan; dan seterusnya.
Ada ataupun tidak ada orang lain kita tetap melakukan kebaik-an; dicatat ataupun tidak dicatat oleh sejarah kita tetap melakukan kebaikan; diekspos ataupun tidak oleh media mas-sa/elektronik kita tetap melakukan kebaikan; Ada ataupun tidak ada orang lain kita tetap melakukan kebaikan; mendapat pujian ataupun tidak kita tetap melakukan kebaikan; mendapat tang-gapan positif ataupun negatif kita tetap melakukan kebaikan; dan seterusnya.
Sehingga dalam Al Qur'an Surat Shaad: 83 disebutkan salah satu kejujuran dari iblis/syetan bahwa dia tidak dapat menggoda orang-orang yang ikhlas.

( 11 )
I K H L A S (2)

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, ter-gantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi… Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berrenda yang cantik.
Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya: “Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi“ Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung mem-belikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten
“Oke … Anisa, anda boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?”
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengem-balikan kaos kaki ke raknya.”Terimakasih…, Ibu”
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan memba-cakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya “Anisa…, Anisa sayang tidak pada Ayah ?” “Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !”
“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”
“Yah…, jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek… ! Itu kesayanganku juga”
“Ya sudahlah sayang,… tidak apa-apa !”. Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membaca-kan cerita, Ayah bertanya lagi, “Anisa, Anisa sayang Ayah tidak sih,?”
“Yah, Ayah tahu kan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?”.
“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”
“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. “
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.
Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamar-nya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…
“Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?”
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya “ Kalau Ayah mau… ambillah kalung Anisa”
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih,sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa…
“Anisa… ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nam-paknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau”
Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.
Demikian pula halnya dengan Allah SWT.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggan-tikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naïf dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan…
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan meng-gantinya dengan yang lebih baik.

(12)
PUASA :
MENUJU MAKAN YANG SEJATI

"Makan hanya ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang" adalah formula tentang kesehatan hidup. Tidak hanya menyangkut tubuh, tapi juga keseluruhan mental sejarah. Ia adalah contoh soal lebih dari sekadar teori keilmuan tentang keefektifan dan efisiensi.
Selama ini pemahaman-pemahaman nilai budaya kita cen-derung mentabukan perut. Orang yang hidupnya terlalu profe-sional dan hanya mencari uang, kita sebut "diperbudak oleh perut". Para koruptor kita gelari "hamba perut" yang mengor-bankan kepentingan negara rakyat demi perutnya sendiri.
Padahal ia bukanlah hamba perut. Sebab, kebutuhan perut amat sederhana dan terbatas. Ia sekadar penampung dan distri-butor sejumlah zat yang diperlukan untuk memelihara kesehatan tubuh. Perut tidak pernah mempersoalkan, apakah kita memilih nasi pecel atau pizza, lembur kuring atau masakan Jepang.
Yang menuntut lebih pertama-tama adalah lidah. Perut tidak menolak untuk disantuni dengan jenis makanan cukup se-harga seribu rupiah. Tetapi lidah mendorong kita harus menge-luarkan sepuluh ribu, seratus ribu atau terkadang sejuta rupiah.
Mahluk lidah termasuk yang menghuni batas antara jas-mani dengan rohani. Satu kaki lidak berpijak di kosmos jasmani, kaki lainnya berpijak di semesta rohani. Dengan kaki yang per-tama ia memanggul kompleks tentang rasa dan selera; tidak cukup dengan standar 4 sehat 5 sempurna, ia membutuhkan va-riasi dan kemewahan. Semestinya cukup di warung pojok pasar, tapi bagian lidah yang ini memperkuda manusia untuk mencari berbagai jenis makanan, inovasi, dan paradigma teknologi ma-kanan, yang dicari ke seantero kota dan desa. Biayanya menjadi ratusan kali lipat.
Dengan kaki lainnya lidah memikul penyakit yang berasal dari suatu dunia misterius yang bernama mentalitas, nafsu, serta kecenderungan-kecenderungan aneh yang menyilati budaya ma-nusia. Makan yang dalam konteks perut hanya berarti menjaga kesehatan, di kaki lidah itu diperluas menjadi bagian dari kompleks kultur, status sosial, gengsi, feodalisme, kepriyayian, serta penyakit-penyakit kejiwaan komunitas manusia lainnya.
Kecenderungan ini membuat makan tidak lagi sejati de-ngan konteks perut dan kesehatan tubuh, melainkan dipalsukan, dimani-pulir atau diartifisialkan menajadi urusan kultur dan pera-daban yang biayanya menjadi sangat mahal.
Budaya artifisialisasi makan ini dieksploitasi dan kemu-dian dipacu oleh etos industrialisasi segala bidang kehidupan, serta disahkkan oleh kepercayaan budaya makan, pembaruan teknologi konsumsi, jenis makanannya, panggung tempat ma-kannya, nuansanya, lagu-lagu pengiringnya, pewarnaan meja kursi, dindingnya hingga karaokenya.
Artifisialisasi budaya makan itu akhirnya menciptakan ber-bagai ketergantungan manusia, sehingga agar selamat sejahtera dalam keterlanjuran ketergantungan itu, manusia bernegosiasi di bursa efek, menyunat uang proyek, memborong barang-barang, bahkan berperang membunuh satu sama lain. Padahal perut hanya membutuhkan "makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang".
Maka yang bernama "makan sejati" ialah makan yang sungguh-sungguh untuk perut. Adapun yang pada umumnya kita lakukan selama ini adalah "memberi makan kepada nafsu". Perut amat sangat terbatas dan Allah mengajarinya untuk tahu membatasi diri. Sementara nafsu adalah api yang tiada terhingga skala pembesaran atau pemuaiannya. Jika filosofi makan dirobek dan dibocorkan menuju banjir bandang naf-su tidak terbatas, jika ia diartifisialkan dan dipalsukan dan tampaknya itulah satu bahan utama berbagai konflik dan ketidakadilan sejarah ummat ma-nusia, maka sesungguhnya itulah contoh paling konkret dari ter-bunuhnya efisiensi dan keefektifan.
Rekayasa budaya makan pada masyarakat kita, dari naluri sehari-hari hingga aplikasinya di pasal-pasal rancangan pemba-ngunan jangka pendek dan jangka panjang, mengandung inefi-siensi atau keborosan dan keserakahan, yang terbukti meng-ancam alam dan kehidupan manusia sendiri, di-samping sangat tidak efektif mencapai hakikat tujuan makan itu sendiri.

(13)
KEADILAN RASULULLAH

Tatkala Nabi Muhammad SAW merasa ajalnya sudah dekat, beliau mengumpulkan para sahabat. Kemudian, beliau menyampai-kan pidatonya: “Sahabat-sahabatku sekalian! Ajalku mungkin sudah dekat, dan aku ingin menghadap Allah dalam keadaan suci bersih. Mungkin selama bergaul dengan Anda sekalian, ada yang pernah aku pinjam uangnya atau barangnya dan belum aku kembalikan atau belum aku bayar, sekarang ini juga aku minta ditagih. Mungkin ada di antara kalian yang pernah aku sakiti, sekarang ini juga aku minta dihukum qishos (hukuman balasan). Mungkin ada yang pernah aku singgung perasaannya, sekarang ini juga aku minta maaf.”
Para sahabat hening, karena merasa tidak mungkin hal itu akan terjadi. Tapi, tiba-tiba seorang sahabat mengangkat tangan dan melaporkan satu peristiwa yang pernah menimpa dirinya.
“Ya Rasulullah! Saya pernah terkena tongkat komando Rasulullah SAW. pada saat Perang Badar. Ketika Rasulullah SAW. mengayunkan tongkat komandonya, kudaku menerjang ke depan dan aku terkena tongkat Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Aku merasa sakit sekali, apakah hal ini ada qishos-nya!”
Nabi Muhammad SAW. menjawab, “Ya, ini ada qishosnya jika anda merasa sakit.” Rasul pun menyuruh Ali bin Abi Tholib mengambil tongkat komandonya yang disimpan di rumah Fatimah. Setelah Ali bin Abi Thalib tiba kembali membawa tongkat komando, Rasulullah SAW Sallam menyerahkan kepada sahabatnya untuk melaksanakan qishosh.
Seluruh sahabat yang hadir di majelis itu hening, apa kira-kira yang akan terjadi jika Rasulullah dipukul dengan tongkat itu. Di tengah keheningan itu, Ali bin Abi Tholib tampil ke depan:
“Ya Rasulullah! Biar kami saja yang dipukul oleh orang ini. Abu Bakar dan Umar bin Khattab juga ikut maju. Tetapi, Rasulullah memerintahkan, Ali, Abu Bakar, dan Umar agar mundur, sambil berkata, “Saya yang berbuat, saya yang dihukum, demi keadilan”.
Situasi tambah hening. Tetapi, di tengah-tengah kehe-ningan itu tiba-tiba sahabat yang siap jadi algojo itu berkata,: “Tapi di saat saya terkena tongkat komando, saya tidak pakai baju.” Mendengar itu langsung Rasulullah membuka bajunya di depan para sahabat. Kulit Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam tampak bercahaya, tetapi ciri ketuaan sudah terlihat jelas.
Menyaksikan hal ini para sahabat tambah khawatir, Ali bin Abi Tholib tampil lagi ke depan memohon kepada Rasul agar dia saja yang diqishos. Tapi, Rasulullah SAW. langsung memerin-tahkan agar Ali mundur, karena hukuman itu harus dijalankan sendiri demi keadilan.
Tiba-tiba sahabat ini menjatuhkan tongkatnya langsung merang-kul dan mencium Rasulullah SAW. dan berkata: ‘Ya Rasulullah! Saya tidak bermaksud melaksanakan qishos, saya hanya ingin melihat kulit Rasulullah SAW. menyentuh dan menciumnya. Sahabat-sahabat yang lain tersentak, gembira’.
Rasulullah langsung berkata, “Siapa yang ingin melihat ahli surga, lihatlah orang ini.” Kisah itu menunjukkan betapa Rasulullah sangat menjunjung nilai keadilan.
Beliau, sebagai kepala Negara sekaligus Nabi, sangat ikhlas mene-rima hukuman qishos dari rakyatnya sendiri".

(14)
SUDAHKAH ANDA MELAKUKAN ?

Abu Lait berkata, "Siapa yang dapat menjaga dan mengingat tujuh kalimah ini, maka mulia di sisi Allah SWT dan malaikat serta diampunkan dosanya walaupun dosanya sebanyak buih lautan.
1. Apabila hendak memulai sesuatu maka mulailah dengan Bismillah.
2. Apabila telah selesai dari mengerjakan sesuatu yang baik hendaklan membaca Alhamdulillah.
3. Kalau terlanjur mengatakan sesuatu yang tidak baik, maka hendaklah segera menyatakan Astaghfirullah.
4. Kalau hendak melakukan sesuatu pada esok hari hendaklah berkata Insya Allah.
5. Kalau menghadapi kesukaran hendaklah selalu membaca Laa haulawalla quwwata illa billahilaliyyil azim.
6. Apabila kita ditimpa bala musibah hendaklah selalu membaca Inna lillahi wa inna ilahi raajiunn.
7. Setiap siang dan malam hendaklah membaca Laa ilaha illallah.

(15)
KIAT RASULULLAH SAW.
Petikan dari buku Cara Rasulullah SAW. Menghindari dan menyembuhkan Penyakit
(Disusun Oleh : Ibnu Qaiyum)

PENYEBAB RUSAKNYA BADAN, Perkara yang menyebabkan rusaknya badan yaitu perasaan cemas, gelisah, lapar dan tidak tidur malam (bukan tujuan qiyamullail)
MENERANGKAN PENGLIHATAN, Perkara yang bisa menerangkan pandangan dan menyejukkan hati yaitu melihat pada warna hijau, melihat air yang mengalir, melihat orang / barang yang disayangi dan melihat dedaunan.
Perkara yang bisa menggelapkan pandangan yaitu berjalan tanpa alas kaki (berkaki ayam), menyambut waktu pagi dengan wajah murka (masam), banyak menangis dan banyak membaca tulisan yang kecil-kecil.
PENYEBAB WAJAH BERSINAR, Perkara yang bisa me-nyebabkan wajah kelihatan kering (hilang cahaya) yaitu berdusta, tidak mempunyai perasaan malu, banyak bertanya tanpa ilmu dan banyak berbuat dosa.
Perkara yang bisa menyebabkan wajah bersinar yaitu menjaga marwah, jujur, dermawan dan takwa.
PERASAAN BENCI, Perkara yang menyebabkan perasa-an benci yaitu sombong, dengki, berdusta dan suka mengadu domba.
PERKARA YANG MENDATANGKAN DAN MENG-HALANGI REZEKI, Perkara yang bisa menyebabkan datang-nya rezeki yaitu Qiyamullail (beribadah di waktu malam setelah tidur), banyak membaca istighfar di waktu sahur (waktu sebelum masuk waktu subuh), bersedekah dan berdzikir di waktu pagi dan petang.
Perkara yang menyebabkan rezeki terhalang yaitu tidur di waktu pagi, sedikit mengerjakan sholat, malas dan khianat.
KEFAHAMAN DAN DAYA INGAT, Perkara yang bisa menyebabkan rusaknya ingatan dan kefahaman yaitu senantiasa makan buah yang masam, tidur pada tengkuk (belakang kepala), hati sedih dan fikiran cemas.
Perkara yang menyebabkan bertambahnya daya ingatan dan kefahaman yaitu kegembiraan hati, sedikit makan dan sedikit minum, mengawali makanan dengan sesuatu yang manis dan berlemak serta mengurangi kelebihan yang memberatkan badan.

(16)
BAGAIMANAKAH RASULULLAH SAW.

1. MAKAN
Nabi SAW. makan menggunakan tangan kanan. Sewaktu makan, baginda menggunakan 3 jari dan sesudah makan jari-jarinya dihisap sebelum membersihkannya.
Baginda makan menggunakan suapan yang kecil, berhati-hati hingga makanan tidak terjatuh dari dulang atau tempat hidangan.
Baginda sering bertanya apakah hidangan makanan itu berbentuk hadiah atau sedekah. Bila makanan itu berbentuk sedekah, baginda tidak memakannya dan menyuruh sahabat makan, tetapi bila makanan itu berbentuk hadiah, baginda akan turut makan bersama. (Riwayat Bukhari, Muslim, Nasaai dari Abu Hurairah)
2. TIDUR
Apabila Nabi SAW. merebahkan diri di tempat tidur, baginda sering berdoa yang artinya : "Alhamdulillah yang telah memberi kami makan, minum, tempat perlindungan dan keperluan hidup karena masih banyak yang kurang makan, minum dan tidak mempunyai tempat tidur." (Riwayat Bukhari Muslim, Abu Daud, Termizi dan Nasaai dari Anas).
Di waktu Nabi SAW. hendak tidur, baginda meletakkan tangan kanannya dibawah pipi kanan baginda. (Riwayat Thabarany dari Hafshah)
Sebelum Nabi SAW. memejamkan mata, baginda berdoa yang artinya : "Ya Allah, dengan namaMu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. "
Bila bangun dari tidur, baginda mengucapkan: "Alhamdulillah yang menghidupkan kami sesudah kami dimatikan dan kepada-Nya kami akan kembali berkumpul, " (Riwayat Ahmad, Muslim dan Nasaai dari al-Barraaq).
3. MARAH
Kemarahan Nabi SAW. adalah karena kebenaran, artinya karena kebenaranlah baginda melahirkan kemarahannya.
Nabi SAW. marah dengan cara sopan, sesuai dengan do'anya ini, yaitu: "Aku mohonkan kepada Anda kalimat kebenaran pada saat marah dan suka. "
Maksudnya, Rasulullah SAW. tidak berkata kecuali yang benar saja, begitu juga waktu marah atau waktu tidak marah. Kemarahan Rasulullah SAW. karena ada perkara yang tidak disukai yang menyalahi dari yang benar sebagaimana yang diajarkan agama atau yang terang-terangan dilarang oleh agama.
[Kitab Matan al-Arba'in - Sheikh Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfuan-Nawawi]. Imam Ghazali berkata: "Kemarahan manusia bermacam-macam. Setengahnya lekas marah, lekas tenang dan lekas hilang. setengahnya lambat marah, lambat pula redanya. Setengahnya lambat akan marahnya dan lekas pula hilangnya. Yang akhir inilah yang terpuji. "
4. KETAWA
Bila nabi SAW. ketawa, baginda akan meletakkan tangan di mulut baginda dan bila terjadi sesuatu yang menggembirakan, baginda akan mengucap syukur kepada Allah. Bila bercakap-cakap, bagin-da senantiasa tersenyum. (Riwayat Abu Daud dan Abu Musa)
5. WARNA dan PAKAIAN KESUKAAN
Warna yang disukai nabi SAW. ialah hijau dan pakaian yang digemari ialah habarah seperti kemeja panjang berwarna putih. (Riwayat Bukhari Muslim)

(17)
HARI-HARI TERAKHIR ROSULULLAH
Detik-detik Rasulullah SAW. Menjelang sakratul maut

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an.
Barang siapa mencintai sunnahku, ating mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.“ Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepa-lanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua, “ desah hati semua saha-bat kala itu. Manusia tercinta itu, datang usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Ra-sulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang ter-baring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pe-lepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru me-ngucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam, “ kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya, “ tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pan-dangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan se-mentara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malakul maut, “ kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasu-lullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian di-panggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti diha-dapan Allah? “Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat te-lah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti keda-tanganmu, “kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Anda tidak senang mendengar kabar ini? “Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharam-kan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya, “ kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasu-lullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. “ Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril? “Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,“ kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, tim-pakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “ Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu. “
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wasalim ‘alaihi.

(18)
TEMAN

Salah satu doa Nabi Muhammad SAW. Yang sering kita ucapkan adalah agar kita di akhirat kelak dihimpun bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh. Ini, karena sesungguhnya merekalah sebaik-baik teman dan pendamping.
Teman, menurut petuah orang-orang tua, sering lebih ber-guna daripada saudara. Alasannya, kebanyakan problem yang di-hadapi seseorang, sering kali ditolong dan diselesaikan dengan bantuan teman. Namun, seorang teman bukan hanya dapat me-nolong dan bermanfaat bagi seseorang, tetapi sering kali lan-taran teman pula seseorang dapat terjerumus ke lembah nista. Seorang ahli hikmah mengatakan, ‘Barangsiapa yang berteman dengan delapan jenis manusia, maka akan bertambah pula delapan akibatnya :
Pertama, barang siapa yang berteman dengan orang-orang kaya, maka akan bertambahlah cintanya kepada dunia.
Kedua, barang siapa yang berteman dengan orang-orang miskin, maka akan bertambahlah rasa syukur dan ridho akan rezeki yang diberikan kepadanya.
Ketiga, barang siapa yang bersahabat dengan para penguasa, maka akan bertambahlah kecongkakan dan kesombongannya.
Ke-empat, barang siapa yang banyak berteman dengan wanita, maka akan bertambahlah kebodohan dan nafsu syahwatnya.
Kelima, barang siapa yang bergaul dengan anak-anak, maka akan bertambahlah sifat suka bermain dan bercandanya.
Ke-enam, barangsiapa yang bersahabat dengan orang-orang fasik, maka akan bertambahlah keberaniannya untuk berbuat dosa dan melambat-lambatkan tobat.
Ketujuh, barangsiapa yang bergaul dengan orang yang saleh, maka akan bertambahlah keinginannya untuk taat kepada Allah.
Kedelapan, barangsiapa yang berkawan dengan ulama, maka akan bertambahlah ilmu dan kehati-hatiannya (waro’).’
Banyak orang yang menyimpulkan bahwa teman yang paling baik adalah teman sejati. Teman sejati adalah teman yang mau tetap bersama di kala suka maupun duka. Pada dasarnya Islam tidak menolak konsep ini, namun suka dan duka dalam Islam, tetap mempunyai dua sisi, dunia dan akhirat. Persa-habatan yang sejati dalam konsep yang utuh ini, akan mungkin tercipta jika dilandasi karena cinta kepada Allah. Semoga kita dapat mempunyai teman dengan landasan mulia ini, amin.

(19)
TANTANGAN IMAN

“Wahai manusia, siapakah makhluk Allah yang imannya paling menakjubkan (man a’jabul khalqi imanan) ?” Demikian pertanyaan Nabi Muhammad kepada sahabatnya “Malaikat!”. Nabi menukas, “Bagaimana para malaikat tidak beriman sedangkan mereka pelaksana perintah Allah?” para Nabilah yang imannya paling menakjubkan!”: “Bagaimana para Nabi tidak beriman, padahal wahyu turun kepada mereka, “ sahut Nabi. Sahabat-sahabatmu ya Rasul. “
Nabi pun menolak jawaban itu dengan berkata, “Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedangkan mereka menyak-sikan apa yang mereka saksikan. “
Rasul yang mulia meneruskan kalimatnya, “Orang yang imannya paling menakjubkan adalah kaum yang datang sesudah kalian. Mereka beriman kepadaku, walaupun mereka tidak melihatku. Mereka benarkan aku tanpa pernah melihatku. Me-reka temukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka bela aku seperti kalian membela aku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan ikhwanku itu!”
Kita bukanlah sahabat Nabi yang menyaksikan secara langsung betapa mulianya akhlak junjungan kita itu; kita juga bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu; kita juga bukan waliyullah yang telah merasakan manisnya kasih sayang Allah. Kita adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan.
Dalam kelemahan itulah kita masih beriman kepada Allah. Dalam ketidakhebatan kita itulah kita selalu berusaha mendekati Allah. Di tengah kesibukan dan beban ekonomi yang semakin mening-kat, kita tetap mengeluarkan zakat dan sedekah. Tak sedikitpun kita akan gadaikan iman kita.
Di tengah dunia yang semakin kompetitif, kita masih sempatkan untuk shalat. Di tengah godaan duniawi yang luar biasa, kita tahan nafsu kita di bulan Ramadhan.
Di tengah kumpulan manusia yang putus asa dengan krisis moneter ini, kita masih bisa mensyukuri sejumput ni’mat yang diberikan Allah.
Nabi Muhammad menghibur kita, “Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku, “ Nabi ucapkan kalimat ini satu kali. “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku. “ Nabi ucapkan kalimat terakhir ini tujuh kali.

(20)
KERUDUNG WANITA ( JILBAB )
PERINTAH ALLAH YANG SUDAH DILUPAKAN UMAT ISLAM

Ada satu peribahasa pendek, sederhana, tetapi dalam artinya, yang berbunyi sebagai berikut: "Tak Kenal Maka Tak Sayang" Sesuai dengan peribahasa diatas, ada satu perintah Allah yang penting yang hampir tak dikenal atau dianggap enteng oleh umat Islam, yaitu keharusan wanita memakai kerudung kepala.
Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31 yang cukup panjang, yang penulis kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut.: "Katakanlah kepada wanita yang beriman. Dan hendaklah mereka menu-tupkan kerudung kepalanya sampai kedadanya"... .
Dan seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut.: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri anda, anak-anak perempuan anda dan isteri-isteri orang mu'min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih".
Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hokum-nya bagi kaum wanita sebagaimana dinyatakan Allah pada pembu-kaan surat An Nur yaitu : "Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keterangan-keterangan yang jelas, semoga anda dapat mengingatnya".
Dari bunyi ayat diatas jelaslah wanita yang tidak mema-kai kerudung telah melakukan dosa yang besar karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah.
Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad SAW. dalam hadith beliau yang artinya: "Wahai Asma! Sesung-guhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, (sambil rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak tangannya)".
Sekarang kalau kita keliling diseluruh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, sedikit sekali kaum wanita Islam yang mema-kai kerudung kepala, umumnya hanya anak-anak gadis pesantren. Jumlah kaum wanita yang memakai kerudung kepala bisa dihitung dengan jari, tidak ada artinya dari jumlah penduduk Islam yang lebih kurang 180 juta.
Kalau begitu gambarannya, banyak sekali kaum wanita yang masuk neraka, cocok sekali dengan bunyi hadith dibawah ini, yang artinya sebagai berikut. : "Saya berdiri dimuka pintu sorga, tiba-tiba umumnya yang masuk ke sorga orang-orang miskin, sedangkan orang yang kaya-kaya masih ter-tahan, hanya saja bahagian mereka telah diperintahkan masuk neraka, dan aku berdiri di pintu neraka maka kebanyakan yang masuk neraka wanita.
Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai kerudung kepala atau Jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadith beliau yang artinya sebagai berikut ; "Wanita yang akan di-gantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan ram-butnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya" Hadith diatas adalah bahagian akhir dari hadith nabi Muhammad yang cukup panjang, yang menceritakan berbagai macam siksa neraka yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mikraj. Waktu beliau menceritakan nasib kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai kerudung kepala atau jilbab didalam hidupnya, beliau meneteskan air mata.
Begitulah Nabi Muhammad SAW. menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti di akherat, tetapi sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala, banyak alasannya ada yang mengatakan fanatika agama, sudah kuno tidak cocok dengan zaman, panas dan lain sebagainya. Sikap kaum wanita di zaman sekarang sungguh bertolak belakang dengan sikap kaum wanita di zaman dahulu diwaktu ayat keru-dung kepala itu turun, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. berikut ini : "telah berkata Aisyah : Mudah-mudahan Allah memberi rahmat atas perempuan-perempuan Muhajirat yang dahulu. Diwaktu Allah menurunkan ayat kerudung itu, mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mereka jadikan kerudung".
Sikap wanita Islam di Medinah pada waktu turunnya ayat kerudung itu, betul-betul cocok dengan seorang pribadi ber-iman, sebagai yang digambarkan Allah didalam Al Qur'an, yaitu jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, mereka lalu berkata :"Kami mendengar dan kami patuh".
Tetapi sekarang sikap sebagian wanita Islam, jika dibacakan ayat mengenai keharusan memakai Jilbab, mereka berkata :"Kami mendengar tetapi kami ingkar. " Kalau begitu sikap kaum wanita Islam terhadap ayat Jilbab ini, betul tidak cocok dengan pengakuannya kepada Allah didalam shalat yang berbunyi sebagai berikut:
"La syarikallahu wabidzalika ummirtu wa anna minal muslimin. " Yang artinya "Tiada syarikat bagi Anda dan aku mengaku seorang muslimah"
Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk dan patuh kepada seluruh perintah Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari jilbab dan pakaian yang menutup seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai pergelangan tangannya dan memakai rok yang menutup sampai mata kakinya. Kalau mereka tidak berpakaian seperti diatas, mereka bukan disebut wanita muslimah. Jadi pengakuannya didalam shalat yang berbunyi :"Aku mengaku seorang muslimah" adalah kosong, dusta kepada Allah.
Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan berat hukumannya, apalagi seseorang yang berjanji palsu diha-dapan Allah, tentu berat hukumannya didalam neraka, yaitu sampai digantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.
Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya :"... Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.

(21)
PRIBADI WANITA SHOLEHAH
Shalehah Wanita Sebagai Ibu

Kemuliaan Ibu Dalam Islam
Dua rakaat shalat wanita yang hamil lebih baik dari 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil. Wanita yang hamil dapat pahala puasa disiang hari dan pahala ibadat dimalam hari. Wanita yang bersalin dapat pahala 70 tahun shalat dan puasa serta setiap kesakitan pada satu uratnya, Allah bagi satu pahala haji. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas bersalin ia dikira sebagai mati syahid.
Wanita yang memberi minum susu badannya kepada anaknya akan dapat 1 pahala dari tiap titik susu yang diberi-kannya. Wanita yang memberi minum susu badannya kepada anaknya yang menangis maka Allah berikan pahala satu tahun pahala shalat dan puasa.
Kalau wanita menyusui anaknya hingga cukup tempoh 2,5 tahun maka malaikat dilangit khabarkan berita bahwa sorga wajib baginya.
Seorang ibu yang menghabiskan masa malamnya dengan tidur yang tidak selesai karena menjaga anaknya yang sakit mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang ham-ba.
Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena men-jaga anaknya yang sakit akan di ampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah berikan 12 tahun pahala ibadat.
Kelebihan Wanita
Allah Yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian. Dan Dia telah menjadikan ham-banya itu berpasang-pasangan. Lelaki dan wanita yang saling memerlukan. Sebahagiannya menjadi pembantu kepada sebaha-gian yang lain. Kemuliaan manusia hanyalah dalam agama sejauh mana mereka dapat mentaati perintah Allah dengan cara Nabi SAW. Allah telah mengurniakan kepada wanita dengan berbagai kelebihan.
Syarat untuk wanita masuk sorga begitu mudah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Seorang wanita yang mengerjakan shalat 5 waktu, berpuasa wajib sebu-lan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka pasti dia akan masuk sorga dari pintu mana saja yang dike-hendakinya. “ (HR Abu Nuaim)
Ab. Rahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Ber-sabda : “Seorang wanita sholehah lebih baik dari 1000 lelaki yang tak soleh. Dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya 7 pintu neraka dan dibuka 8 pintu sorga yang mana dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa hisab. “
Siti Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Tidaklah seorang wanita yang haidh kecuali haidhnya meru-pakan kifarah bagi dosa2nya yang telah lalu. Dan pada hari pertama haidhnya membaca “Alhamdulillahi ‘ala kulli hal wa astaghfirullaha min kulli zanbin” maka Allah menetapkan baginya bebas dari neraka, dengan mudah melalui sirat, aman dari siksa bahkan Allah mengangkat ke atasnya derajat 40 orang syuhada apabila dia selalu berdzikir kepada Allah selama haidhnya. “
Wanita yang mulia dalam pandangan Allah, Abu Hurairah meriwa-yatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Sebaik-baik wanita adalah apabila anda pandang dia maka dia meng-gembirakan, bila anda perintah dia taat, bila anda tiada dia men-jaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya. “
Ada sebuah riwayat bahwa pada zaman Nabi SAW. Ada seorang lelaki yang akan berangkat untuk berperang dijalan Allah. Dia berpesan kepada isterinya, “Wahai isteriku, janganlah sekali-kali anda meninggalkan rumah ini sehingga aku kembali.
“Secara kebetulan ayahnya menderita sakit, maka wanita tadi mengutus seorang lelaki menemui Rasulullah SAW. Ba-ginda bersabda kepada utusan itu, “Agar dia taati suaminya. “ Demikian pula wanita itu mengutus utusannya bukan hanya sekali sehingga akhirnya dia mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumahnya.
Maka ayahnya meninggal dunia tetapi dia tetap tidak melihat mayat ayahnya. Dia tetap sabar sehingga suaminya pulang. Maka Allah memberi wahyu kepada Nabi yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah telah mengampuni wanita tersebut dise-babkan ketaatannya kepada suaminya. Dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa Allah turut mengampuni dosa ayahnya dise-babkan ketaatan anaknya itu.
Inilah sebenarnya perkara yang menyebabkan wanita diredhai oleh Allah bukannya dalam persamaan hak yang seperti dituntut oleh penjahil agama. Sedangkan dalam peristiwa Israk Mikraj, Nabi telah melihat ke dalam sorga yang mana Allah masuk wanita ke dalam sorga 500 tahun lebih awal dari suami mereka dan bila melihat ke dalam neraka Nabi dapati 2/3 dari penghuninya adalah wanita. Oleh karena itu takutlah kita semua akan ALLAH… .
Kelebihan Wanita,
Abdullah bin Masud meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda : “Apabila seorang wanita mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat baginya 1000 kebaikan, di ampunkan 2000 kesalahan bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohon ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat untuknya. “ Maulana Syed Ahmad Khan dalam bayannya menceritakan kelebihan yang dimiliki oleh wanita. Katanya: Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seorang wali Allah.
Wanita yang menguli tepung dengan membaca Bismillah akan diberkati Allah rezekinya.
Wanita yang menyapu lantai dengan berdzikir dapat pahala seperti membersihkan Baitullah. Wanita yang sholehah lebih baik dari 70 orang lelaki yang soleh. Allah akan berkati rezeki apabila wanita memasak dengan dzikir. Seorang wanita yang menutup auratnya dengan purdah ditingkatkan oleh Allah nur wajahnya 13 kali dari wajah asal.
Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah yang Maha Indah di akhirat nanti, tetapi bagi Allah sendiri akan datang untuk berjumpa dengan wanita yang memberati auratnya, yaitu yang memakai purdah dengan istiqamah.
Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan rasulnya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikur-niakan kepada kita semua. Sehingga hari ini manusia Islam men-cari sesuatu selain dari agama karena merasa pengorbanan mere-ka tidak dihargai. Dan mereka turut meluangkan persamaan hak seperti di barat. Ini semua bukanlah salah mereka,… tetapi kitalah yang bersalah karena kita lupa bahwa kita ini umat yang dianugerahkan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia…
Wanita Sholehah Sebagai Anak
Allah SWT telah berfirman yang maksudnya : “Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya engkau jangan beribadah selain kepada-Nya, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu-bapa mu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengata-kan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucap-kanlah : “Ya Rabbi, kasihanilah mereka kedua-duanya, sebagai-mana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil. “ Al Isra’ 23-24.
Allah memerintahkan agar manusia berbakti kepada kedua ibu bapa mereka dan mentaati mereka. Bagi wanita ketaatan mereka sebelum mereka berkawin adalah kepada kedua ibu-bapa mereka dan selepas berkawin, kepada suami mereka. Menyakiti hati kedua mereka adalah merupakan dosa yang amat besar.
Ismail Ibnu Umayyah telah berkata : Seorang lelaki me-minta nasihat : “Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat. “ Rasul menjawab “Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan se-suatupun, sekalipun engkau dibakar atau dibelah dua. “
Ia berkata “Wahai Rasulullah, tambahkanlah.“ Rasulullah men-jawab, “Berbaktilah kepada kedua ibu-bapamu, jangan sekali-kali engkau meninggikan suara di hadapannya. Jika keduanya memerintahkan engkau untuk mengeluarkan hartamu, maka ke-luarkanlah bagi keduanya. Lelaki itu meminta kembali: “Wahai Rasulullah, tambah lagi selain itu.“ Rasu-lullah menjawab, “Ja-ngan engkau meminum khamar (arak), sebab khamar itu adalah kunci segala kejahatan.“ Lelaki itu meminta kembali, “Wahai Rasulullah, tambahkanlah untukku selain itu. “ Rasulullah SAW. Menjawab, “Didiklah keluargamu dan berilah mereka nafkah sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah engkau mengangkat tongkat (lisan)mu namun berbuatlah agar mereka takut kepada Allah. “ HR Imam Ibnu Majah.
Adab anak terhadap kedua ibu-bapanya :
Berbuat baik dan berlemah lembut terhadap mereka.
1. Mentaati perintah kedua mereka selagi tidak bertentangan dengan perintah Allah.
2. Melihat wajah mereka dengan kasih sayang merupakan ibadah.
3. Mendoakan mereka berdua dengan doa yang baik.
4. Menjaga hati mereka berdua dan menggembirakan mereka.
5. Menjalinkan silaturrahim dengan sahabat-sahabat mereka.
6. Menziarahi kubur ibu-bapa jika mereka telah meninggal dunia.
Wanita Yang Dimurkai Allah (perkara yang amat dibenci Allah pada seorang wanita)
Kepada wanita yang tidak menutup aurat Allah berfirman, “Hiduplah dengan apa yang kau suka.“ Allah melaknati wanita yang sengaja mendedahkan auratnya kepada lelaki yang bukan muhrim.
Perempuan yang memakai kain yang tipis dan jarang untuk menarik perhatian lelaki bukan muhrim atau memakai segala yang mendatangkan keghairahan kepada orang lain maka dia tidak akan mencium bau sorga.
Wanita yang jahat lebih buruk dari 1000 orang lelaki yang jahat.
Wanita yang dimurkai oleh Allah
Sebagaimana Allah suka dengan wanita yang sholehah, Allah juga sangat murka kepada beberapa jenis wanita. Oleh karena itu sangat perlu bagi kita mengetahui perkara yang boleh me-nyebabkan kebencian-Nya supaya kita terhindar dari kemur-kaan-Nya.
Kemurkaan Allah pada hari kiamat sangat dahsyat sehingga nabi-nabi pun sangat takut. Bahkan Nabi Ibrahim pun lupa bahwa dia mempunyai anak yang bernama Nabi Ismail karena ketakutan yang amat sangat. Abu Zar R.A meriwa-yatkan bahwa Nabi SAW. Bersab-da: “Seorang wanita yang berkata kepada suaminya, “semoga engkau mendapat kutukan Allah” maka dia dikutuk oleh Allah dari atas langit yang ke-7 dan mengutuk pula segala sesuatu yang dicipta oleh Allah kecuali 2 jenis makhluk yaitu manusia dan jin. “
Ab. Rahman bin Auf meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersab-da : “Seorang yang membuat susah kepada suaminya dalam hal belan-ja atau membebani sesuatu yang suaminya tidak mampu maka Allah tidak akan menerima amalannya yang wajib dan sunnatnya. “
Abdullah bin Umar r.a meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda: “Kalau seandainya apa yang ada dibumi ini meru-pakan emas dan perak serta dibawa oleh seorang wanita ke rumah suaminya. Kemudian pada suatu hari dia terlontar kata2 angkuh, “engkau ini siapa? Semua harta ini milikku dan engkau tidak punya harta apapun. “ Maka hapuslah semua amal kebaikannya walaupun banyak.
Nabi SAW. Adalah seorang yang sangat kasih pada um-matnya dan terlalu menginginkan keselamatan bagi kita dari azab Allah. Beliau menghadapi segala rupa penderitaan, kesa-kitan, keletihan dan tekanan. Begitu juga air mata dan darah ba-ginda telah mengalir semata-mata karena kasih-sayangnya terhadap kita. Maka lebih-lebih lagi kita sendirilah yang wajar berusaha untuk menyelamatkan diri kita, keluarga kita dan se-luruh ummat baginda. Sebagai penutup ikutilah kisah seterus-nya ini sebagai iktibar bagi kita.
Ali r.a. meriwayatkan sebagai berikut: “Saya bersama Fatimah berkunjung kerumah Rasulullah dan kami temui beliau sedang mena-ngis. Kami bertanya kepada beliau, “mengapa tuan menangis wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “pada malam aku di Isra’kan kelangit, daku melihat orang sedang mengalami berbagai penyiksaan, maka bila teringat akan mereka aku menangis. “ Saya bertanya lagi, “wahai Rasulullah apakah yang tuan lihat?”
Beliau bersabda: Wanita yang digantung dengan rambut-nya dan otak kepalanya mendidih. Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangannya dipaut dari punggungnya se-dangkan aspal yang mendidih dari neraka dituangkan ke kerong-kongnya.
Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya sedangkan air getah kayu zakum dituang ke kerongkongnya.
Wanita yang digantung, diikat kedua kaki dan tangannya ke arah ubun-ubun kepalanya serta dibelit dibawah kekuasaan ular dan kalajengking. Wanita yang memakan badannya sendiri serta dibawah-nya tampak api yang menyala-nyala dengan hebatnya.
Wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka. Wanita yang bermuka hitam dan memakan ususnya sendiri. Wanita yang tuli, buta dan bisu dalam peti neraka, se-dang darahnya mengalir dari rongga badannya (hidung, telinga, mulut) dan badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra.
Wanita yang berkepala seperti kepala babi dan keledai yang mendapat berjuta jenis siksaan. Maka berdirilah Fatimah seraya berkata, “Wahai ayahku, cahaya mata kesayanganku… cerita-kanlah kepadaku apakah amal perbuatan wanita2 itu.“
Rasulullah SAW. Bersabda, “Wahai Fatimah, adapun ten-tang : Wanita yang digantung dengan rambutnya karena dia tidak menjaga rambutnya (di jilbab) dikalangan lelaki.
Wanita yang digantung dengan lidahnya karena dia menya-kiti hati suaminya dengan kata Kemudian Nabi SAW. Bersabda: “Tidak seorang wanita yang menyakiti hati suaminya melalui kata-katanya kecuali Allah akan membuatnya mulutnya kelak dihari kiamat, selebar 70 zira’ kemudian akan mengikatnya dibelakang lehernya.
Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya karena dia menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya. Adapun wanita yang diikat dengan kaki dan tangannya itu karena dia keluar rumah tanpa izin suaminya, tidak mandi wajib dari haidh dan nifas.
Adapun wanita yang memakan badannya sendiri karena suka bersolek untuk dilihat lelaki lain serta suka membicarakan keaiban orang. Adapun wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka karena dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal) dikalangan orang yang banyak dengan maksud supaya orang melihat perhiasannya dan setiap orang jatuh cinta padanya karena melihat per-hiasannya.
Adapun wanita yang diikat kedua kaki dan tangannya sampai ke ubun-ubunnya dan dibelit oleh ular dan kalajengking karena dia mampu mengerjakan shalat dan puasa. Tetapi dia tidak mau berwudhu dan tidak shalat serta tidak mau mandi wajib.
Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti keledai, karena dia suka mengadu-domba (melaga-lagakan orang) serta berdusta.
Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing karena dia ahli fitnah serta suka marah-marah pada suaminya.
Dan ada diantara isteri nabi-nabi yang mati dalam keadaan tidak beriman karena mempunyai sifat yang buruk. Walaupun mereka adalah isteri manusia yang terbaik dizaman itu. Diantara sifat buruk mereka : Isteri Nabi Nuh suka mengejek dan mengutuk suaminya.
Isteri nabi Lut suka bertandang ke rumah orang. Semoga Allah beri kita kekuatan untuk mengamalkan kebaikan dan me-ninggalkan keburukan. Kalau kita tidak berasa takut atau rasa perlu berubah, maka kita kena khuatir. Takut kita tergolong dalam mereka yang tidak diberi petunjuk oleh Allah. Nauzubillahi min zalik.

(22)
CIRI-CIRI WANITA SHOLEHAH

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar sholehah, dan seterusnya menerima pahala sorga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT . Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami
Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah SWT ?
i) Mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW. melebihi dari segala-galanya.
ii) Wajib menutup aurat
iii) Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
iv) Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa ke-cuali ada bersamanya mahramnya.
v) Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebaji-kan dan taqwa
vi) Berbuat baik kepada ibu dan bapa
vii) Senantiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
viii) Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
ix) Bersikap baik terhadap tetangga
2. Taat kepada suami
i) Memelihara kewajiban terhadap suami
ii) Senantiasa menyenangkan suami
iii) Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
iv) Tidak cemberut di hadapan suami.
v) Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
vi) Tidak keluar tanpa izin suami.
vii) Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
viii) Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
ix) Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
x) Senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik dan kecan-tikannya serta kebersihan rumahtangga.

(23)
FAKTOR YANG MERENDAHKAN
MARTABAT WANITA

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari factor dalam. Bukanlah factor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita. Faktor-faktor tersebut ialah:
1. Lupa mengingat Allah
Karena terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah.
Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. Firman Allah SWT di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya: “Maka sudahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.”
Sabda Rasulullah SAW. : artinya: “Tidak sempurna iman sese-orang dari engkau, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan. “ (Riwayat Tarmizi). Mengingati Allah SWT bukan saja dengan berdzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.
2. Mudah tertipu dengan keindahan dunia
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah SWT hanya karena kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.
Firman Allah SWT di dalam surah al-An’am: artinya:” Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah engkau berfikir. “
3. Mudah terpedaya dengan syahwat
4. Lemah iman
5. Bersikap suka menunjuk-nunjuk.
Ad-dunya mata’, khoirul mata’ al mar’atus sholihah Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah.

(24)
ISTRI SHOLEHAH
YANG SENANTIASA BERSYUKUR

Saya ingin menyingkap kembali sejarah Nabi Ibrahim sewaktu baginda menziarahi menantunya. Pada waktu itu, puteranya, Nabi Ismail tidak di rumah sedangkan isterinya belum pernah bertemu bapak mertuanya, yaitu Nabi Ibrahim. Setelah sampai di rumah anaknya, terjadilah dialog antara Nabi Ibrahim dan menantunya.
Nabi Ibrahim : Siapakah engkau?
Menantu : Aku isteri Ismail.
Nabi Ibrahim : Di manakah suamimu, Ismail?
Menantu : Dia pergi berburu.
Nabi Ibrahim : Bagaimana keadaan hidupmu sekeluarga?
Menantu : Oh, kami semua dalam kesempitan dan (mengeluh) tidak pernah senang dan santai.
Nabi Ibrahim : Baiklah! Jika suamimu pulang, sampaikan salamku padanya. Katakan padanya, tukar tiang pintu rumahnya (sebagai kiasan supaya menceraikan istrinya).
Menantu : Ya, baiklah.
Setelah Nabi Ismail pulang dari berburu, isterinya terus menceritakan tentang orang tua yang telah singgah di rumah mereka.
Nabi Ismail : Adakah yang ditanya oleh orang tua itu?
Isteri : Dia bertanya tentang keadaan hidup kita.
Nabi Ismail : Apa jawabanmu?
Isteri : Aku ceritakan kita ini orang yang susah. Hidup kita ini selalu dalam kesempitan, tidak pernah senang.
Nabi Ismail : Adakah dia berpesan apa-apa?
Isteri : Ya ada. Dia berpesan supaya aku menyam-paikan salam kepadamu serta meminta engkau menukar tiang pintu rumahmu.
Nabi Ismail : Sebenarnya dia itu ayahku. Dia menyuruh kita berpisah. Sekarang kembalilah kau kepada keluargamu.
Ismail pun menceraikan isterinya yang suka menggerutu, tidak bertimbang rasa serta tidak bersyukur kepada takdir Allah SWT. Sanggup pula menceritakan rahasia rumah tangga kepada orang luar.
Tidak lama sesudah itu, Nabi Ismail kawin lagi. Setelah sekian lama, Nabi Ibrahim datang lagi ke Makkah dengan tujuan menziarahi anak dan menantunya. Terjadi lagi pertemuan antara mertua dan menantu yang saling tidak mengenali.
Nabi Ibrahim : Dimana suamimu?
Menantu : Dia tidak dirumah. Dia sedang berburu.
Nabi Ibrahim : Bagaimana keadaan hidupmu sekeluarga? Mudah-mudahan dalam kesenangan?
Menantu : Syukurlah kepada Tuhan, kami semua dalam keadaan sejahtera, tiada kekurangan.
Nabi Ibrahim : Baguslah kalau begitu.
Menantu : Silakan duduk sebentar. Boleh saya hidang-kan sedikit makanan.
Nabi Ibrahim : Apa pula yang ingin engkau hidangkan?
Menantu : Ada sedikit daging, tunggulah saya sediakan minuman dahulu.
Nabi Ibrahim : (Berdoa) Ya Allah! Ya Tuhanku! Berkatilah mereka dalam makan minum mereka.
(Berdasarkan peristiwa ini, Rasulullah beranggapan keadaan mewah negeri Makkah adalah berkat doa Nabi Ibrahim).
Nabi Ibrahim : Baiklah, nanti apabila suamimu pulang, sampaikan salamku kepadanya. Suruhlah dia menetapkan tiang pintu rumahnya (sebagai kiasan untuk melanggengkan isteri Nabi Ismail).
Setelah Nabi Ismail pulang dari berburu, seperti biasa dia bertanya sekiranya siapa yang datang mencarinya.
Nabi Ismail : Ada, siapa yang datang sewaktu aku tidak di rumah?
Isteri : Ya, ada. Seorang tua yang baik rupanya dan perwatakannya sepertimu.
Nabi Ismail : Apa katanya?
Isteri : Dia bertanya tentang keadaan hidup kita.
Nabi Ismail : Apa jawabanmu?
Isteri : Aku nyatakan kepadanya hidup kita dalam keadaan baik, tidak kekurangan apapun, Aku ajak juga dia makan dan minum.
Nabi Ismail : Adakah dia berpesan apa-apa?
Isteri : Ada, dia berkirim salam buatmu dan menyuruh engkau melanggengkan tiang pintu rumahmu.
Nabi Ismail : Oh, begitu. Sebenarnya dialah ayahku. Tiang pintu yang dimaksudkannya itu ialah dirimu yang dimintanya untuk aku langgengkan.
Isteri : Alhamdulillah, syukur.
Bagaimana pandangan pembaca tentang petikan sejarah ini? Saya rasa sejarah ini sungguh menyentuh jiwa. Anda juga tentu merasa dan mengalami sendiri ujian hidup berumahtangga yang senantiasa memerlukan kesabaran.
Berpandukan sejarah tersebut, saya tegaskan kepada diri sendiri bahwa isteri sholehah itu sepatutnya ? sabar di hati dan syukur pada wajah?. Dari sini akan terpancar ketenangan setiap kali suami berhadapan dengan isteri shalehah. Isteri shalehah tidak cerewet dan tidak mudah menggerutu. Isteri shalehah hendaklah senantiasa bersyukur dalam keadaan senang maupun susah supaya Allah tambahkan lagi rahmat-Nya seperti firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya jika engkau bersyukur, pasti Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu. Dan jika engkau mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih. “ (Surah Ibrahim, ayat 7)
Untuk menambahkan kegigihan kita berusaha menjadi isteri shalehah, ingatlah hadith Rasulullah yang artinya: “Sampaikanlah kepada siapa saja yang engkau temui dari kaum wanita, bahwasanya taat kepada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang berjihad pada jalan Allah, tetapi sangat sedikit sekali golongan engkau yang dapat mela-kukan demikian. “ (Riwayat Al-Bazzar dan Ath-Thabrani)
Begitulah, untuk menyiapkan diri sebagai isteri shalehah, hati kita hendaklah senantiasa dipenuhi dengan kasih sayang rabbani. Contoh teladan yang sepatutnya jadi rujukan kita ialah sejarah kehidupan nabi serta orang shaleh.

(25)
EMPAT KURNIA ILAHI

Berkata Imam Abu Muhammad Abdullah bin Fadhal ; Barangsiapa yang dikurniakan dengan empat perkara, maka tidak terhalang baginya empat perkara :-
1. Barangsiapa yang dikaruniakan keinginan BERDOA maka tidak terhalang doanya DIKABULKAN.
2. Barangsiapa yang dikurniakan keinginan memohon AMPUN maka tidak terhalang baginya akan KEAMPUNAN.
3. Barangsiapa yang dikurniakan keinginan BERSYUKUR maka tidak terhalang baginya akan tambahan NIKMAT.
4. Barangsiapa yang dikurniakan keinginan BERTAUBAT maka tidak terhalang taubatnya dari DITERIMA.
Yakinlah... Allah Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani.
Imam Al-Ghazali telah menggolongkan ragam manusia kepada beberapa bagian yaitu :
1. Seseorang yang mengetahui dan mengerti bahwa dirinya itu mengetahui, itulah dia seorang yang alim. Maka ikutlah mereka.
2. Seseorang yang mengetahui tetapi tidak tahu dirinya itu tahu, itulah orang yang tidur. Maka bangunkanlah dia.
3. Seseorang yang tidak mengetahui dan mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui, itulah dia orang yang meminta petunjuk. Maka berikanlah dia petunjuk.
4. Seseorang yang tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa dirinya tidak mengetahui itulah dia orang yang bodoh.

(26)
TAQWA TEMPATNYA DI HATI

Seperti kata pepatah ‘rambut bisa sama hitam, hati bisa lain-lain’. Perangai dan sikap manusia juga berbeda. Ada yang hidup baik-baik, seperti suka bersedekah, menolong orang susah dan memberi nasehat kepada insan yang memerlukan. Ada juga yang berpura-pura alim, memakai kopiah, berkelakuan sopan dan bercakap lemah lembut di khayalak ramai, tetapi di lubuk hatinya, tersirat maksud tersendiri yang orang lain tidak tahu. Niat dan perbuatan tidak sama, seolah-olah ada udang di balik batu.
Walaupun orang lain tidak tahu, setiap mukmin harus insaf dan sadar bahwa Allah Maha Mengetahui setiap apa yang kita lakukan. Sebagai insan lemah, kita tidak lari dari bersikap taqwa sepanjang masa. Taqwa bertujuan memelihara diri dari azab Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang dilarang.
Hadith Rasulullah: “Taqwa itu berpuncak disini (sambil baginda menepuk dadanya tiga kali).“ Jelaslah, apa yang dimaksudkan Rasulullah ialah taqwa itu tempatnya di lubuk hati, bukan di ujung lidah, sebab apa yang diucapkan oleh lidah belum tentu sama dengan apa yang bersemayam di hati.
Sabda baginda lagi: “ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa engkau, akan tetapi Allah melihat kepada apa yang tersemat di dalam hati engkau. “Hadith ini bermaksud segala amal lahiriah manusia harus diliputi taqwa, bertempat di lubuk hati, seperti meninggikan syiar agama Allah, menyimpan perasaan takut kepada Allah, menjaga diri dari kemurkaan-Nya.
Rasulullah bersabda:” sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, baiklah seluruh tubuh itu. Jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh itu. Ketahuilah Ia adalah hati. “
Ulama sufi Hasan al-Basri ketika ditanya mengenai kebaikan budi pekerti, menerangkan: “Kebaikan budi pekerti ialah berwajah manis (tidak cemberut), bermurah hati dan berhenti menyakiti orang lain. “
Ulama Abu Bakar Muhammad bin Musa Al-Wasiti pula berkata: “kebaikan budi pekerti ialah seseorang itu tidak memusuhi siapapun dan tidak pula dimusuhi. “
Kata Syah bin Syujak Al-Karmani: “Kebaikan budi pekerti ialah berhenti menyakiti orang lain dan tabah menanggung kesusahan. “ sebagai isane bertaqwa, seseorang perlu baik pergaulannya, menyenangkan orang lain ketika senang atau susah.

(27)
MALAM SERIBU BULAN

Sungguh telah aku turunkan dia (Al Qur'an) dalam Lailatul Qodar. Tahukah engkau apa itu Lailatul Qodar. Lailatul Qodar itu lebih menjadi pilihan ketimbang seribu bulan. Para malaikat dan (Jibril yang menjadi Ruh), turun di malam itu atas izin Tuhan mereka (mengurai) segala (belitan) urusan. Mereka menyapa "salam" (selamat bagi semua, hamba Allah yang teguh). Malam seribu bulan itu (menebarkan berkahnya) sampai fajar menyingsingkan pijar.
Ketika datang Lailatul Qodar, Nabi sedang sujud. Bersamaan dengan datangnya, hujan turun dengan derasnya. Air hujan yang pelanpelan menggenangi tempat sujud Nabi, yang dengan lembut menyapu kulit muka beliau, sama sekali tak mengurangi keasyikan beliau menikmati prosesi malaikat yang dipimpin Jibril turun membelai dan menebar al qadar di muka bumi. Nabi yang tenggelam dalam keasyikannya.
Keasyikan berbeda yang tak ada seorang perawi pun mengisahkannya secara imajiner, dilukiskan seorang ulama sebagai yang tiada taranya. Terbukti dengan sujud Nabi yang sangat panjang, sangat lama dan tidak mempedulikan bagian gemercik air hujan yang makin lama membasahi pipi-mulia Nabi. Beliau sama sekali tidak bergeming. Tenggelam dalam keasyik-an mendalam mengikuti prosesi malaikat dalam tabuh merdu segala merdu. Dalam kidung kesela-matan membuluh perindu, yang didendangkan tak henti sampai fajar menyapa semesta. Malaikat pun menorehkan keindahan di mana-mana. Di hati pemburu Laialtul Qodar. Di hati kita. Wao! Betapa!
Kita telah melakukan ancang-ancang sejak awal Ramadhan dan nafsu selama dua puluh hari penuh telah kita latih menyabari amal yang paling membosankan sekalipun. Kita lakukan amal yang di luar Ramadhan tidak pernah kita kerjakan. Tarawih, tadarrus, dan sedekah.
Kita telah melatih hati dan nafsu kita untuk memiliki ketahanan dan daya tahan kuat demi pahala yang terhitung kelipatannya. Di antara kita bahkan ada yang sudah memulai I’tikaf sejak tanggal sebelas, lalu meneruskannya dengan lebih intens hingga Ramadhan berakhir. I'tikaf adalah bagian dari ibadah yang paling ringan. Hanya thenguk-thenguk, duduk diam di masjid, tanpa bacaan, tanpa mengge-rakkan anggota badan, bahkan terkantuk-kantuk, namun punya nilai dan berpahala.
Nabi menganjurkan kepada kita menangguk datangnya Lailatul Qodar dengan ber i'tikaf itu, dengan ibadah paling ringan itu. Agar semua kita bisa melaksanakan dan memperoleh keunggulan malam seribu bulan yang dahsyat itu, yang setiap mukmin pasti mendam-bakannya itu. Allah menggambarkan, Lailatul Qodar (seharusnya) menjadi pilihan ketimbang seribu bulan. Artinya, dia sangat diikh-tiarkan sungguh-sungguh oleh setiap shaim. Dan itu tidaklah terlalu berat. Dia berada dalam satu malam pada lima malam (saja) yang dijanjikan pasti datang, yaitu pada malam-malam tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan.
Begitu menurut Nabi. Di antara kita (dari sekian Muslim yang berpuasa) telah memanjakan nafsu dan keinginan untuk lebih suka bersantai sebelum malam-malam itu menjelang. Tidur dan merenung. Setelah malam-malam itu lewat, kita berbuat sesuka nafsu keinginan kita. Sepanjang tahun. Allah dan Nabi menginginkan agar orang-orang beriman dapat menikmati pemandangan sangat indah, prosesi malaikat yang dipimpin Jibril turun ke bumi dengan gebyar warna-warni indah pelangi yang serasi. Sambil menebar janji pahala tak terhingga kelipatannya, hanya satu malam saja ditangguk oleh shaim yang berlega hati "thaharri berupaya bersungguh-sungguh "menemukannya". Sungguh.
Kita semua percaya itu, karena kita mukmin yang beriman pada yang ghaib. Prosesi malaikat Laialatul Qodar itu ghaib dan hanya bisa disaksikan dengan mata hati yang tajam, bening, dan bersih dari "roin" (cemar duniawi yang menyaput nurani karena perbuatan tak bermutu yang dilakukan sehari-hari). Selama dua puluh hari kita telah mengelap gemerlap hari kita, member-sihkannya dari "roin" sehingga manakala kita berlega hati mene-guhkan konsentrasi penuh mencegat iring-iringan prosesi malai-kat dan Ruh di malam al-qadar itu, dengan mata hati kita yang telah bening, niscaya kita akan dapat menyaksikan keindahan tiada tara itu. Keindahan malam seribu bulan.
Mudah-mudahan di malam itu kita sempat menggu-mamkan doa "Rabbana Inna Ka 'Afuwun Karim, Tuhibbul 'afwa fa'fu anna". "Duh Gusti, Paduka Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, Paduka menyukai pengampunan, ampunkan dosa kami." Kembalikan Gusti, perekat kebangsaan kami, perekat keindonesiaan kami. Amin.

(28)
SEJARAH RAMADHAN

1) Ramadhan: artinya panas terik
2) Bulan diturunkan Al-Quran dan disebut (syahru rama-dhana)
3) Terjadinya perang Badar Kubra dan mendapat kemenangan.
4) Bulan dimana nabi mengambil alih Mekah dari tangan Musyrikin dan berakhirnya penyembahan berhala.
5) Didalamnya dipilih ada malam al-qadar yakni lebih baik daripada 1000 bulan.
6) Dipilih untuk ibadat puasa.
7) Dipilih untuk ibadat-ibadah lain (tadarus Al Quran)

KELEBIHAN BULAN RAMADHAN
1) Engkau akan di naungi Ramadhan. (bagi yang telah meninggal dunia terlepas dr siksa kubur)
2) Bulan penuh keberatan
3) Di malamnya ada lebih baik daripada 1000 bulan
4) Amal sunat sama dengan shalat fardhu
5) Manakala shalat fardhu mendapat 70 kali lipat ganda
6) Bulan sabar dan pahalanya adalah sorga
7) Bulan menambah rezeki
8) Memberi buka puasa banyak pahala
9) Bulan ampunan – doa yang paling makbul iaitu doa sebe-lum berbuka puasa. – juga doa pada sepertiga malam.
10) 10 hari pertama adalah mulanya rahmat, 10 hari perte-ngahan – pengampunan, 10 hari terakhir – kemerdekaan api neraka.


AMALAN-AMALAN DI BULAN RAMADHAN
1) Mengucapkan Selamat Menyambut Bulan Ramadhan
2) Menyiapkan pakaian untuk Ramadhan [untuk shalat]
3) Niat puasa sebulan pada permulaan Ramadhan [dikawa-tirkan ada hari yang terlewat tanpa niat]
4) Hendak tidur bacalah 4 ayat terakhir Surah Al Kahfi supaya dapat bangun malam
5) Berazam melakukan Terawih
6) Bertadarus secara bersemak (bukan sendirian)
7) Shalat berjemaah setiap waktu
8) Shalat jemaah di masjid/surau
9) Amalkan Qiyamulail walaupun pendek
10) Sahur diwaktu akhir
11) Sahur untuk mengelakkan pada siang tidak terlalu payah, elakkan makanan pedas dan tutup sahur dengan air susu
12) Mandi Janabat sebelum Imsak
13) Kurangi tidur
14) Tunaikan Shalat sunat fajar (Shalat Sunat Subuh)
15) Tunaikan Shalat Dhuha
16) Tidur waktu luang (satu jam sebelum Zohor)
17) Tunaikan shalat Rawatib
18) Jaga pancaindera
19) Elakkan gosok gigi pada waktu petang
20) Hadiri majlis ilmu
21) Berbuat baik pada ibu-bapa
22) Isteri hendaklah taat pada suami
23) Banyakkan bersedekah
24) Berbuka dengan 3 biji kurma dan air yang belum dipanas-kan oleh api
25) Berbuka bersama orang tua
26) Undang tamu berbuka
27) Kurangi berat badan
28) Banyakkan i’tikaf di masjid (lelaki saja)
29) Perbaiki hubungan suami isteri
30) Perbaiki hubungan dengan tetangga
31) Isteri jauhi dari keluar memakai make up dan perhiasan
32) Elakkan berbelanja berlebihan
33) Kuatkan kesabaran
34) Banyakkan selawat, istighfar, bertasbih
35) Berazam beramal (pada malam Lailatul Qadar)
36) Membangunkan anak dan isteri di malam Lailatul Qadar
37) Elakkan menonton TV yang mengandung nafsu
38) Elakkan mendengar radio berunsur hiburan
39) Berdoa dengan nada lembut dan khusu’
40) Jauhkan bercumbu dengan suami/isteri siang hari
41) Mendoakan ibu-bapa baik yang hidup atau yang meninggal dunia
42) Melazimkan shalat tepat waktu
43) Elakkan sebelum berbuka berjalan jalan yang menjadikan pandangan liar
44) Elakkan banyak berhutang
45) Melepaskan perasaan sedih melepaskan Ramadhan ditakuti tidak bertemu lagi dengan Ramadhan akan ngina
46) Tunaikan zakat fitrah
CARA BERAMAL DI MALAM LAILATUL QADAR (Mlm 21-30):
1) Kepada Orang Tua Lemah
Cara beramal shalat Maghrib, Isyak dan Tarawih berjemaah di masjid/surau, ini sudah dikira beramal Al Qadar
2) Orang yang tidak sanggup shalat malam yang panjang
- Baca ayat akhir surah Al Baqarah
- Baca ayat Kursi
- Baca surah Yaasin
- Baca surah Al Zalazah
- Baca surah Al Qafirun
- Baca surah Al Ikhlas
3) Bagi orang yang kuat dan cergas
- Bangunkan isteri dan anak
- Mandi
- Shalat malam – Tahajjud, Taubat, Tasbih, Hajat, Istikha-rah, dan baca Al-Quran
NUZUL Al QURAN ( 17 Ramadhan ):
- Tanggal turunnya Al Quran
- Beramallah di malamnya dengan shalat malam dan amal2 yang baik
CARA MENYAMBUT HARI RAYA
- Jangan sekali-kali di sambut dengan hiburan, mercon, pesta lampu dan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan
- Pada petang akhir Ramadhan orang-orang yang meninggal mena-ngis karena peluang untuk berehat telah berakhir. Adalah dianjur-kan keluarga menziarahi kubur pada petang akhir Ramadhan atau jika kuburnya jauh, hendaklah
Dibaca doa Tahlil selepas shalat Asar. Semoga mereka diampuni.
- Ibnu Abbas r.a pernah mengatakan bahwa roh orang yang me-ninggal dunia dibenarkan pulang ke rumah anak-anaknya dan ber-diri di pintu rumah memohon belas kasihan dari anak-anak mengi-rimkan bacaan doa, sekurang-kurangnya Al Fatihah sekali untuk mereka
- Oleh karena itu janganlah terlalu gembira dan ingatlah orang-orang tua yang sudah meninggal, semoga nanti sam-pai giliran kita maka anak-anak akan ingat kepada kita.
TAKBIR DI MALAM HARI RAYA
Takbir sebenarnya mempunyai cerita. Menurut riwayat, bermu-la dari peperangan Ahzab. Peperangan terjadi di musim dingin, kemudian Salman Al Farisi menganjurkan supaya di gali parit (Khandak) di akhirnya peperangan ini diberi pertolongan oleh Allah dan kemudian direkamkan di dalam Takbir.
Kesimpulannya, Bulan Ramadhan datang setahun sekali dan ia sebaik-baik bulan, penuh keberkatan, pengajaran, men-didik mempunyai ketahanan dan penuh dengan amalan-amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan hubungan sesama manusia. Oleh karena itu bersiap sedialah dari awal supaya benar-benar mengubah sikap yang baik dan seterusnya menjadi insan yang sholeh /sholehah. Semoga dipertemukan di Ramadhan yang akan datang.
Do’a untuk menghilangkan panas badan/masuk angin, maklumlah waktu lapar memang mudah masuk angina.. Rujuk pada Surah Al-Anbiyak ayat ke 69. Sebelum minum baca doa dan tiupkan pada air (untuk diri sendiri, anak, istri, suami dll). Insyaallah, coba amalkan.

(29)
DIALOG ABU DZAR
DENGAN ROSULULLAH SAW.

1. Abu Dzar bertanya, “Ya Rasulullah, engkau memerin-tahkan aku bersholat?”
Rasulullah menjawab: “Sholat adalah sebaik-baik per-buatan, maka perbanyakkanlah atau sedikit. “
2. Aku tanya, “Amal apakah yang paling afdhal?”
Beliau jawab: ”Beriman kepada Allah dan berjihad fi sabiilillah
3. Aku tanya, “Mu’min yang bagaimanakah yang paling afdhal?”
Beliau jawab: “ialah yang terbaik akhlaknya. “
4. Tanya, “Muslim yang bagaimanakah yang paling selamat?”
Jawab: “ialah yang menyelamatkan orang-orang dari gangguan lidahnya dan tangannya.”
5. Tanya, “Hijrah yang bagaimanakah yang afdhal, ya Rasu-lullah?”
Jawab: “ialah hijrah dari (meninggalkan) perbuatan maksiat. “
6. Tanya, “Sholat yang bagaimanakah yang afdhal, ya Ra-sulullah?”
Jawab: ”Berkhusyu’ yang panjang (lama berdiri). “
7. Tanya, “Hamba-hamba sahaya manakah yang paling afdhal untuk dimerdekakan?”
Jawab: ”Hamba yang paling mahal harganya dan yang paling disayang oleh pemiliknya. “
8. Tanya, “Sedekah yang bagaimanakah yang paling afdhal, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Pemberian dari orang yang masih kekurangan (tidak kaya) dan pemberian secara rahasia kepada fakir miskin. “
9. Tanya, “Ayat apakah di antara ayat-ayat yang diturunkan kepadamu yang paling besar?”
Jawab: ”Ayat Kursi, dan tujuh langit itu jika dibandingkan dengan Kursi, adalah seperti sebuah cincin (atau lingkaran besi) yang berada di tengah-tengah padang pasir, dan perbandingan Arasy terhadap Kursi adalah perbandingan padang pasir itu terhadap cincin tadi. “
10. Tanya, “Berapakah bilangan Nabi-Nabi, ya Rasulullah?”
Jawab:”Seratus dua puluh empat ribu. “ (124,000)
11. Tanya, “Berapakah yang menjadi Rasul di antara mereka, ya Rasulullah?”
Jawab:”Sebanyak tiga ratus tiga belas. “ (313)
12. Tanya, “Siapakah yang pertama, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Adam. “
13. Tanya, “Apakah dia seorang Nabi yang diutus ?”
Jawab: ”Benar, dia diciptakan oleh Allah dengan tangan-NYA, ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya yang disempur-nakan. “
Dan selanjutnya Rasulullah bersabda : Hai Abu Dzar, empat dari mereka adalah dari golongan Siryaniun, yaitu Adam, Syith, Nuh, dan Idris, yaitu Nabi pertama yang dapat menulis dengan pensil. Dan empat Nabi dari keturunan Arab, yaitu Hud, Syuaib, Saleh, dan Nabimu, hai Abu Dzarr. “
14. Abu Dzarr bertanya, “Berapa kitab yang telah diturunkan Allah, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: ”Seratus empat kitab (104). Kepada Syith telah diturunkan lima puluh halaman, Idris tiga puluh halaman, Ibrahim sepuluh halaman, Musa sebelum
Taurat ada sepuluh halaman, disamping kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.”
15. Tanya, “Ya Rasulullah, apakah isi lembaran yang diturunkan kepada Ibrahim?”
Jawab: ”Isinya ialah: Hai Raja yang berkuasa, dipuji dan sombong, sesungguhnya AKU tidak mengutusmu untuk mengumpulkan dunia, melonggokkan sebagian di atas sebagian, akan te-tapi AKU mengutusmu untuk menerima doanya orang yang teraniaya agar tidak sampai kepada-KU, karena AKU tidak akan mengembalikannya walaupun ia datang dari seorang yang kafir.
Seorang yang bijaksana akan membagi waktunya menjadi bebe-rapa waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, beberapa waktu untuk bertanya pada dirinya sendiri (muhasabah), beberapa waktu untuk merenungkan ciptaan Allah, dan beberapa waktu lagi untuk mengurus keperluan makan dan minumnya.
Seorang yang bijaksana tidak akan meributkan (menyi-bukkan) diri melainkan untuk tiga Tujuan: mencari bekal untuk hari kemudian (Akhirat), mencari nafkah hidup, dan mencari rizqi yang halal.
Seorang yang bijaksana hendaklah mengenal zamannya, tekun mengurus urusannya, dan menjaga lidahnya. Barang-siapa yang menyesuaikan bicaranya dengan perbuatan, maka akan jarang berbicara melainkan dalam hal-hal yang mengenai dirinya. “
16. Tanya, “Apakah isi lembaran-lembaran yang diturunkan kepada Musa, ya Rasulullah?”
Jawab: “Isinya adalah semua peringatan dan ibarat; aku heran dari orang yang yakin akan mati bagaimana ia dapat bersuka-ria, aku heran dari orang yang yakin dengan adanya takdir bagaimana ia membanting tulang be-
kerja, aku heran dari orang yang melihat keadaan dunia yang selalu berubah bagaimana ia dapat tenang memper-cayainya dan aku heran dari orang yang yakin adanya hari hisab besok, bagaimana ia enggan beramal. “
17. Tanya, “Ya Rasulullah, apakah ada yang sampai kepada kita sesuatu yang dulu ada di tangan Ibrahim dan Musa, dan apakah yang diturunkan Allah kepadamu?”
Jawab: ”Ada, cobalah baca hai Abu Dzarr, ‘Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan ia ingat akan nama Tuhannya, lalu ia bersholat. Tetapi engkau (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa. “
18. Abu Dzarr bertanya, “Apakah wasiatmu kepadaku, ya Rasulullah?”
Ar-Rasul SAW. Menjawab: ”Hendaklah engkau bertaqwa kepa-da Allah, karena itu (taqwa) adalah pokok segala urusanmu. “
19. Abu Dzarr bertanya lagi, “Apa lagi ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW. Menjawab: ”Bacalah Al-Qur’an dan berdzi-kirlah kepada Allah, karena itu akan menjadi dzikir buatmu di langit dan cahaya bagimu di dunia. “
20. Tanya, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Hindarilah banyak ketawa, karena itu mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah. “
21. Tanya, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Laksanakanlah kewajiban berjihad, karena itu meru-pakan kerahiban perjuangan bagi umatku. “
22. Tanya, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Hendaklah engkau selalu diam (tidak bercakap) melainkan untuk kebaikan, karena itu dapat mengusir syaitan dan da-pat menolongmu dalam urusan agamamu.”
23. Tanya, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Lihatlah kepada orang yang di bawahmu dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu, agar engkau tidak memandang rendah akan nikmat yang Allah berikan kepadamu.“
24. Abu Dzarr bertanya, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Jawab: ”Cintailah orang-orang fakir miskin dan duduklah bersama-sama mereka, agar engkau tidak memandang rendah dan kecil nikmat Allah kepadamu. “
25. Bertanya Abu Dzarr, “Apa lagi, ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW. Menjawab: ”Hubungilah kerabatmu, wa-laupun mereka memutuskan hubungannya denganmu.”
26. Tanya Abu Dzarr, “Apa lagi ya Rasulullah?”
Jawab Rasululllah: ”Katakanlah apa yang haq (yang benar) walaupun itu merupakan hal yang pahit. “
27. Tanya, “Apa lagi ya Rasulullah?”
Jawab: ”Janganlah engkau takut dicerca orang karena membela agama Allah. “
28. Tanya, “Apa lagi ya Rasulullah?”
Jawab: ”Apa yang engkau ketahui tentang dirimu akan mencegahmu mencampuri urusan orang lain dan janganlah engkau sesalkan bahwa orang tidak melakukan apa yang engkau sukai. Dan cukup sebagai aib bahwa engkau mengetahui ten-tang orang lain apa yang engkau tidak mengetahui tentang dirimu sendiri. “
Kemudian Rasulullah SAW. Memukul dadaku dengan tangannya seraya bersabda: “Tiada akal seperti kebijaksanaan, tiada wara’ seperti memahami diri dan tiada kebanggaan seperti akhlak yang baik.“


(30)
WUDHU’
Banyak diantara kita yang kurang sadar akan hakekat bahwa setiap yang dituntut dalam Islam mempunyai hikmah tersendiri.
1. Ketika berkumur, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, ampunilah dosa mulut dan lidahku ini”.
Komentar : Terkadang kita banyak bercakap akan hal hal yang tidak berguna / berfaedah.
2. Ketika membasuh muka, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, putihkanlah mukaku di akhirat kelak, Janganlah Kau hitamkan mukaku ini”.
Komentar : Ahli sorga mukanya putih berseri-seri.
3. Ketika membasuh tangan kanan, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, berikanlah hisab-hisabku di tangan kananku ini.”
Komentar : Ahli sorga diberikan hisab-hisabnya di tangan kanan.
4. Ketika membasuh tangan kiri, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, janganlah Kau berikan hisab-hisabku di tangan kiriku ini”.
Komentar: Ahli neraka diberikan hisab-hisabnya di tangan kiri.
5. Ketika membasuh kepala, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, lindungilah aku dari terik matahari di padang Mahsyar dengan Arasy Mu”
Komentar: Panas di Padang Mahsyar dikisahkan matahari hanya sejengkal diatas kepala.
6. Ketika membasuh telinga, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, ampunilah dosa telingaku ini”
Komentar : Terkadang kita sering mendengar hal-hal yang buruk diantaranya mendengar orang mengumpat, mem-fitnah, lagu-lagu bernuansa maksiat
7. Ketika membasuh kaki kanan, berniatlah engkau dengan. “Ya Allah, permudahkanlah aku melintasi titian Siratul Mustaqqim”.
Komentar: Ahli sorga melintasi titian dengan mudah sekali
8. Ketika membasuh kaki kiri, berniatlah engkau dengan, “Ya Allah, bawalah kaki kiriku pergi ke masjid-masjid, surau-surau dan bukan tempat-tempat maksiat”
Komentar : Qada’ dan Qadar kita di tangan Allah.
Pernahkah kita terfikir mengapa kita mengambil wudhu sedemikian rupa?
Pernahkah kita terfikir segala hikmah yang kita peroleh dalam menghayati Islam?
Pernahkah kita terfikir mengapa Allah lahirkan kita sebagai umat Islam?
Bersyukurlah dan bertaubatlah setiap saat.

(31)
MEMAAFKAN,
ATAU MEMBALAS SECUKUPNYA

Suatu hari ‘Aisyah yang tengah duduk santai bersama suaminya, Rasulullah SAW., dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang minta izin masuk ke rumahnya dengan ucapan assamu’alaikum (kecelakaan bagimu) sebagai ganti ucapan assalamu’alaikum kepada Rasulullah.
Tak lama kemudian datang lagi Yahudi yang lain dengan perbuatan yang sama. Ia masuk dan mengucapkan assamu- ‘alaikum. Jelas sekali bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah.
Menyaksikan polah tingkah mereka ‘Aisyah gemas dan berteriak: Kalianlah yang celaka!. Rasulullah tidak menyukai reaksi keras istrinya. Beliau menegur, “Hai ‘Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah dan berang?”
“Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?”
“Ya, aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa’alaikum (juga atas kalian), dan itu sudah cukup.”
Manusia agung, Muhammad SAW. Ini lagi-lagi memberi-kan pelajaran yang sangat berharga kepada istrinya, yang tentu saja berlaku pula bagi segenap kaum muslimin. Betapa beliau telah menunjukkan suatu kepribadian yang amat matang dan sangat dewasa dalam menghadapi berbagai keadaan.
Begitu kokoh pertahanan dirinya, sehingga tidak mudah terpancing amarahnya. Suatu pengendalian emosi yang luar biasa. Sebagai istri, ‘Aisyah tentu tidak rela manakala suami tercintanya menerima ucapan keji dan busuk sebagaimana yang diucapkan oleh orang Yahudi. Darahnya segera mendidih, dan tanpa kendali keluarlah dari kedua bibirnya kata-kata keji pula sebagai balasan atas mereka.
Apa yang dikatakan oleh ‘Aisyah sebenarnya dalam batas kewajaran. Ia tidak berlebihan dalam mengumpat dan mengata-katai mereka. Ia hanya membalas secara setimpal apa yang mereka ucapkan. Akan tetapi Rasulullah belum berkenan terhadap ucapan istrinya. Beliau ingin agar ‘Aisyah mengganti ucapannya dengan satu kata yang lugas tapi tetap sopan. Rasulullah berkata, “Wa ‘alaikum, itu sudah cukup.” Urusan salam ini nampaknya sederhana, tapi dalam Islam mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam merupakan pembuka kata dalam setiap perjumpaan, baik perjumpaan di udara maupun di darat (tatap muka). Salam bahkan menunjukkan kepribadian seseorang.
Orang yang secara tiba-tiba berkata-kata tanpa didahului oleh salam bisa dianggap kurang etis atau tidak sopan. Apa-lagi jika akan memasuki rumah orang. Bahkan nada suara, ekspresi wajah dan gaya penampilan ketika mengucapkan sa-lam menjadi perhatian yang sangat besar. Lebih dari itu, orang bisa langsung mengetahui identitas agama seseorang dari salamnya. Jika ada penyiar televisi atau nara sumber yang di-wawancarai mengu-capkan assalaamu’alaikum, segera kita ketahui bahwa orang tersebut beragama Islam. Demikian juga bila menggunakan salam yang lain.
Masalahnya kemudian, bagaimana jika assalamu ‘alai-kum sudah menjadi tradisi nasional, sehingga warga non-muslim juga mengucapkan hal yang sama? Banyak di antara kita yang gelagapan menerima ucapan assalamu’alaikum dari kawan atau kenalan yang nyata-nyata bukan muslim. Ada yang menjawab dengan wa ‘alaikum salam, tapi ada yang justru tidak menjawab sama sekali.
Urusan salam ternyata telah diajarkan oleh Islam sangat rinci. Termasuk jika kita mendapatkan ucapan assalamu’ alikum dari orang non-muslim. Dalam hal ini kita cukup menjawab mereka dengan ucapan: wa ‘alikum. Kenapa demikian?
Ada dua alas an: Yang pertama, menjaga hubungan baik dan kesopanan. Dengan ucapan wa ‘alaikum mereka merasa mendapatkan respon baik dari kita. Mereka tidak merasa diacuhkan. Sebaliknya mereka merasa dihormati dan diterima.
Alasan kedua, dengan hanya menjawab wa ‘alaikum, maka berarti kita tidak mendoakan kepada mereka. Sebab doa seorang muslim kepada non-muslim tidak diterima. Kecuali mendoakan agar mereka mengikuti jalan kebenaran, yaitu Islam. Dengan Islam mudah-mudahan mereka selamat di dunia dan di akhirat.
Nabi Ibrahim adalah seorang anak yang sangat mencintai dan menghormati ayahnya. Itulah sebabnya ia berdoa agar Allah menyelamatkan bapaknya.
Akan tetapi perbuatan Ibrahim itu mendapat teguran dari Allah, karena bapaknya masih musyrik, menyembah berhala.
Demikian juga Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat mencintai Abu Thalib, pamannya. Lewat perlindungan paman-nya inilah jiwanya selamat dan misinya berhasil. Tapi karena sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum juga menyatakan beriman kepada Allah, maka Muhammad SAW. terhalang mendoakannya.
Inilah adat kesopanan yang diajarkan Islam. Kepada orang yang tidak seagama, kita tetap harus berbuat baik. Apalagi jika orang tersebut telah berjasa kepada kita. Kepada orang tua yang non-muslim misalnya, kita harus berbuat baik. Termasuk jika mereka memerintahkan berbuat maksiat, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, walaupun perin-tahnya tidak boleh kita jalankan. Demikian juga kepada orang yang jelas-jelas menunjukkan permusuhannya, kita tidak boleh terpancing berbuat keji dan kotor. Sebisa mungkin kita me-ngendalikan diri.
Jika kita berniat membalasnya, maka balasan itu hendaknya setimpal, tidak boleh berlebihan. Pilihlah kata-kata yang tegas, lugas, tapi tetap sopan.
Dalam ajaran Islam, membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan lebih baik. Jika benar-benar kita ingin mem-balas, balasan itu hendaknya tidak lebih dari yang ia terima. Berlebih-lebihan dalam pembalasan merupakan tindak kedza-liman. Allah berfirman:
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang engkau, maka seranglah ia seimbang dengan serangan terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahui-lah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS al-Baqarah: 194)
Tidak seperti agama lain yang mengajarkan bahwa bila pipi kananmu dipukul berikan pipi kirimu. Bila jubahmu diminta berikan bajumu.
Ajaran ini justru tidak manusiawi, sebab sangat mem-beratkan mereka yang didzalimi. Islam mengajarkan agar sese-orang bisa memberi balasan setimpal dengan apa yang telah diterimanya. Meskipun demikian, memaafkan jauh lebih baik.
Seperti dalam kasus ‘Aisyah di atas, jelas bahwa ‘Aisyah sangat bisa membalas ucapan keji orang Yahudi. Apalagi saat itu Rasulullah bukan saja sebagai pemimpin ruhani, tapi sekaligus merupakan kepala Negara yang berkuasa. Apa susahnya mem-balas orang yang menghinanya, sedang menjebloskan mereka ke tahanan saja merupakan haknya. Tapi Rasulullah sebagai manu-sia agung memilih untuk memberi balasan yang secukupnya.
Keperkasaan seseorang tidak bisa diukur dari kekuatan fisiknya. Orang yang jantan, bukan mereka yang ahli bertinju, bukan mereka yang disetiap pertandingan tak terkalahkan. Menurut determinasi Islam orang yang kuat adalah mereka yang di kala marah bisa menahan dirinya. Rasulullah bersabda, “Bukan dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu)-nya sewaktu marah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Menahan marah bukan pekerjaan mudah. Menuntut perjuangan yang amat berat lagi susah, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk me-luapkan kemarahannya. Akan tetapi justru di sinilah seseorang itu dinilai, apakah layak disebut ksatria atau tidak. Seorang ksatria adalah yang mampu menahan marahnya, akan tetapi jika kedzaliman sudah melampaui batas, ia mampu membalasnya, setimpal dengan perlakuan orang tersebut. Orang yang seperti ini akan mendapat jaminan dari Allah, berupa kecintaan yang mendalam.
Rasulullah bersabda: “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseo-rang, ia akan mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa mema-sukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu:
(1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya;
(2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang;
(3) seseorang yang apabila sedang marah, dia meng-hentikan marahnya.” (HR Hakim)
Dalam menghadapi situasi yang cenderung memancing emosi, manusia dapat dibedakan dalam tiga tipe.
Pertama, orang yang tidak merasa marah padahal penyebabnya ada. Kedua, orang yang merasa marah tetapi mampu menahan amarahnya dan mau memaafkan. Sedang
Ketiga, mereka yang merasa marah, mampu menahan marah, tapi tidak bisa memaafkannya.
Dari ketiga kategori ini tentu saja golongan pertama yang lebih utama. Mereka disebut telah memiliki hilm, sifat sabar yang sangat besar. Sabar di atas sabar. Sifat ini telah dimiliki Rasu-lullah SAW., dan telah dibuktikan dalam berbagai peristiwa.
Tentang sifat hilm ini Rasulullah bersabda, “Maukah aku ceri-takan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memulia-kan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, ‘Engkau bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadmu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.’” (HR Thabrani)_

(32)
FATHIMAH AZ-ZAHRA RHA
DAN GILINGAN GANDUM

Suatu hari masuklah Rasulullah SAW. menemui anandanya Fathimah az-zahra rha. Didapatinya anandanya sedang meng-giling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis.
Rasulullah SAW. bertanya pada anandanya, "apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis". Fathimah rha. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menangis".
Lalu duduklah Rasulullah SAW. di sisi anandanya. Fathimah rha. melanjutkan perkataannya, "Ayahanda sudikah kiranya Ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah".
Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Ra-sulullah SAW. mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair (sejenis gandum) dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan-tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim". Penggilingan ter-sebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW. meletakkan syair ke dalam penggilingan-tangan itu untuk anandanya dengan tangannya, sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa, se-hingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.
Rasulullah SAW. berkata kepada gilingan tersebut, "Ber-hentilah berputar dengan izin Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW., demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalau-lah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya) "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan".
Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW. kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.
Rasulullah SAW. bersabda kepada anandanya, "Jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu ber-putar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT meng-hendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.
Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah SWT menu-liskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.
Ya Fathimah, perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah SWT men-jadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.
Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang telanjang.
Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.
Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah ke-ridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan engkau. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah, bahwa ridha suami itu dari Allah SWT dan kemarahannya juga dari kemarahan Allah SWT?.
Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu keja-hatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan, maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meniinggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.
Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.
Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati, maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), "Terus-kanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang".
Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmautnya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga serta Allah SWT akan menyela-matkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

(33)
MEDALI EMAS
MENUJU SURGA
( Dikisahkan Oleh: Hessam.KDU )

“Mari Pak, kita pulang. Waktu Maghrib sudah hampir tiba. Nanti kita terlambat sembahyang maghrib.” Demikian ajakan anakku Mina mengajakku segera pulang. Aku terperanjak dari lamunan panjang, ketika menziarahi makam isteriku bersama anak-anak. Dalam lamunanku terbayang perjalanan panjang, ketika aku masih kanak-kanak menjelang dewasa. Ketika itu aku masih duduk di sebuah sekolah SMP Muhammadiyah di kota ini.
Mungkin karena disebabkan oleh keinginan yang lebih cepat dewasa, atau mungkin karena sebab tidak mau menyusahkan orang lain, atau mungkin karena keinginan untuk mampu berdiri sendiri, maka pada masa akhir-akhir tahun di sekolah itu dibenakku selalu timbul dorongan untuk dapatnya mengurus diri sendiri. Bukan berarti tidak mau bergaul dengan orang lain, atau tidak mau menerima bantuan orang lain, atau menganggap remeh kemampuan orang tua Sebaliknya justru andaikata sudah mampu, ingin rasanya sedapat dapatnya membantu orang lain.
Waktu itu aku belum mengerti bahwa itu sebenarnya adalah salah satu tuntunan agama. Tahunya baru akhir-akhir ini bahwa agama mengajarkan, lebih baik tangan di atas daripada di bawah menengadahkan telapak ke atas.
Terdorong oleh keinginan hati untuk dapat mengurusi diri sendiri itu, maka seusai sekolah SMP saya nekat tidak meneruskan ke SMA, tetapi mencari jalan pintas, mengikuti kursus mengetik dan stenografi, yang pada masa itu memang belum ada alat perekam, apalagi komputer. Ternyata keinginanku mendapat ridha Allah Saw, karena kursus itu dapat kuselesaikan dalam waktu hanya 3 bulan dan hasilnya termasuk ranking atas.
Kubawa ijazah-ijazahku ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum. Waktu itu pemerintahan pusat masih berada di kota Yogya. “Saudara mau bekerja sebagai apa?” Tanya seorang kepala Bagian dari Biro Personalia. “Jadi juru ketik Pak.” Jawabku. Bapak kepala Biro menanyakan kepada kepala Bagian itu “Perlu ditest?” “Tidak perlu” jawabnya. Hatiku merasa bersukur, walaupun belum dapat mengucapkan “alhamdulillah”.
Dengan mengenakan celana pendek dan sepatu bobrok, esok paginya aku mulai masuk kantor dan ditempatkan di Bagian Pengetikan. Ada terselinap rasa bangga pada pekerjaan itu, karena ternyata kecepatan pengetikanku lebih cepat dari pengetik-pengetik lain yang sudah lebih senior. Apalagi dengan menggunakan sistim menutup mata (tidak melihat mesin tiknya). Tambah berbahagia lagi karena mereka mengetahui bahwa aku dapat menulis cepat dengan stenografi, maka setiap ada rapat Kepala-kepala Bagian, aku diperintahkan untuk mengambil notulen. Dan untuk ini aku memperoleh honorarium tersendiri.
Memang betul nasehat orang tua, bahwa perjuangan hidup perlu pengorbanan, perlu kesabaran, perlu ketabahan, tidak boleh lekas putus asa. Empat hari lamanya, karena belum menerima gaji, yang namanya perut ini tidak kemasukan makanan sama sekali. Segelas air panas waktu pagi di tempat aku menumpang dipondokan temanku yang penjual pakaian rombengan, dan segelas minum teh di kantor. Sorenya lagi cukup meneguk air hangat bersama temanku itu. Anehnya badan tetap bugar, tak ada rasa kelaparan sedikitpun. Barangkali karena didorong oleh rasa bahagia dengan memperolehnya pekerjaan di sebuah kantor Kementerian?.
“Tolong nanti kerja lembur bantu saya mengetik daftar gaji”, begitu ajakan pegawai setengah tua yang tugasnya membuat daftar gaji. Akupun menyanggupi ajakannya, walaupun seharian sama sekali tidak makan. Dari kesanggupanku membantu mengetik daftar gaji itu dia memberikan uang 25 sen. Sejak itu pula aku dapat makan pagi dengan sepotong ubi goreng dan segelas teh panas. Maklum gaji belum keluar, tetapi beruntunglah Tuhan memberikan rezeki 25 sen setiap hari sebagai pengganjel perut.
......................................................................
“Sri, coba sekarang bikin surat jurnal”, demikian perintah guru kursus kami. Gadis yang dipanggil Sri itu rupanya yang duduknya tepat disamping kananku. Tahulah aku bahwa gadis itu namanya Sri. Jadi tidak perlu mengenalkan diri. Tambah hari tambah kenal. Tambah hari tambah akrab. Mulai dari pinjam meminjam setip, pinjam meminjam karbon, kadang-kadang juga pinjam meminjam buku catatan nyanyian. Asyiknya lagi kalau pada waktu mengembalikan buku ada terselip sepucuk surat. Suratnya biasa saja, belum dapat dikatagorikan sebagai surat cinta. Belum ada atau memang tidak ada ungkapan atau pernyataan cinta. Tetapi yang jelas perkenalan itu tambah hari tambah akrab, tambah karib, sehingga merupakan teman karib yang sangat akrab.
Mungkin ini yang dinamakan cinta monyet?, cintanya anak-anak yang sedikitpun belum ada terpikir akan kehidupan sebagai suami isteri. Dalam pergaulanpun tidak pernah terjadi hal-hal yang aneh-aneh. Selama tiga bulan duduk berdampingan di tempat kursus selama dua jam, makin menambah keakraban kami berdua. Anehnya waktu dua jam itu rasanya makin pendek. Rasanya baru sepuluh menit tahu-tahu lonceng pergantian peserta kursus sudah berbunyi.
......................................................................
Pergolakan politik terjadi. Masa clash kedua. Aku bersama teman-teman lain bergabung dalam kelompok Tentara Pelajar (TP). Persahabatanku dengan Sri terputus. Tidak pernah ketemu dan tidak tahu satu sama lain dimana berada, karena semua penduduk kota mengungsi ke desa-desa. Pernah pada waktu tidur, karena sedang kena serangan malaria dengan demam yang cukup tinggi, katanya teman-teman, aku mengigau memanggil-manggil namanya (Sri)…………..
Yogya kembali … … suasana kembali aman.
“Dik Jon”, demikian sapa kakak sepupunya ketika aku berkunjung ke rumah Sri bersama-sama beberapa TP temanku. “Ya mbak”, jawabku. Aku dipanggil sendiri ke belakang, sedang Sri menemani teman-teman ngobrol di ruang tamu. “Persahabatan dik Jon dengan Sri kelihatannya sudah sangat akrab. Bagaimana kalau persahabatan ini diabadikan menjadi hubungan keluarga?” Aku mengerti maksud kakak sepupunya ini, yaitu kira-kira aku dan Sri disuruh menikah. Maklumlah, kondisi lingkungannya masih agak kental dengan suasana kampung. Jadi pantas saja kalau persahabatan antara seorang laki-laki dengan perempuan nampak sudah begitu akrab, maka sindiran-sindiran dari tetangga cukup membuat rasa risi. Walaupun Sri dan aku tidak pernah pergi berdua-duaan, tetapi kalaupun pergi sudah pasti bersama beberapa kawan, baik pria maupun wanita.
Aku tidak menjawab apa-apa, hanya terdiam seribu bahasa. Tetapi sikap diamku itu rasanya sudah begitu dimengerti oleh kakaknya. Dan aku kembali lagi ke ruang tamu, ngobrol bersama taman-teman lainnya. Biasa silaturohmi kami memang tidak pernah lama-lama. Bahkan tidak sampai disuguhi minum kami sudah berpamitan pulang ke asrama. Kali inipun kami segera berpamitan, seperti tidak ada hal-hal yang aneh. ….. ….. ….. ….. …..
“Masih berapa lembar lagi undangan yang harus kita tulis Sri?”.Tanyaku kepada Sri yang sibuk membantu menggunting kertas dari buku tulis untuk kutulis menjadi surat undangan. Maklumlah, tahun limapuluhan, masa paceklik, belum ada percetakan pembuat undangan. Mesin ketik pun belum banyak yang punya, kecuali di kantor-kantor dan orang-orang yang empunya. Undangan yang kami tulis tidak banyak, hanya beberapa lembar saja, itupun hanya ditujukan kepada para sepuh, sekedar mohon doa restu, sedang kenalan-kenalan atau kawan-kawan tidak ada yang kami beri undangan. Kalau pun mereka hadir pada acara sukuran yang diadakan malam harinya di rumah Sri dan di halaman depan itu hanya karena mendengar kabar. Sembilanpuluh persen yang hadir adalah famili sendiri.
Akad nikah dilakukan dengan sangat-sangat sederhana. Kami berjalan kaki dari rumah Sri ke mesjid besar -- dengan jarak sekitar 800 meter -- bersama 4 orang, yaitu dua orang saksi, seorang wali dan seorang sesepuh.
Pernikahan kami ini nampaknya kurang mendapat restu dari orang tuaku. Hal ini baru aku ketahui beberapa tahun kemudian, yang konon kabarnya aku sebelumnya telah dijodohkan dengan seorang puteri camat. Dan inipun baru diketahui oleh Sri ketika dia berkunjung agak lama (lebih kurang tiga bulan) di rumah mertua (waktu itu aku sedang mendapat tugas belajar di kota lain), maksudnya untuk mendekatkan diri dengan mertua. Dua orang anaknya yang masih kecil-kecil diajak serta. Pengalaman yang sangat menyedihkan dialami oleh Sri. Betapa tidak. Selama disana dia dianggap sebagai pelayan rumah tangga. Setiap hari mencuci pakian dua ember besar. “Ini dicuci semua, kalau tidak mau, akan kuceraikan kamu dengan mas Jon, dasar orang tak tahu diri”, Demikian antara lain perintah serta ancaman yang dilontarkan anggota keluargaku kepada Sri. Diapun melakukan semua perintah yang diberikan dan menelan semua bentakan-bentakan dengan hati berserah diri dan ikhlas.
Setahun sudah tugas belajarku selesai dengan hasil termasuk ranking yang baik. Dari kota tempatku belajar aku langsung menuju ke desa orang tuaku, yang waktu itu sudah menjalani pensiun. Agak janggal juga rasanya, mengapa demikian. Mengapa justru tidak menemui anak isteri dulu di rumah orang tuanya. Entahlah, rasanya seperti ada kekuatan dari dalam yang membuatku berlaku demikian. “Lho Sri, kamu sudah ada di sini?”, tanyaku dengan tercengang, karena sebenarnya aku tidak mengerti bahwa Sri dan anak-anaknya sudah mendahului datang ke kampung. “Ya mas, sudah lebih tiga bulan saya disini, ibu yang menyuruhku kesini, supaya anak-anak lebih akrab dengan eyangnya disini.” Berkata begitu Sri kelihatan matanya agak merah seperti mau menangis, tetapi cepat dia menguasai diri, kemudian menceritakan kelucuan-kelucuan anak-anaknya yang nampak sangat sehat. Suasana di rumah itu cerah dan gembira, seperti tidak pernah terjadi hal-hal yang menyedihkan.
Selang beberapa hari kami berempat kembali ke kota, ke rumah orang tua Sri untuk berpamitan dan mohon doa restu akan menuju ke tempat tugas yang baru di luar Jawa. Beberapa kota propinsi kujelajahi demi tugas. Pada salah satu hari di salah satu kota, Sri mendekatiku dengan berceritera pelahan-lahan. Menceritakan pengalamannya waktu tinggal tiga bulan di rumah mertua (rumah orang tuaku). Pengalaman yang sangat mengharukan, tetapi merupakan gemblengan mental yang sangat kuat. “Ini sengaja tidak kuceritakan kepada mas, sebelum mas merasa tabah mendengarnya. Mudah-mudahan mas tidak marah.”
Mendengar cerita isteriku itu, aku sangat terharu bercampur kagum dan memuji ketabahan hatinya. Aku hanya bisa bersukur kepada Tuhan yang telah mengatur semuanya ini dengan sebaik-baiknya. Timbul pertanyaan dalam hati kecilku: mengapa aku selalu mendapat atau memilih tugas di luar Jawa, jauh dari kampung halaman. Semua itu Tuhan yang mengatur, manusia tinggal menjalankan apa Kehendak-Nya. Aku lalu teringat pada waktu ‘nderek’ di rumah rama bekel (abdi kraton). “Jon, menungsa kuwi mung sadrema nglakoni, ibarat wayang hanya mengikuti apa maunya dalang.” Manusia hanya sekedar mematuhi apa kodradnya Tuhan, ibarat wayang dengan dalang. Tentu saja ibarat itu tidak persis 100%.
Dalam perjalanan hidup berkeluarga kami selalu mendapatkan kebahagiaan, walaupun dalam suasana sederhana. Dengan tidak disangka-sangka pernikahan kami sudah dianugerahi anak sebanyak sembilan orang yang hidup. Semuanya sudah membentuk keluarga. Anak yang sulung meninggal karena serangan malaria, yang menyerang lambung sehingga menyebabkan leukemia. Sedang yang bungsu meninggal sesaat sesudah lahir, karena pada waktu dalam kandungan, ibunya menderita sakit malaria…… ….. …..
“Apa acara kita nanti memperingati limapuluh tahun pernikahan kita Sri?”. Begitu pertanyaanku kepada Sri, karena enam bulan lagi kami sudah akan mencapai limapuluh tahun pernikahan. Orang biasanya menamakan “pernikahan-emas”. Acara peringatan pernikahan-emas sudah tergambar sangat indah dalam angan-angan. Dalam acara nanti akan kubuat atraksi yang lucu-lucu dan menarik. Acara untuk mendapatkan “medali perkawinan-emas”. Tetapi Tuhan Maha menentukan. Isteriku tidak menerima medalinya di dunia ini, tetapi diterima nanti di alam baqa, karena dia sudah dipanggil terlebih dahulu kehadirat-Nya. Semoga semua amalnyalah yang menggantikan medali emasnya menuju ke Surga.
“Pak, kita pulang, waktu Maghrib sudah hampir tiba.” Aku terhenti dari lamunanku dan meninggalkan makam isteriku untuk pulang.
oooooOOOoooo

Jika kau sampaikan rahasiamu pada angin,
jangan salahkan angin bila ia kabarkan pada pepohonan."

Semoga apa yang telah saya sampaikan ini ada manfaatnya,
Bila ada salah kata mohon dimaafkan. Yang benar itu pasti datangnya dari Allah SWT Wallahù'alam bíshawab
Wabíllahí taùfík walhídayah,
Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh.

……… Insya Allah Bersambung ………


HESSAM COLECTIONS
Jln.Wulung 5-a Papringan
550 275 - 621128

Drs.H. Sudibya Samiyana, KDU

Tidak ada komentar: