07 September 2008

Kisah Penuh Hikmah (4)

( BUKU: 4 )

Disusun Oleh :
Edi S. Kurniawan
e-mail : Edieskurniawan@yahoo.com

Dimodifikasi Oleh:
S. Samiyana, KDU
NPV. 20.003.357

(Dipersembahkan untuk semua Ikhwan-Akhwat Muslim
dimana saja berada)



“ Bísmíllaahírrahmaanírrahím ”

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan
ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."

***
"Dan sesungguhnya akan Kami berikan
cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berilah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar."

***
Qulil Haq Walau Kaana Murro
"katakanlah kebenaran itu walaupun pahit"

***
Ya Allah kalau Engkau masukkan aku ke dalam sorga,
rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga
Tetapi kalau aku Kau masukkan ke dalam neraka,
aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Allah,
maka terimalah taubatku ini……
***

( 1 )
MENGAPA MENUNDA MENIKAH ?

Rasulullah pernah berkata kepada Ali RA : Hai Ali, ada tiga perkara yang jangan kamu tunda-tunda pelak-sanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap penguburannya, dan wanita bila me-nemukan pria sepadan yang meminangnya (HR. Ahmad)
Kalau kita tanya seseorang pemuda/pemudi, Mengapa belum menikah? Maka jawabanya antara lain :
1. Masih kuliah/menuntut ilmu
Dikhawatirkan bila menikah akan mempengaruhi prestasi belajar dan mempengaruhi persiapan masa depan.
Hal ini sesungguhnya tergantung dari manajemen waktu, waktu yang biasanya dipakai untuk hura-hura setelah waktu kuliah, diganti dengan mencari nafkah atau ber-cengkerama dengan keluarga.
Disisi lain, bisa menghemat sewa kamar (kost-kostan), dapat saling membantu mengerjakan tugas (kalau satu bidang studi) atau dapat memperluas wawasan diskusi interdisipliner misalnya suami studi ilmu komputer dan istri akuntansi maka diskusi komputasi akuntansi akan nyambung, atau biologi dengan kimia diskusi tentang biokimia
2. Bila menikah akan terkekang
Tidak bisa bebas lagi, tidak bisa kongkow-kongkow di mal setelah pulang kuliah atau kerja, bertambah beban tanggung jawab untuk memberi nafkah istri dan anak. Sedangkan Rosul bersabda : "Bukan golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya kare-na menikah kemudian ia tidak menikah" (HR Thabrani)
3. Belum siap dalam hal materi/rezeki.
Banyak yang beranggapan kalau mau menikah harus siap materi, yang berarti harus punya jabatan yang mapan, rumah minimal BTN, kendaraan dll, sehingga bila belum terpenuhi semua itu, takut untuk "maju". Sedangkan Allah menjamin akan memberikan rizki bagi yang menikah seperti dalam firmanNYA: "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba saha-yamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memam-pukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pem-berian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nur:32).
Rasulullah SAW bersabda :
"Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga) "(HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus).
4. Tidak ada/belum ada jodoh
Masalah memilih jodoh telah di jelaskan pada taz-kiroh 2 pekan yang lalu, dibawah ini adalah pesan Rosul SAW: Imam Thabrani meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasu-lullah SAW bersabda :"Barang siapa me-nikahi wanita karena kehormatannya (jabatan), maka Allah SWT hanya akan menam-bah kehinaan; barang siapa menikah karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah kecuali kefakiran; barang siapa me-nikahi wa-nita karena hasab (kemuliaannya), maka Allah hanya akan menambah kerendahan. Dan barang siapa yang menikahi wanita karena ingin menutupi (kehormatan) matanya, memben-tengi farji (kemaluan) nya, dan memper-erat silaturahmi, maka Allah SWT akan memberi bara-kah-Nya kepada suami-istri tersebut"
Imam Abu Daud & At Tirmidzi meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesungguhnya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (dari pada wanita kaya & cantik tapi tidak taat bera-gama)"
Bukan berarti Rasulullah SAW mengabaikan penampilan fisik dari pasangan kita, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : "Kawinilah wanita yang subur rahimnya dan pecinta "(HR Abu Daud, An Nasai & Al Hakim) "Tiga kunci kebahagiaan suami adalah: Istri yang solehah: yang jika dipandang membuat sema-kin sayang, jika kamu per-gi membuat tenang karena bisa men-jaga kehormatannya dan taat pada suami"
5. Mungkin masih ada alasan lainnya, yang tidak akan dibahas disini misalnya:
* Karena kakak (apalagi wanita) belum menikah
* Karena orang tua terlalu selektif pilih calon menantu.
* dan lain lain
Manfaat menikah di usia muda :
1. Menjaga kesucian fajr (kemaluan) dari perzinaan serta men-jaga pandangan mata. (QS 24: 30-31)
2. Dapat melahirkan perasaan tentram (sakinah), cinta (mawad-dah) dan kasih sayang (rahmah) dalam hati. (QS 30:21).
3. Segera mendapatkan keturunan, dimana anak akan menjadi Qurrata A'yunin (penyejuk mata, penyenang hati) (QS 25:74) Karena usia yang baik untuk melahirkan bagi wanita antara 20-30 tahun, diatas umur tersebut akan beresiko baik bagi ibu maupun sang baby.
4. Memperbanyak ummat Islam. Seperti yang dipesankan Rosul, beliau akan membanggakan jumlah ummatnya yang banyak nanti di akhirat.
Kemuliaan menikah :
"Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mere-ka berdua dengan penuh rahmat.
Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya." (HR Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri r.a.)
Juga dapat ditambahkan, bahwa Islam memberi nilai yang tinggi bagi siapa yang telah menikah, dengan meni-kah berarti sese-orang telah melaksanakan SEPARUH dari agama Islam!, tinggal orang tersebut berhati-hati melaksanakan yang separuhnya lagi agar tidak sesat.
Rosul SAW bersabda : Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi (HR Al Hakim).
Kehinaan melajang/membujang : "Orang yang paling buruk di-antara kalian ialah yang melajang (membujang) dan seburuk-buruk mayat (diantara) kalian ialah yang melajang (membujang)" (HR Imam, diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dari Athiyyah bin Yasar). Sebagai penutup, silahkan pertanyaan di bawah ini dijawab di dalam hati saja:

MENGAPA SAYA MENUNDA UNTUK MENIKAH ?

( 2 )
ETIKA DALAM BERTENGKAR
(JIKA TERPAKSA HARUS)

Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah, Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa hingga hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis, sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (S.21:35), hanya jadwal eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi, dan saya? Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami dengan isteri.
Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata : "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati sa'at-sa'at bertengkar, se-bagaimana lebih menikmati lagi sa'at-sa'at tidak ber-tengkar
Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, beta-pa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa ken-tal, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi. Baik-lah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam me-langsungkan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13 tahun, dan ber-hasil membangun keadaan yang senan-tiasa lebih asyik daripada sebelum terjadi pertengkaran. Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong Uni Ranti jangan tergesa gesa menghapusnya
Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak mencuri hati saya, malah saya kasihkan dengan ikhlas dibarter hatinya yang tulus—
Awal bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan saya, dan jawabannya tepat seperti yang di-harap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu di-antaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa per-bincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar maka :


1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun su-0dah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata "STOP" ini giliran saya !
Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan se-nyum saya berkata dalam hati : "Kamu makin cantik kalau marah, makin energik " Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi "duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu "
Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka", saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah pada sia-pa-siapa kecuali pada isteri saya, maka kini giliran dia yang ha-rus bersedia jadi keranjang sampah. Pokoknya khusus untuk ma-rah, meus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah.

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti ter-pojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke de-pan. Dalam ber-tengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradab-an cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai hari ini, biaya pernikahan saya masih harus terus saya cicil, sayang kan kalau di delete begitu saja ...
Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kema-rahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dengan seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh. Bila teh yang di-sajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dengan ke-salahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya", maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.
Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah ... OK, ma-rahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini .....

3. Kalau Marah jangan bawa-bawa keluarga !
Saya dengan isteri saya terikat masa 13 tahun, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir dua kali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan kon-sep Al-Quran, seseorang tidak menanggung kesalahan fihak lain (S.53:38-40). Saya tidak akan terpantik marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-co-ba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya menga-pa harus bawa-bawa orang lain kekancah "awal cinta yang panas ini". Kata ayah saya : "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu ba-nyak". Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mu-dah dicari ma'afnya dari pada ngambek pada yang tidak me-ngenal hati dan diri saya.."
Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tam-bah dengan memusuhi mertua!
4. Kalau marah jangan di depan anak-anak !
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tuanya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Mem-bela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu-kan bapak saya ... ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
Ibu : "Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!"
Bapak : "Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!!
Anak :"...... Yaaa ...ibu saya babu, bapak saya kuda .... terus saya ini apa ?"
Kita harus berani berkata : "Hentikan pertengkaran !" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binaryyannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia men-dengar kata basi hati kita ???
5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu sholat
Pada setiap tahiyyat kita berkata : "Assalaa-mu 'alaynaa wa 'alaa 'ibaadil- ahis holiihiin" Ya Allah damai atas kami, demi-kian juga atas hamba-hambamu yang sholeh .... Nah andai sete-lah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah. Maka kita telah mendustaiNya, padahal nyawa-mu ditanganNya ...... OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ..... Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau Maghrib sebatas isya’ ... Atau habis isya sebatas .... ??? Nnnng .. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar .....
6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema'afkan
{hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di-koran resensinya film Demi Moore [judulnya saya lupa ....]} Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar ha-nyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki. Ini saja, semoga bermanfa'at, "Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi"


( 3 )
INDAHNYA MENAHAN MARAH

“Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuas-kannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, di-suruhnya memilih bidadari seke-hendaknya.” (HR. Abu Dawud – At-Tirmidzi)
Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Na-mun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja di-tanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimanan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan te-nang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat de-ngan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menye-lurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang, dan lapang dada.
Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan sese-orang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memun-cak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu mera-sa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan ma-rah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’u-dzubillah.
Menurut riwayat, ada seorang Badwi ank e meng-hadap Nabi SAW. dengan maksud ingin meminta sesu-atu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi SAW. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, kelu-arga dan kerabat.”
Keesokan harinya, Rasulullah SAW. bersabda kepada para sa-habat, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membu-nuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.
Rasulullah SAW. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak ank menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah ka-rakternya. Kalaupun saat itu, dilakukan hukuman ter-hadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah SAW. tidak berbuat demikian. Beliau tetap sa-bar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, beliau SAW. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan kebu-tuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa diguna-kan untuk me-nempuh perjalan jauh.
Adakalanya, Rasulullah SAW. juga marah. Namun, ma-rahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bu-kan karena masalah pribadi. Melainkan, ka-rena kehormatan agama Allah.
Rasulullah SAW. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR. Bukhari)
Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Tur-mudzi).
Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan mengha-silkan kebaikan dan kebajikan bagi di-rinya maupun masya-rakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marah-nya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki kete-nangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesa-barannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masa-lah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, seka-lipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara mem-bersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain seba-gainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah ank e-taatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah SAW. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasu-lullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu ter-hadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubu-ngan dengan engkau.” (HR. Thabrani).
Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila me-ngutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, di-kunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutu-kan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud).

( 4 )
KEISTIMEWAAN WANITA

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penya-yangnya yang lebih kuat dari lelaki.
2. Wanita yang Sholihah lebih baik daripada 1000 orang lela-ki yang sholeh.
3. Barang siapa yang menggembirakan anak wanitanya, dera-jatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takutkan Allah.
4. Barang siapa yang membawa hadiah (oleh-oleh) lalu dibe-rikan kepada keluarganya, hendaklah mendahulukan anak wanitanya dari anak laki-laki
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW didalam Sorga.
6. Barang siapa mempunyai 2 atau 3 anak wanita, atau 2 atau 3 saudara wanita lalu dia bersikap ichsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik me-reka dengan penuh rasa taqwa dan tanggung jawab maka baginya adalah Sorga.
7. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak wanitanya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang ba-ginya dari api neraka (Aisyah r.a.).
8. Sorga dibawah telapak kaki Ibu ( Hadith )
9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan ter-tutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu Sorga, maka masuklah dari pintu yang dikehendaki.
10. Wanita yang taat akan suaminya serta menjaga sholat dan puasanya, semua ikan-ikan dilaut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia taat pada suaminya dan direlakanya.
11. Apabila memanggil akan engkau dua orang Ibu Bapakmu, maka jawablah panggilan Ibumu dahulu.
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?“ Jawab Baginda, “Suaminya “ Siapa pula berhak terhadap lelaki ? Jawab Rasulullah “ Ibunya “
13. Wanita apabila sholat 5 waktu, puasa 1 bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, ma-suklah dia dari pintu Sorga mana saja yang dia kehendaki.
14. Tiap wanita yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia kedalam Sorga 10.000 tahun lebih dahulu dari suaminya.
15. Apabila seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuk-nya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
16. Apabila seorang wanita mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berji-had pada jalan Allah.
17. Apabila seorang wanita melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya
18. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila ibu semalaman tidak tidur karena memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.

( 5 )
WASIAT RASULULLOH SAW
KEPADA AISYAH

Saiyidatuna ‘Aisyah r.a meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau.
Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesung-guhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama eng-kau mengingat wasiatku ini...”
Intisari wasiat Rasulullah Saw tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar dari kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.
Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :
(a) Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah
(b) Tidak memuji Allah Ta’ala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.
(c) Mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah
(d) Memperbanyak kata-kata yang sia-sia, banyak bicara yang tidak bermanfaat.
Wahai, Aisyah, ketahuilah :
(a) Bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah.
(b) Bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidah-nya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.
(c) Bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau mena-ruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan meng-hapuskan muka dan tubuhnya pada hari kiamat.
(d) Bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suaminya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau meng-khianati suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kia-mat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubun-nya terikat pada dua kakinya di dalam neraka.
(e) Bahwa wanita yang mengerjakan sholat dan berdoa untuk dirinya, tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sholatnya.
(f) Bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaian-nya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun;
(g) Bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk didepan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan delapan puluh cambuk dari api.
(h) Bahwa isteri yang mengandung (hamil) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qia-mul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.
(i) Bahwa isteri yang bersalin (melahirkan), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyu-sukan anaknya.
(j) Bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah da-lam perjuangan fisabilillah.

( 6 )
WANITA PENGHUNI SORGA

Ketika Baginda Rasul SAW mengatakan Penghuni Neraka kelak lebih banyak kaum wanita, maka salah satu sahabat bertanya, ya Rasulullah Apakah mereka tidak gemar beribadah kepada Allah bukan jawab rasulullah SAW, lalu kenapa ?
Mereka bahkan lebih taat menjalankan Sholat, puasa dan hadir dalam majlis ta'lim tapi mereka tidak bisa menjaga kehormatan suaminya. Diantaranya :
1. Mengeluhkan uang belanja yang diberikan suaminya (tidak mensyukurinya)
2. Menceritakan kekurangan suaminya (tidurnya mendengkur dan lain sebagainya)
3. Tidak dapat menjaga harta suaminya
Dalam hadith lain disebutkan :
1. Ya Rasulullah siapakah yang berhak atas diriku tanya seorang muslimah? Suamimu, lalu siapa lagi Ibumu jawab Rasulullah
2. Rasulullah bersabda " Seandainya Allah Mengizinkan Manu-sia menyembah manusia Maka aku suruh seorang istri me-nyembah suaminya.
Lalu siapakah wanita penghuni Sorga ?
1. Wanita yang menegakkan Sholat
2. Wanita yang menjalankan Puasa dibulan Ramadhan
3. Wanita yang menjaga kehormatan dirinya (diantaranya menutup aurat)
4. Patuh pada suami, dan suaminya ikhlas kepadanya

( 7 )
MENGUBAH DENGAN KEKUATAN TAULADAN

Rasulullah SAW gemilang menyeru ummat ke jalan-Nya, mengubah karakter ummat dari zaman kegelapan menuju jalan penuh cahaya yang ditempuh hampir 23 tahun. Salah satu pilar strategi keberhasilannya adalah karena Rasul memiliki kekuatan suri tauladan yang sungguh luar biasa. Yakinlah bahwa cara pa-ling gampang mengubah orang lain sesuai keinginan kita adalah dengan cara menjadikan diri kita sebagai media atau contoh yang layak ditiru.
Karenanya, jangan bercita-cita memiliki anak yang santun, lembut, kalau kesantunan dan kelembutan itu tidak ada dalam diri orang tuanya. Jangan bercita-cita punya anak yang tahu etika, kalau cara mendidik yang dilakukan orang tuanya tidak menggunakan etika. Sangat mustahil akan terwujud ketika para pimpinan ingin anggotanya berdisiplin, padahal disiplin itu bukan bagian dari diri pimpinannya. Contoh sederhana, mengapa P4 gagal menjadi pedoman hidup yang jadi acuan bangsa Indo-nesia? Karena tidak ada contoh tauladannya. Siapa sekarang pemimpin bangsa ini yang paling Pancasilais ? Susah menca-rinya. Seumpama mata air di pegunungan yang sudah keruh tercemar. Kalau dari sumbernya sudah keruh, walau yang di bawah di bening-beningkan juga tidak akan bisa. Di hilir menjadi keruh karena di hulunya juga keruh.
Orang tua ingin anak-anaknya tidak merokok padahal ter-nyata orang tuanya perokok berat, bagaimana mungkin ? Para guru ingin murid-muridnya tidak mengganja, padahal ganja itu awalnya dari rokok, dan ternyata para guru merokok di depan murid-muridnya. Jangan-jangan kita yang menjerumuskan mere-ka ?
Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta ada sebuah contoh menarik tentang mengapa anak-anak menjadi seorang perokok atau pengganja. Di salah satu dindingnya ter-gantung sebuah potret seorang ibu yang sedang menimang-nimang bayinya, dan ternyata si ibu ini melakukannya sambil merokok. Tidak bisa tidak. Perilaku si Ibu ini merupakan contoh bagi si bayi yang ada dipangkuannya.

( 8 )
PANCARAN PRIBADI BERSIH HATI

Yakinlah bahwa jikalau hati kita jernih, bening, dan tulus maka wajah juga akan enak dipandang, akan ada suatu kesan tersendiri yang lain dari yang lain. Mungkin wajahnya tidak cakep, tidak jelita, mungkin kulitnya hitam, mungkin hidungnya tidak begitu mancung, mungkin alisnya kurang begitu simetris, mungkin di wajahnya ada kekurangan, katakanlah ada cacatnya tapi tidak bisa di-pungkiri bahwa kalau hatinya bening, jernih, dan tulus ia akan senantiasa memancarkan sinar keindahan, kese-jukan dan kenyamanan.
Orang yang hatinya bersih akan tercermin pula dari kerapihan dan kebersihan di lingkungan sekitarnya. Kita sepakat bahwa kumal, kusut, kotor, dan bau adalah perilaku yang tidak kita sukai. Kenapa sih tidak kita sisir rambut kita dengan rapi, padahal bisa lebih rapih dan lebih tertib ?! Bukan tidak boleh punya rambut bermode, tapi yang lebih penting adalah bagai-mana ketika orang lain melihat penampilan kita pikirannya tidak menjadi jelek.
Ketika suatu waktu lewat di depan Taman Kota, terlihat ada sekelompok pemuda dengan potongan rambut landak gaa Duran-Duran, Punk, dan ada juga yang dicat pirang. Tentu saja ini akan membuat orang lain berpikir jelek tentang mereka.
Maka pastikan rambut kita selalu tersisir rapih. Pada kaum laki-laki, tidak usah diperbudak oleh mode. Intinya, kalau orang lain melihat penampilan kita, orang itu men-jadi cerah, tentram, senang, dan merasa aman. Tidak usah pula centil dengan me-nempelkan segala atribut, gambar anic, atau juga tanda jasa supaya orang lain tahu siapa kita. Buat apa? Semuanya harus wajar, proporsional, dan tidak berlebih-lebihan.
Bagi seorang wanita yang memiliki hati bersih akan ter-pancar pula dari penampilannya yang tidak over acting, tidak berdandan mencolok, semuanya serba wajar dan proporsional. Hal ini menjadikan orang yang melihatnya juga menjadi enak, wajar dan normal, walaupun tidak dipungkiri bahwa setiap orang punya standard penilaian yang berbeda-beda. Namun yang terpenting adalah penilaian menururt ALLAH SWT Kalau orang-orang yang berpenyakit hati kadang-kadang penilaiannya selalu negatif, walau sebenarnya kita sudah melakukan yang terbaik.
Pancaran bersih hati lainnya akan tampak terealisasikan pula dari struktur bibir atau senyuman. Pastilah kita akan enak kalau melihat orang lain senyum kepada kita dengan tulus, wajar dan proporsional. Dan senyum itu bukanlah perkara mengangkat ujung bibir — itu perkara tipu-menipu — tapi yang paling penting adalah keinginan dari dalam diri untuk membahagiakan orang yang ada di sekitar kita, minimal dengan sesungging senyuman. Dan tentu saja dilanjutkan dengan sapaan tulus, ucapan salam “Assalaamu’alaikum”, menyembul dari hati yang ikhlas, insya-allah ini akan membuat suasana menjadi lebih enak, tentram, dan menyenangkan.
Suatu yang patut kita renungkan, saat duduk di mesjid sewaktu shalat berjemaah atau juga acara majelis taklim, ka-dangkala kita suka enggan menyapa orang di samping kita, se-pertinya ada tabir atau benteng yang kokoh menghalang. Pada-hal yakin sama-sama umat Islam, yakin sama-sama mau sujud kepada ALLAH. Kalau kita ada dalam kondisi seperti ini seha-rusnya tidak usah berat untuk menyapa duluan. Kenapa kita ini ingin disapa lebih dulu? Etikanya memang, yang muda kepada yang tua, yang berdiri kepada yang duduk, yang datang kepada yang diam. Namun sebaiknya mumpung kita punya kesempatan, lebih baik kita duluan yang menyapa.
Kalau kita sebagai bapak, saat pulang kerja ke rumah co-balah terbarkan salam, “Assalaamu’alaikum anak-anakku seka-lian!” dibarengi senyuman ramah dan belaian sanyang daripada marah-marah, “Anak-anak diam, Bapak lagi capek! Seharian Bapak membanting tulang memeras keringat, tiada lain hanya untuk meng-hidupi kalian tahu?”.
Wah, kalau begini pastilah anak-anak tidak akan merasa aman.
Juga para bos, pimpinan, direktur, manager, ketua kelas, wali kelas, atau siapa saja yang jadi atasan, jangan sampai se-perti monster. Apa itu monster? Yaitu makhluk yang keha-dirannya ditakuti. Kalau kita dating orang jadi tegang, panik, jantung berdebar-debar kencang, dibarengi badan yang ber—guncang hebat, ini berarti ada yang salah dalam diri kita. Maka, sudah seharusnya sapaan kita itu tidak hanya mengoreksi, meng-kritik, tapi juga berupa penghargaan, pujian, ucapan-ucapan doa yang tidak harus ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Artinya kalau orang lain bertemu kita, haruslah orang lain itu merasa aman.
Kalau mau bicara, sapaan kita juga harus aman, harus bersih dari membuat orang lain terluka. Pokoknya kalau orang lain datang, orang itu harus merasa aman. Ini ciri-ciri orang yang pengelolaan Qalbunya sudah bagus. Kata-kata, lirikan mata, sikap diri kita harus kita atur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain, sebab hati tidak bisa disentuh kecuali oleh hati lagi.
Cobalah Bapak-bapak dan Ibu-ibu, anak-anak kita harus merasa aman dekat dengan kita. Jangan sampai ketika dekat ki-ta, mereka merasa ketakutan, tidak aman, hingga akhirnya mere-ka mencari rasa aman dengan orang-orang di luar kita, yang belum tentu berperilaku baik. Para guru jangan sampai membuat panik para muridnya. Ketika lonceng tanda masuk berdentang, haruslah murid merasa bahagia. Itu sukses. Jangan sampai seba-liknya, ketika kita masuk semua menjadi panik.
Sudah seharusnya menjadi cita-cita jauh di lubuk hati kita yang terdalam untuk menekadkan diri menjadi seorang pribadi bersih hati yang selalu dicintai dan di-nanti kehadirannya. Karena sungguh akan sangat berbahagia bagi orang-orang yang sikapnya, tingkah lakunya, membuat orang disekitarnya merasa aman. Karena perilaku kita adalah juga cerminan kondisi Qalbu kita. Qalbu yang bening, maka tingkah lakunya akan bening menyenangkan pula. Hal ini tiada lain buah dari pengelolaan Qolbu yang benar, Insyaallah.

( 9 )
KISAH RAHASIA
DI SEBALIK SHALAT LIMA WAKTU

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, "Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, 'Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utus-an Allah atau malaikat muqarrab.'
Lalu Rasullullah SAW bersabda, 'Silahkan bertanya.'
Berkata orang Yahudi, 'Coba terangkan kepada kami ten-tang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.'
Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Zuhur jika tergelincir mata-hari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebe-lumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini karena apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.'
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasul-lullah saw, lalu mereka berkata, 'Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.'
Rasullullah SAW bersabda, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang menger-jakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.'
Sabda Rasullullah saw lagi, 'Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.'
Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, 'Jagalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang perte-ngahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.'
Sabda Rasullullah saw, 'Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah SWT haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan dibe-rikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.'
Sabda Rasullullah saw seterusnya, 'Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah SWT dua kebebasan iaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.
Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan Rasulullah saw, maka mereka berkata, 'Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah SWT mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu?'
Sabda Rasullullah saw, 'Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah SWT mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.
Sementara diizinkan makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah SWT kepada makhluk-Nya.'
Kata orang Yahudi lagi, 'Wahai Muhammad, memang be-narlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperoleh dari berpuasa itu.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah SWT, dia akan diberikan oleh Allah SWT 7 perkara:
1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram).
2. Rahmat Allah senantiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan dari rasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah SWT pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah SWT akan memberinya kemudian di Sorga.'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.'
Sabda Rasullullah saw, 'Seorang nabi menggunakan doa mus-tajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap me-nyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat ke-pada umat saya di hari kiamat).'
Kata orang Yahudi, 'Benar apa yang kamu katakan itu Muham-mad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).'
Sedikit peringatan untuk kita semua: "Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Surah Al-Baqarah: ayat 155)
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diu-sahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang diker-jakannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 286)


( 10 )
GUGURNYA DOSA
BERSAMA TETESAN AIR WUDHU

“Abu Nadjih (Amru) bin Abasah Assulamy r.a berkata: Pada masa Jahiliyah, saya merasa bahwa semua manusia dalam kesesatan, karena mereka menyembah berhala. Kemudian saya mendengar berita ; Ada seorang di Mekkah memberi ajaran-ajar-an yang baik. Maka saya pergi ke Mekkah, di sana saya dapat-kan Rasulullah SAW masih sembunyi-sembunyi, dan kaumnya sangat congkak dan menentang padanya.
Maka saya berdaya-upaya hingga dapat menemuinya, dan ber-tanya kepadanya : Apakah kau ini ?
Jawabnya : Saya Nabi.
Saya tanya : Apakah nabi itu ?
Jawabnya : Allah mengutus saya.
Diutus dengan apakah ?
Jawabnya : Allah mengutus saya supaya menghubungi famili dan menghancurkan berhala, dan meng-Esa-kan Tuhan dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Saya bertanya : Siapakah yang telah mengikuti engkau atas ajaran itu ?
Jawabnya : Seorang merdeka dan seorang hamba sa-haya ( Abubakar dan Bilal ).
Saya berkata: Saya akan mengikuti kau. Jawabnya: Tidak dapat kalau sekarang, tidakkah kau perhatikan keadaan orang-orang yang menentang kepadaku, tetapi pulanglah kembali ke kampung, kemudian jika telah mendengar berita kemenanganku, maka datanglah kepadaku. Maka segera saya pulang kembali ke kampung, hingga hijrah Rasulullah SAW ke Madinah, dan saya ketika itu masih terus mencari berita, hingga bertemu beberapa orang dari familiku yang baru kembali dari Madinah, maka saya bertanya : Bagaimana kabar orang yang baru datang ke kota Madinah itu ? Jawab mereka : Orang-orang pada menyambutnya dengan baik, meskipun ia akan dibunuh oleh kaumnya, tetapi tidak dapat. Maka berangkatlah saya ke Madinah dan bertemu pada Rasulullah SAW. Saya berkata : Ya Rasulullah apakah kau masih ingat pada saya ?
Jawabnya : Ya, kau yang telah menemui saya di Mekkah. Lalu saya berkata : Ya Rasulullah beritahukan kepada saya apa yang telah diajarkan Allah kepadamu dan belum saya ketahui. Beritahukan kepada saya tentang shalat ? Jawab Nabi : Shalatlah waktu Shubuh, ke-mudian hentikan shalat hingga matahari naik tinggi sekadar tombak, karena pada waktu terbit matahari itu se-olah-olah terbit di antara dua tanduk syaitan, dan ketika itu orang-orang kafir menyembah sujud kepadanya.
Kemudian setelah itu kau boleh shalat sekuat tenagamu dari sunnat, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Ma-laikat, hingga matahari tegak di tengah-tengah, maka di situ hen-tikan shalat karena pada saat itu dinyalakan Jahannam, maka bila telah telingsir dan mulai ada bayangan, shalatlah, karena shalat itu selalu disaksikan dan dihadiri Malaikat, hingga shalat Asar. Kemudian hentikan shalat hingga terbenam matahari, karena ketika akan terbenam matahari itu seolah-olah terbenam dian-tara dua tanduk syaithan dan pada saat itu bersujudlah orang-orang kafir.
Saya bertanya : Ya Nabiyullah : Ceriterakan kepada saya tentang wudhu’ ! Bersabda Nabi : Tiada seorang yang berwudhu’ lalu berkumur dan menghirup air, kemudian mengeluarkannya dari hidungnya melainkan ke-luar semua dosa-dosa dari mulut dan hidung. Kemudian jika ia membasuh mukanya menurut apa yang diperintahkan Allah, jatuhlah dosa-dosa mukanya dari ujung jenggotnya bersama tetesan air. Kemudian bila memba-suh kedua tangan sampai kedua siku, jatuhlah dosa-dosa dari ujung jari-jarinya bersama tetesan air. Kemudian mengusap ke-pala maka jatuh semua dosa dari ujung rambut bersama tetesan air, kemudian membasuh dua kaki ke mata kaki, maka jatuhlah semua dosa kakinya dari ujung jari bersama tetesan air. Maka bila ia shalat sambil memuja dan memuji Allah menurut lazim-nya, dan membersihkan hati dari segala sesuatu selain Allah, maka keluar dari semua dosanya bagaikan lahir dari perut ibunya “ ( HR. Muslim )
“Ketika Amru bin Abasah menceritakan hadith ini kepada Abu Umamah, oleh Abu Umamah ditegur : Hai Amru bin Aba-sah perhatikan keteranganmu itu, masakan dalam satu perbuatan orang diberi ampun demikian rupa. Jawab Amru : Hai Abu Umamah, telah tua usiaku, dan rapuh tulangku, dan amper ajalku, dan tiada kepentingan bagiku untuk berdusta terhadap Allah atau Rasu-lullah SAW.
Andaikan saya tidak mendengar dari Rasulullah, hanya satu dua atau tiga empat kali, atau lima enam tujuh kali tidak akan saya ceritakan, tetapi saya telah mendengar lebih dari itu “ ( HR. Muslim )

( 11 )
AKU HANYALAH SEORANG HAMBA

Pada masa Rasulullah memimpin masyarakat Madinah, selaku orang besar ia justru paling melarat, walaupun warga Madinah hidup berkecukupan.
Kalau ada pakaian yang robek, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memeras susu kam-bing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang su-dah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah-tangga. Jika men-dengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai shalat."
Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar.
Maka Nabi bertanya, "Belum ada sarapan ya Khumaira?" (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang berarti 'Wahai yang kemerah-merahan')
'Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai Rasulullah."
Rasulullah lantas berkata, "Jika begitu aku puasa saja hari ini." Tanpa sedikit tergambar rasa kesal diwajahnya.
Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, "Mengapa engkau me-mukul isterimu?" Lantas dijawab dengan agak gementar, "Is-teriku sangat keras kepala. Sudah diberi nasehat dia tetap ban-del, jadi aku pukul dia."
"Aku tidak bertanya alasanmu," sahut Nabi Saw. "Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu bagi anak-anakmu ?"
Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya."
Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi kepala keluarga tidak menampakkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.
Pada suatu hari, ketika Rasulullah mengimami Shalat Isya berjamaah, para sahabat yang jadi makmum dibuat cemas oleh keadaan nabi yang agaknya sedang sakit payah. Buktinya, setiap kali ia menggerakkan tubuh untuk rukuk, sujud dan sebagainya, selalu terdengar suara keletak-keletik, seakan-akan tulang-tulang Nabi longgar semuanya.
Maka, sesudah salam, Umar bin Khatab bertanya,"Ya, Rasullullah, apakah engkau sakit?".
"Tidak, Umar, aku sehat," jawab Nabi.
"Tapi mengapa tiap kali engkau menggerakkan badan dalam shalat, kami mendengar bunyi tulang-tulangmu yang berke-retakan?".
Mula-mula, Nabi tidak ingin membongkar rahasia. Namun, kare-na para sahabat tampaknya sangat waswas memperhatikan kea-daannya, Nabi terpaksa membuka pakaiannya.
Tampak oleh para sahabat, Nabi mengikat perutnya yang kempis dengan selembar kain yang didalamnya diiisi batu-batu kerikil untuk mengganjal perut untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kerikil itulah yang berbunyi keletak-keletik sepanjang Nabi memimpin shalat berjamaah.
Serta merta Umar pun memekik pedih, "Ya, Rasulullah, apakah sudah sehina itu anggapanmu kepada kami? Apakah engkau me-ngira seandainya engkau menga-takan lapar, kami tidak bersedia memberimu makan yang paling lezat ?
Bukankah kami semuanya hidup dalam kemakmuran ?".
Nabi tersenyum ramah seraya menyahut, "Tidak, Umar tidak. Aku tahu, kalian, para sahabatku, adalah orang-orang yang setia kepadaku. Apalagi sekedar makanan, harta ataupun nyawa akan kalian serahkan untukku sebagai rasa cintamu terhadapku, tetapi dimana akan kuletakkan mukaku dihadapan pengadilan Allah kelak di Hari Pembalasan, apabila aku selaku pemimpin justru membikin berat dan menjadi beban orang-orang yang aku pimpin?".
Para sahabat pun sadar akan peringatan yang terkandung dalam ucapan Nabi tersebut, sesuai dengan tindakannya yang senantiasa lebih mementingkan kesejahteraan umat daripada dirinya sendiri.
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.
Baginda hanya diam dan bersabar ketika kain rida'nya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Baduwi hingga berbekas merah di lehernya.
Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Baduwi di dalam masjid sebelum menegur de-ngan lembut perbuatan itu.
Mengenang pribadi yang amat halus ini, timbul persoalan dalam diri kita... adakah lagi bayangan pribadi baginda Rasulullah Saw. hari ini?
Apakah rahasia yang menjadikan jiwa dan akhlak baginda begitu indah? Apakah yang menjadi rahasia kehalusan akhlaknya hingga sangat memikat dan menjadikan mereka begitu tinggi ke-cintaan padanya.
Apakah kunci kehebatan peribadi baginda yang bukan saja sa-ngat bahagia kehidupannya walaupun di dalam kesusahan dan penderitaan, bahkan mampu pula membahagiakan orang lain tatkala di dalam derita.
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH SWT dan rasa ke-hambaan yang sudah menyatu dalam diri Rasulullah saw meno-lak sama sekali rasa ketuanan.
Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam kesendirian.
Seorang tabib yang dikirim oleh penguasa Mesir, Mu-qauqis, sebagai tanda persahabatan, selama dua tahun di Madi-nah sama sekali menganggur.
Menandakan betapa kesehatan penduduk Madinah betul-betul berada pada tingkatan yang tinggi. Sampai tabib itu bosan dan bertanya kepada Nabi, "Apakah masyarakat Madinah takut kepada tabib?"
Nabi menjawab, "Tidak. Terhadap musuh saja tidak takut, apalagi kepada tabib".
"Tapi mengapa selama dua tahun tinggal di Madinah, tidak ada seorang pun yang pernah berobat kepada saya?"
"Karena penduduk Madinah tidak ada yang sakit," jawab Nabi.
Tabib itu kurang percaya, "Masak tidak ada seorang pun yang mengidap penyakit?".
"Silakan periksa ke segenap penjuru Madinah untuk membukti-kan ucapanku,"ujar Nabi.
Maka tabib Mesir itu pun melakukan perjalanan kelililng Madi-nah guna mencari tahu apakah benar ucapan Nabi tersebut. Ternyata memang di seluruh Madinah ia tidak menjumpai orang yang sakit-sakitan. Akhirnya, ia berubah menjadi kagum dan bertanya kepada Nabi, "Bagai-mana resepnya sampai orang-orang Madinah sehat-sehat semuanya ?"
Rasulullah menjawab, "Kami adalah suatu kaum yang tidak akan makan kalau belum lapar. Jika kami makan, tidaklah sampai ter-lalu kenyang. Itulah resep untuk hidup sehat, yakni makan yang halal dan baik, dan makanlah untuk takwa, tidak sekedar memu-askan hawa nafsu".
Ketika pintu Sorga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. ketika dita-nya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin masuk Sorga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini ?"
Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi ham-ba-Nya yang bersyukur."

( 12 )
KETIKA TIRAI TERTUTUP

Ketika mendengar sebuah berita “miring” tentang saudara kita, apa reaksi kita pertama kali ? Kebanyakan dari kita dengan sadarnya akan menelan berita itu, bah-kan ada juga yang dengan semangat meneruskannya ke-mana-mana.
Kita ceritakan aib saudara kita, sambil berbisik, “sst! Ini rahasia lho!”. Yang dibisiki akan meneruskan berita tersebut ke yang lainnya, juga sambil berpesan, “ini rahasia lho!”
Kahlil Gibran dengan baik melukiskan hal ini dalam kalimatnya, “jika kau sampaikan rahasiamu pada aying, jangan salahkan aying bila ia kabarkan pada pepohonan.”
Inilah yang sering terjadi. Saya memiliki seorang rekan musli-mah yang terpuji akhlaknya. Ketika dia menikah saya mengha-diri acaranya. Beberapa minggu kemudian, seorang sahabat me-ngatakan, “saya dengar dari si A tentang “malam pertamanya” si B.” Saya kaget dan saya ayin, “darimana si A tahu?” Dengan enteng rekan saya menjawab, “ya dari si B sendiri! Bukankah mereka kawan akrab…”
Masya Allah! Rupanya bukan saja “rahasia” orang lain yang kita umbar kemana-mana, bahkan “rahasia kamar” pun kita ceritakan pada sahabat kita, yang sayangnya juga punya sahabat, dan sahabat itu juga punya sahabat.
Saya ngeri mendengar Hadith Nabi : “Barang siapa yang membongkar-bongkar aib saudaranya, Allah akan membongkar aibnya. Barangsiapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, Allah akan mempermalukannya, bahkan di tengah keluarganya.”
Fakhr al-Razi dalam tafsirnya menceritakan sebuah riwayat bahwa para malaikat melihat di lauh al-mahfudz akan kitab catatan manusia. Mereka membaca amal saleh manusia. Ketika sampai pada bagian yang berkenaan dengan kejelekan manusia, tiba-tiba sebuah tirai jatuh menutupnya. Malaikat berkata, “Ma-ha Suci Dia yang menampakkan yang indah dan menyembu-nyikan yang buruk.”
Jangan bongkar aib saudara kita, supaya Allah tidak mem-bongkar aib kita. “Ya Allah tutupilah aib dan segala kekurangan kami di mata penduduk bumi dan langit dengan rahmat dan kasih aying-Mu, Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah”

( 13 )
MENGUBAH DENGAN KEKUATAN TAULADAN

Mudah-Mudahan kita semua tidak menjadi contoh kebu-rukan bagi orang lain. Mudah-mudahan anak-anak kita tidak mencontoh perilaku buruk yang pernah khilaf kita, para orang tuanya lakukan. Dan mudah-mudahan pula anggota lingkungan masyarakat kita tidak menjadikan kita sebagai salah satu igure keburukan, akibat perilaku buruk yang kita lakukan.
Alangkah ruginya dalam hidup yang Cuma sekali-kalinya ini dan orang lain meniru keburukan kita, naudzubillah. Ingatlah bahwa jika kita berperilaku buruk dan tidak bermoral, maka ke-tika orang berbicara, akan berbicara tentang keburukan kita. Apalagi jika orang lain mencontoh perilaku buruk itu, berarti kita juga akan memikul dosanya.
Namun seandainya justru orang atau masyarakat di sekitar kita yang berperilaku kurang baik, maka sudah sewajarnya bila kita menekadkan diri untuk mengu-bahnya menuju arah kebaik-an. Lalu, bagaimana cara mengubah orang menjadi lebih baik secara efektif ?
Salah satu caranya adalah dengan kekuatan suri tauladan atau menjadi contoh terlebih dahulu. Jika ingin mengubah orang lain, maka pertanyaan pertama yang harus dilakukan adalah su-dah pantaskah kita menjadi contoh kebaikan akhlak bagi orang lain ? Sudahkah kita menjadi suri tauladan bagi apa yang kita inginkan ada pada diri orang lain itu ?

( 14 )
KEJUJURAN

Kejujuran, betapa langkanya kata ini!
Mencari orang yang jujur saat ini egara sama mustahilnya dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda : Qulil Haq Walau Kaana Murro “katakanlah kebenaran itu walupun pahit”, sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, “andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangan-nya,”
Sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan egar meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur’an merekam kalimat suci, “sampaikanlah amanat kepada yang berhak,” sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu di-raihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.
Tengoklah diri kita sekarang.. Masihkah tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita? Ketika anda terima uang sogokan sebenarnya anda telah berlaku tidak jujur. Ketika anda enggan menolong rekan anda, meskipun anda sadar anda mam-pu menolongnya, saat itu anda telah menodai kejujuran.
Ketika di sebuah pengajian anda ditanya jama’ah sebuah pertanyaan yang sulit, dan anda tahu bahwa anda tak mampu menjawabnya, tapi anda jawab juga dengan “putar sana-sini”, maka anda telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menye-butnya “kejujuran ilmiah”).

Adakah orang jujur saat ini?
Bahkan Yudhistira yang dalam kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat berbohong dihadapan Resi Durna saat perang Bharata Yudha. Dewa dalam kisah tersebut menghukum Yu-dhistira dengan membenamkan roda keretanya ke dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak percaya cerita Mahabharata ini, tapi jangan bilang bahwa anda meragukan Allah mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi. Kalau Dewa mampu menghukum Yudhistira seperti itu, jangan-jangan Allah akan membenamkan seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata saja.
Guru saya pernah bercerita ketika ada orang yang baru masuk Islam bertanya kepada Rasul bahwa ia belum mampu untuk mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, konon, Rasul hanya memintanya untuk berlaku jujur. Ketika ada seo-rang warga egara Ing-gris yang masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa, saya minta dia untuk berlaku jujur saja da-hulu. Orang asing itu terperanjat. Boleh jadi dia kaget bahwa betapa Islam memandang tinggi nilai kejujuran. Kini, saya yang terperanjat dan terkaget-kaget menyaksikan perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa namun tidak mampu berlaku jujur.
Duh Gusti..betapa jauh prilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu…!?!

( 15 )
SAYIDATINA FATIMAH R.HA

Dia besar dalam suasana kesusahan. Ibundanya pergi keti-ka usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu, dialah yang mengambil alih tugas mengu-rus rumahtangga seperti memasak, mencuci dan menguruskan keperluan ayahandanya.
Di balik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang Sayidatina Fatimah daripada bermunajah dan ber-ibadah kepada Allah SWT Malam-malam yang dilalui, diisi de-ngan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sholat, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain. Setiap hari, suara halusnya me-ngalunkan irama Al Quran.
Di waktu umurnya mencapai 18 tahun, dia dikawinkan dengan pemuda yang sangat miskin hidupnya. Bahkan karena kemiskinan itu, untuk membayar mas kawin pun suaminya tidak mampu lalu dibantu oleh Rasulullah SAW.
Setelah berkawin kehidupannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana, gigih dan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Digelari Singa Allah, suaminya Sayidina Ali me-rupakan orang kepercayaan Rasulullah SAW yang diamanahkan untuk berada di barisan depan dalam tentera Islam. Maka dari itu, seringlah Sayidatina Fatimah ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang untuk berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap ridho dengan suaminya. Isteri mana yang tidak mengha-rapkan belaian mesra daripada seorang suami. Namun bagi Sayidatina Fatimah r.ha, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah SWT untuk mencari kasih-Nya, melalui ibadah-ibadah yang dibangunkan.
Sepanjang kepergian Sayidina Ali itu, hanya anak-anak yang masih kecil menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anak-anaknya Hassan, Hussin, Muhsin, Zainab dan Umi Kalsum diusahakan sendiri. Untuk men-dapatkan air, berjalanlah dia sejauh hampir dua batu dan mengambilnya dari sumur yang 40 hasta dalamnya, di tengah teriknya matahari padang pasir.
Kadangkala dia lapar sepanjang hari. Sering dia berpuasa dan tubuhnya sangat kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.
Pernah suatu hari, ketika dia sedang tekun bekerja di sisi batu pengisar gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Sayidatina Fatimah yang amat keletihan ketika itu lalu meceri-takan kesusahan hidupnya itu kepada Rasulullah SAW. Betapa dirinya sangat letih bekerja, mengangkat air, memasak serta me-rawat anak-anak. Dia berharap agar Rasulullah dapat menyam-paikan kepada Sayidina Ali,kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang pembantu rumah. Rasulullah saw merasa ter-haru terhadap penanggungan anaknya itu.
Namun baginda amat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia un-tuk membeli kesenangan di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia demi mengharapkan keridhoan-Nya, mereka inilah yang mendapat tempat di sisi-Nya. Lalu dibujuk-nya Fatimah r.ha sambil memberikan harapan dengan janji-janji Allah. Baginda mengajarkan zikir, tahmid dan takbir yang apa-bila diamalkan, segala penanggungan dan bebanan hidup akan terasa ringan.
Ketaatannya kepada Sayidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat derajatnya. Sayidatina Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemis-kinan keluarga mereka. Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusah-nyusahkan suaminya.
Dalam pada itu, kemiskinan tidak menghilangkan Sayida-tina Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sang-gup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kela-paran. Memang cocok sekali pasangan Sayidina Ali ini karena Sayidina Ali sendiri lantaran kemurahan hatinya sehingga digelar sebagai 'Bapa bagi janda dan anak yatim di Madinah’.
Namun, pernah suatu hari, Sayidatina Fatimah telah me-nyebabkan Sayidina Ali tersentuh hati dengan kata-katanya. Me-nyadari kesalahannya, Sayidatina Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali.
Ketika dilihatnya raut muka suaminya tidak juga berubah, lalu dengan berlari-lari bersama anaknya mengelilingi Sayidina Ali. Tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu memohon dimaafkan. Melihat aksi Sayi-datina Fatimah itu, tersenyumlah Sayidina Ali lantas memaafkan isterinya itu.
"Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedang Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menyembah-yangkan jenazahmu," Rasulullah SAW mem-beri nasehat kepada puterinya itu ketika masalah itu sampai ke telinga baginda.
Begitu tinggi kedudukan seorang suami yang ditetapkan Allah SWT sebagai pemimpin bagi seorang isteri. Betapa seorang isteri perlu berhati-hati dan sopan di saat berhadapan dengan suami. Apa yang dilakukan Sayidatina Fatimah itu bukanlah disengaja. bukan juga dia membentak-bentak, marah-marah, me-ninggikan suara, bermasam muka, atau lain-lain yang menyu-sahkan Sayidina Ali k.w. meskipun demikian Rasulullah SAW berkata begitu terhadap Fatimah.
Ketika perang Uhud, Sayidatina Fatimah ikut merawat luka Rasulullah. Dia juga turut bersama Rasulullah semasa peristiwa penawanan Kota Makkah dan ketika ayahandanya mengerjakan 'Haji Wada' pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Rasulullah SAW telah jatuh sakit. Sayidatina Fatimah tetap di sisi ayahandanya. Ketika itu Rasu-lullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah r.ha membuatnya menangis, kemudian Nabi SAW membisikkan sesuatu lagi yang membuatnya tersenyum.
Dia menangis karena ayahandanya telah membisikkan kepadanya berita kematian baginda. Namun, sewaktu ayahan-danya menyatakan bahwa dialah orang pertama yang akan ber-kumpul dengan baginda di alam baqa', gembiralah hatinya. Sayi-datina Fatimah meninggal dunia enam bulan setelah kewafatan Nabi SAW, dalam usia 28 tahun dan dimakamkan di Perkuburan Baqi', Madinah.
Demikianlah wanita utama, agung dan namanya harum tercatat dalam al-Quran, disusahkan hidupnya oleh Allah SWT Sengaja dibuat begitu oleh Allah karena Dia tahu bahwa dengan kesusahan itu, hamba-Nya akan lebih hampir kepada-Nya. Begi-tulah juga dengan kehidupan wanita-wanita agung yang lain. Mereka tidak sempat berlaku sombong serta membangga diri atau bersenang-senang. Sebaliknya, dengan kesusahan-kesusah-an itulah mereka dididik oleh Allah untuk senantiasa merasa sabar, ridho, takut dengan dosa, tawadhuk (merendahkan diri), tawakkal dan lain-lain.
Ujian-ujian itulah yang sangat mendidik mereka agar ber-taqwa kepada Allah SWT Justru, wanita yang sukses di dunia dan di akhirat adalah wanita yang hatinya dekat dengan Allah, merasa terhibur dalam melakukan ketaatan terhadap-Nya, dan amat bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya, biarpun diri mereka menderita.

( 16 )
EMPAT PERKARA SEBELUM TIDUR

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra :“Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur’an,
2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3. Sebelum para muslim meridloi kamu,
4. Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh….
“Bertanya Aisyah :“Ya Rasulullah…. Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”
Rasul tersenyum dan bersabda : “Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an.
Membacalah sholawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.
Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.
Dan,perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”
Sekian untuk ingatan kita bersama.

( 17 )
TIPU DAYA SYETAN

Ada kaidah bahwa sesuatu yang tidak terlihat tidak lantas disebut tidak ada. Contoh sederhananya adalah elektron, udara, jin. Seorang Profesor elektro pun pasti belum pernah melihat elektron dengan kasat mata, atau melihat arus listrik yang me-ngalir pada kabel. Bila tidak percaya pegang saja kabel listrik kalau tidak kabel itu "menggigit" alias nyetrum. Tapi jangan coba-coba mengetesnya sendiri pokonya percaya saja. Udara juga kita pasti tidak dapat melihatnya. Yang terlihat hanyalah gerakan benda-benda yang terhempas oleh udara contohnya de-daunan yang bergoyang terhempas udara.
Begitu juga jin. Dan untuk masalah jin ini, walaupun tidak terlihat dia pasti ada. Jin itu sendiri ada yang muslim dan ada yang kafir. Dan yang mengajak kejahatan itu disebut dengan syetan dan nenek moyangnya adalah iblis laknatulloh.
Mengapa kita harus percaya bahwa sesuatu yang tidak ter-lihat belum tentu tidak ada? Itu karena manusia sendiri dicipta-kan sempurna oleh Allah. Manusia diciptakan dengan keterba-tasan. Dengan keterbatasannya itu sesungguhnya adalah rahmat bagi manusia itu sendiri. Manusia diciptakan dengan kemam-puan melihat pergerakan benda yang kecepatannya terbatas. Juga manusia diciptakan dengan kemampuan mendengar yang terba-tas. Coba kita lihat baling-baling pesamat, pasti bila pu-taran baling-baling itu kecepatannya makin tinggi maka tidak akan kelihatan anak baling-baling tersebut. Coba kita bisa mendengar semua frekuensi suara bisa stress jadinya bila setiap hari mendengar suara kelelawar, suara gelombang radio atau suara semut. Maha suci Allah yang telah menciptakan keter-batasan pada diri manusia.
Manusia diciptakan dari tanah/sari pati tanah. Tapi bukan berarti kalau kita ditimpuk oleh tanah langsung bersenyawa, ha-silnya yang pasti adalah benjol. Begitu juga dengan jin yang di-ciptakan dari panas api dan itu tidak berati jin tidak bisa mera-sakan panasnya api (neraka).
Menurut sejarahnya iblis/syetan selalu akan berusaha membuat manusia menyimpang dari jalan yang lurus.Dan itu dilakukan dalam ukuran detik atau bahkan bila ada yang lebih kecil dari detik maka begitu gencarlah syetan berusaha menye-satkan manusia.
Kita yang tidak bisa melihat jin kafir/syetan suka terlena akan godaan syetan ini. Kita suka tidak sadar bahwa mereka selalu mengintai dan menyesatkan manu-sia seperti halnya aliran darah dalam tubuh manusia yang terus bersirkulasi begitu juga syetan, terus menyesatkan manusia tanpa henti.
Oleh sebab itu yakini sesungguhnya kita sedang berperang antara manusia dengan syetan. Dan syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia walaupun tidak terlihat mata. Dan alangkah aneh kita manusia tetapi tidak tahu atau tidak awas siapa musuh kita, bagaimana musuh kita.
Syetan itu bekerja sama antara syetan dari golongan jin dengan syetan dari golongan manusia. Con-tohnya adalah: mela-lui desainer pakaian syetan membisik-bisikan agar si desainer menghasilkan desain pakaian yang mini-mini yang membuka aurat. Juga syetan memberikan ide-ide kepada para pembuat iklan untuk membuat iklan yang menghasilkan kesan mesum dan juga para penggubah lagu juga dibisik-bisiki supaya menghasil-kan lagu yang mengundang syahwat. Kesemuanya bermuara ke-pada melalaikan untuk mengingat Allah!
Bila melihat sinetron jaman sekarang, pasti bapak-bapak/-ibu-ibu juga anak laki-laki/perempuan suka nonton sinetron bukan karena jalan ceritanya yang bagus tapi cenderung karena pemainnya yang muda-muda cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Dan ini tanpa disadari bisa menjadi sumber ketidak harmonisan rumah tangga. Coba saja lihat "habis lihat sinetron dengan pemainnya wanita-wanita cantik lalu setelah itu lihat wajah istri sendiri", pasti akan kelihatan lebih tua.
Karena apa,.karena baru saja melihat wanita-wanita mu-da dan cantik disinetron. Begitu juga dengan ibu-ibu "habis lihat pemain yang muda gagah" lalu lihat suami wah koq kelihatan sudah tua sekali. Itulah cara-cara syetan memalingkan manusia melalui berbagai cara agar kehidupan manusia penuh dengan perpecahan dan jauh dari mengingat Allah.
Coba jalan-jalan ke Mall, dimana ada di Mall itu sesuatu yang bisa mengingatkan kita kepada Allah. Suara adzan / lantunan Al-Qur'an tidak terdengar, sholat pun bisa jadi lewat begitu saja.
Begitu juga halnya dengan pacaran. Bila ada yang berkata "Aku cinta padamu",padahal arti sebenarnya adalah "Aku nafsu pada kamu". Kenapa? Karena cinta itu sejatinya setelah mema-suki jenjang perkawinan. Sebelum pernikahan, yang ada hanya-lah nafsu. Untuk itu berhati-hatilah antara pergaulan muda-mudi jangan sampai tergelincir kepada zina.
Dalam upaya kita berbuat kebaikan juga selalu berusaha syetan itu menyusup, misalnya ketika berbuat baik ditiup-tiup-kan perasaan riya' atau ketika baca Al-Qur'an dibagus-baguskan supaya orang lain memuji kita.
Oleh sebab itu yakinlah bahwa syetan ada dan selalu berusaha menggelincirkan manusia kepada maksiat dan jauh dari mengi-ngat Allah.
Ada hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjauhkan godaan syetan, antara lain adalah memohon perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari godaan syetan, sebab syetan itu sendiri mutlak berada da-lam genggaman Allah.
Jangan jadikan rumah kita menjadi sarang syetan. Caranya adalah hindari barang-barang yang bisa menarik syetan untuk dijadikan tempat bersarang. Contoh: jangan ada patung, lukisan makhluk hidup, jangan ada tempat-tempat kotor, lembab, bau dan tidak terawat. Jangan pelihara anjing - Bagi yang punya anjing kasihkan saja pada orang lain yang non muslim - karena an-jing itu bisa menahan malaikat rahmat memasuki rumah kita. Kalau untuk penjaga pakai saja alarm atau sewa satpam. Buat juga kamar atau rumah itu suasananya bisa mengingat Allah. kalau perlu pajang kain kafan di kamar. Hati-hati dengan ba-rang-barang elektronik seperti Kom-puter, TV, VCD, dll karena barang-barang itu juga bisa dijadikan alat perusak iman kita oleh syetan.
Disamping menjaga lingkungan dari kemungkinan dijadi-kannya sarang syetan maka diri kitapun harus dijaga dengan dzikir kepada Allah baik diwaktu pagi atau petang dan juga sebelum tidur. Beberapa contoh yang dapat dilakukan adalah berwudhu sebelum tidur, membaca do'a sebelum tidur, juga baca ayat kursi atau baca lafadz : Laa ilaaha illAllahu wahdahu Laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir sebanyak 100 kali (kalau bisa) atau baca doa-doa yang mashyur (Dzikir Al Ma'tsurat misalnya).
Dan sebagai salah satu bentuk pertahanan yang harus selalu kita lakukan bagi keluarga/anak-anak kita atau saudara-saudara kita adalah berdo'a kepada Allah yang menguasai segala makhluk agar terlindung dari godaan syetan.
Semoga kita semua dapat diselamatkan dan dilin-dugi oleh Allah dari godaan syetan dan iblis yang terkutuk. Aamiin.

( 18 )
TAUBAT LELAKI YANG SIBUK
Diceritakan bahwa ada seseorang menceritakan kepada Hasan Al-Basri: “Wahai Abu Said! Di sini ada seorang lelaki yang tidak mau berkumpul dengan orang ramai. Dia senantiasa duduk sendirian saja.”
Hasan pergi kepada orang yang dimaksudkan itu dan berkata: “Wahai hamba Allah! Aku melihat engkau suka duduk menyendiri saja. Mengapa engkau tidak suka bergaul dengan orang ramai?” “Ada suatu perkara yang telah menyibukkan aku dari berkumpul dengan manusia.”
Sekurang-kurangnya engkau pergi kepada lelaki yang dipanggil sebagai Hasan Al-Basri dan duduk di majlis ilmunya.” Kata Hasan lagi.
“Ada satu perkara yang mencegah aku dari berkumpul dengan manusia termasuk Hasan Al-Basri.” Kata lelaki itu.
“Semoga Allah merahmatimu. Apakah gerangan yang senantiasa menyibukkan engkau?”
“Aku setiap hari terjepit di antara nikmat dan dosa. Maka setiap hari diriku sibuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan sibuk bertaubat atas dosa-dosa tersebut.” Jawab lelaki itu.
“Wahai hamba Allah! Kalau begitu engkau lebih alim dari Hasan Al-Basri. Maka kekalkanlah amalan yang telah engkau lakukan.” Kata Hasan Al-Basri.

( 19 )
TAUBAT SEORANG WANITA BUTA

Saleh Al-Muri bercerita, bahwa dia pernah melihat seorang perempuan tua memakai baju kasar di Mihrab Daud Alaihis-salam. Perempuan yang telah buta matanya itu sedang menger-jakan sholat sambil menangis terisak-isak. Setelah selesai sholat dia mengangkat wajahnya ke langit dan berdoa :
"Wahai Tuhan, Engkaulah tempatku memohon dan Pelindung-ku dalam hidup. Engkaulah penjamin dan pembimbingku dalam mati. Wahai Yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi dan rahasia, serta setiap getaran batin tidak ada Raja bagiku selain Engkau yang kuharap dapat menghindarkan bencana yang dahsyat."
Saleh Al-Muri memberi salam kepada perempuan tersebut dan bertanya: "Wahai Ibu! Apa yang menyebabkan hilangnya penglihatanmu?"
"Tangisku yang disebabkan sedihnya hatiku karena terlalu ba-nyaknya maksiatku kepada-Nya, dan terlalu sedikitnya ingatan dan pengabdianku kepada-Nya. Jika Dia mengampunkan aku dan menggantinya di akhirat nanti, adalah lebih baik dari kedua-dua mataku ini. Jika Dia tidak mengampunkan aku, buat apa mata di dunia tetapi akan dibakar di nereka nanti." Kata perem-puan tua itu.
Saleh pun ikut menangis karena sangat terharu mendengar hujjah wanita yang mengharukan itu. "Wahai Saleh! Sudikah ki-ranya engkau membacakan sesuatu dari ayat Al-Quran untukku. Karena aku sudah sangat rindu kepadanya." Pinta perempuan itu.
Lalu Saleh membacakan ayat yang artinya: "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya." (Al-An'am: 91)
"Wahai Saleh, siapakah yang berkhidmat kepada-Nya de-ngan sebenarnya?" Kata perempuan itu lalu menjerit kuat-kuat dengan jeritan yang boleh menggoncangkan hati orang yang mendengarnya. Dia jatuh ke bumi dan meninggal dunia seketika itu juga.
Pada suatu malam Saleh Al-Muri bermimpi berjumpa dengan perempuan tua itu dalam keadaan memakai baju yang sangat bagus.
Dalam mimpi tersebut Saleh bertanya: "Bagaimana kea-daanmu sekarang?" Perempuan itu menjawab: "Lebih baik rohku dicabut, aku didudukkan di hadapan-Nya dan berkata: "Selamat datang wahai orang yang mati akibat terlalu sedih karena merasa sedikitnya khidmatnya kepada-Ku."

( 20 )
MEMAHAMI BERBAGAI “KEBETULAN”
DALAM KEHIDUPAN

Abraham Lincoln menjadi presiden Amerika tahun 1860
John F. Kennedy jadi presiden Amerika tahun 1960.
Pengganti Lincoln bernama Johnson (Andre) lahir tahun 1808
Sedangkan pengganti Kennedy juga Johnson (Lindon) lahir tahun 1908
Kedua presiden, Lincoln dan Kennedy tewas terbunuh
Pembunuh Lincoln lahir tahun 1839, pembunuh Kennedy lahir tahun 1939
Kedua pembunuh presiden ini terbunuh sebelum sempat diadili.
Sekretaris Lincoln bernama Kennedy, sekretaris Kennedy ber-nama Lincoln
Kedua sekretaris menyarankan kepada presiden agar tidak pergi ke tempat dimana kemudian terjadi pembunuhan, namun ke-duanya menolak.
Pembunuh Lincoln melakukan pembunuhan di teater kemudian bersembunyi di pasar swalayan.
Pembunuh Kennedy, sebaliknya.
Apakah semua itu “kebetulan”?
Dalam kehidupan Rasulullah terdapat pula hal-hal yang dapat dinamai kebetulan-kebetulan.
Beliau lahir, hijrah dan wafat pada hari Senin bulan Rabiul awwal.
Ayah beliau bernama Abdullah (pengabdian kepada ALLAH)
Ibunya Aminah (Kedamaian dan Keamanan)
Bidan yang menangani kelahirannya bernama Asy-Syifa (kesem-buhan, perolehan sempurna dan memuaskan).
Sedangkan yang menyusukan beliau bernama Halimah (Yang Lapang Dada).
Beliau sendiri diberi nama Muhammad (Yang Terpuji), suatu nama yang sebelumnya tidak dikenal sehingga menimbulkan ba-nyak pertanyaan, “mengapa kakeknya menamainya demikian?”
Apakah nama-nama tersebut merupakan kebetulan-kebetulan atau ia merupakan isyarat tentang kepribadian manu-sia ini?
Suatu peristiwa yang tidak sejalan dengan kebiasaan atau terjadi secara tidak terduga biasa kita sebut “kebetulan”.
Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan meng-antarkan kita untuk menamainya demikian. Tidak ada “kebetulan” disisi ALLAH SWT
Bukankah DIA Maha Mengetahui, Maha Berkuasa, Pengendali dan Pengatur tatisti?
Sebahagian dari kebetulan-kebetulan itu tidak dapat ditafsirkan dengan teori kausalitas (sebab-akibat).
Disamping sunnatullah ada juga yang dinamai inayatullah (uluran tangan Ilahi) yang tidak harus selalu sama dengan sun-nahNYA.
Bukankah sunnatullah, yang sering diterjemahkan “tati tati alam” tidak lain adalah kebiasaan-kebiasaan yang dialami kemudian diformulasikan? Bukankah ia pada hakikatnya hanya-lah ikhtisar dari pukul rata tatistic? Itulah anugerah ALLAH yang diberikan kepada siapa yang dikehendakiNYA.

( 21 )
KISAH ABU BAKAR DICERCA

Dikeluarkan oleh Ahmad dan At-Tabarani dari Abu Hurai-rah r.a. bahwa seorang lelaki telah mencerca Abu Bakar r.a. Ketika itu, Rasulullah SAW juga sedang duduk di sana. Baginda SAW tersenyum dan keheranan melihat keadaan lelaki tersebut. Ketika lelaki itu mulai bersikap kurang ajar terhadap dirinya, Abu Bakar r.a. pun membalas beberapa kata lelaki tersebut. Dengan demikian, Rasulullah SAW menjadi marah lalu bangun dan dibuntuti oleh Abu Bakar r.a.. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah SAW: "Lelaki itu bersikap kurang ajar terhadap diriku, oleh karena itu aku membalasnya.
Ketika aku mulai membalasnya, kamu meninggalkan kami di tempat itu".
Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu tidak membalas kata-katanya, terdapat malaikat yang membalasnya untuk kamu. Walau bagaimanapun apabila kami mulai membalas kata-kata kasarnya itu syetan mulai mengambil tempat dan duduk di antara kamu. Yang demikian itu maka aku tidak mau duduk bersama-sama dengan syaitan".
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi: "Ya Abu Bakar Terdapat tiga perkara yang benar yaitu:
1) Apabila seorang hamba didzalimi dengan satu kedzaliman, maka dia meninggalkan tempat itu semata-mata karena Allah, Allah akan menguatkan dan membantunya.
2) Apabila seseorang membuka pintu kedermawanannya dan memberi hadiah, maka Allah akan menambahkan kekaya-annya.
3) Apabila seseorang mulai meminta-minta untuk menambah-kan kekayaannya, maka Allah akan mengurangkan kekaya-annya.
( 22 )
ORANG-ORANG TAMAK

Ada dua orang yang tamak dan masing-masing tidak akan kenyang. Pertama, orang tamak untuk menuntut ilmu, dia tidak akan kenyang. Kedua, orang tamak memburu harta, dia tidak akan kenyang.
(Nabi Muhammad saw) Menurut Hadith yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas ra di atas, ada dua karakter orang tamak yang tidak akan pernah puas terhadap apa yang dimili-kinya dan senantiasa berusaha untuk menambahnya. Namun, ke-duanya memiliki karakteristik yang berbeda menurut sisi pan-dang Islam.
Adalah terpuji jika ada seorang Muslim yang tamak ter-hadap ilmu. Muslim seperti ini senantiasa menginginkan derajat keilmuan, akhlak, amal kebajikan, dan usahanya untuk meraih kemuliaan, yang akan mengetuk hatinya untuk menapaki tangga kesempurnaan sebagai seorang Muslim. Ia selalu memanfaatkan segala kesempatan untuk mengkaji Islam dalam memecahkan problem kehidupan manusia dengan hikmah. Sabda Rasulullah saw, “Ilmu laksana hak milik seorang Mukmin yang hilang, di manapun ia menjumpainya, di sana ia mengambilnya,” (HR Al Askari dari Anas ra).
Sedangkan ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha. Firman Allah SWT: Katakanlah (hai Muhammad), jika seandainya kalian menguasai semua perbenda-haraan rahmat Tuhan, niscaya perbendaharaan (keka-yaan) itu kalian tahan (simpan) karena takut menginfakkannya (menge-luarkannya). Manusia itu memang sangat kikir. (QS Al Isra’: 100).
Rasulullah saw bersabda, “Hamba Allah selalu mengata-kan, ‘Hartaku, hartaku’, padahal hanya dalam tiga soal saja yang menjadi miliknya yaitu apa yang dimakan sampai habis, apa yang dipakai hingga rusak, dan apa yang diberikan kepada orang sebagai kebajikan. Selain itu harus dianggap kekayaan hilang yang ditinggalkan untuk kepentingan orang lain.” (HR Muslim).
Seorang Mukmin adalah orang yang meyakini bah-wa rezeki telah ditentukan oleh Allah SWT Dia juga yakin bahwa setiap manusia tidak akan menemui ajalnya sebelum semua rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah dicukupkan kepadanya.
Ia merasa cukup terhadap harta yang telah diperolehnya dan menyadari ada hak orang lain atas kelebihan harta yang dimilikinya. Ia infakkan sebagian hartanya di jalan Allah untuk membantu saudara-saudaranya yang dilanda kelaparan dan kekurangan. Demikianlah yang patut dilakukan seorang Muslim dan ia tidak lagi silau terhadap kekayaan orang lain yang dihimpun karena ketamakan.
Rasulullah bersabda, “Tidak ada iri hati kecuali dalam dua perkara, (yaitu) orang yang dikaruniai harta kekayaan dan diha-biskan untuk menegakkan kebenaran, dan orang yang dikaruniai hikmah kemudian ia melaksanakan dan mengajarkannya (kepada orang lain).”

( 23 )
NISFU SYA'BAN

"Apabila tiba malam Nisfu Sya'ban, maka bangunlah kamu pada malamnya; bershalat, beribadat dan berpuasalah kamu pada siangnya. Allah berfirman; " Adakah orang meminta ampun maka Aku ampunkannya, adakah orang yang ditimpa bala Aku afiatkannya. Adakah orang yang meminta rezeki maka aku rezekikannya."
Dari Utsman bin Abil `Asi, Nabi Saw. bersabda; "Pada malam Nisfu Sya'ban setelah berlalu 1/3 malamnya, Allah turun kelangit dunia lalu berfirman; " Adakah orang yang meminta, maka Aku perkenankan permintaannya, adakah orang yang meminta ampun, maka Aku ampunkannya, adakah orang yang bertaubat, maka Aku terima taubatnya dan diampunkan sekalian orang Muk-min lelaki dan perempuan melainkan orang yang berzina atau yang dendam kepada saudaranya."
"Allah tidak akan mengampunkan dosa pada malam Nisfu Sya'ban pada 6 orang yaitu orang yang kekal minum arak, orang yang durhaka kepada kedua ibu-bapanya, orang yang kekal dalam berzina, orang yang banyak berkelahi, orang yang berda-gang dengan sumpah dusta, dan orang yang mengadu domba."
"Hai Aisyah! Adakah engkau izinkan aku shalat pada malam ini (Nisfu Sya'ban)?" Jawab Aisyah; "Ya, aku Izinkan." Lalu Nabi Saw. bershalatlah sepanjang malam Nisfu Sya'ban Itu. Baginda sujud terlalu lama sehingga aku (Aisyah) menyangka beliau telah diambil ruhnya (wafat), lalu aku tutupkan dengan kain dan aku letakkan tanganku di atas kedua tapak kakinya. Maka dia bergerak, gembiralah aku karena beliau masih bernafas lagi...
Pada malam Nisfu Sya'ban telah datang Jibril kepada Rasulullah Saw. lalu berkata ; "Angkat kepalamu ke langit, inilah malam yang dibukakan Allah padanya 300 rahmat dan diampunkan Allah sekalian orang yang tiada menyekutukan-Nya dengan sesuatu kecuali tukang nujum, orang yang kekal dalam berzina dan orang yang durhaka terhadap ibu bapa."
Amalan yang dianjurkan pada Malam Nifsu Sya'ban:
1. Selesai shalat Maghrib, hendaklah dibaca Yasin 3 kali. Yang pertama diniatkan untuk: Diberkahi umur, kedua;dimurahkan rezeki dan ketiga; ditetapkan iman.
2. Memperbanyak beristighfar.
3. Membaca sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW
4. Berdzikir, bersedekah dan berpuasa

( 24 )
THE BLESSING IN “NO”
(KETIKA TUHAN BERKATA “TIDAK”)

I asked God to take away my pride.
God said, “No. It is not for me to take away, but for you to give it up.”
(Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku Tuhan berkata, “Tidak, bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus me-nyerahkannya.”)
I asked God to make my handicapped child whole.
God said, “No. Her spirit was whole, her body was only temporary.”
(Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat. Tuhan berkata, “Tidak, Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.”)
I asked God to grant me patience.
God said, “No. Patience is a by-product of tribulations; it isn’t granted, it is earned.”
(Ya Tuhan beri aku kesabaran. Tuhan berkata, “Tidak Kesa-baran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.”)
I asked God to give me happiness.
God said, “No. I give you blessings, happiness is up to you.”
(Ya Tuhan beri aku kebahagiaan. Tuhan berkata, “Tidak Ku-beri keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri.”)
I asked God to spare me pain.
God said, “No. Suffering draws you apart from worldly cares and brings you closer to me.”
(Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan. Tuhan berkata, “Tidak Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekat-kanmu pada Ku.”)
I asked for all things that I might enjoy life.
God said, “No. I will give you life so that you may enjoy all things.”
(Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat. Tuhan berkata, “Tidak Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.”)
I asked God to help me LOVE others, as much as God loves me.
God said… “Ahhhh, finally you have the idea!”
(Ya Tuhan antu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku. Tuhan berkata… “Ahhhh, akhirnya kau mengerti !”)
Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.
Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan, bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, ber-akhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita meng-inginkan harta yang ber-kecukupan, namun kebutuhan terus meningkat.
Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang se-dang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil).
Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orang-tua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.
Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkannya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari “pilek” dan “demam”…. dan terus berdoa.
“There’s a time and place for everything, for every-one. God works in a mysterious way.”

( 25 )
WANITA BERTANGAN LUMPUH
Berdermalah selagi kalian mampu

Pada suatu hari pernah seorang wanita yang lumpuh tagan kanannya menghadap Nabi SAW seraya berkata: "Ya Nabiallah, kumohon sudilah kiranya baginda memohon kepada Allah SWT agar Dia menyembuhkan tangan kananku yang lumpuh ini!"
Nabi SAW bertanya kepadanya: "Apakah yang menjadikan ta-nganmu lumpuh ?"
Maka wanita tadi menceritakan sebab kelumpuhannya :
"Ya, Nabiyallah, pada suatu malam aku bermimpi seakan-akan hari kiamat telah tiba. Neraka Jahannam yang apinya menyala-nyala tergambar dengan jelas dalam impianku, begitu juga surga. Namun betapa hati merasa sedih ketika aku melihat ibuku ber-ada di neraka Jahannam. Dia memegang sepotong lemak dan selembar kain serbet. Dengan sepotong lemak dan selembar kain serbet itulah ibuku nampak bersusah payah menghalangi panas--nya jilatan api neraka Jahannam. Maka aku segera menyapa ibuku: "Aduh ibu, mengapa ibu berada di jurang neraka Jahan-nam ini ? Padahal setahuku, ibu dulu rajin beribadah kepada Allah SWT, dan ayahpun nampaknya meridhai kebaktianmu ?"
Ibu : "Wahai anakkku, ketahuilah bahwa ibu dulu terlanjur bersifat kikir. Maka inilah tempat yang disediakan bagi orang-orang yang kikir!"
Anak : "Apakah arti sepotong lemak dan selembar serbet yang ibu pegang itu ?"
Ibu : "Anakku, hanya kedua benda itulah yang pernah kuder-makan selama hidup! Selain itu tak ada lagi!"
Anak : "Lalu, sekarang ayah di mana ?"
Ibu : "Wahai anakku, ayahmu dulu seorang yang dermawan. Maka beliau sekarang berada di surga bersama-sama dengan para dermawan lainnya."
Ya Nabiyallah, setelah itu aku pun segera ke surga meng-hampiri ayahku. Ternyata ayah sedang berdiri di sisi telagamu Ya Rasulullah. Disana beliau membagi-bagikan air minum ke-pada orang banyak, tetapi ibuku justru dilupakan.
Lalu aku bertanya kepada ayah : "Wahai ayahku, keta-huilah bahwa ibuku yang juga istri ayah, meskipun dulu sama-sama taat beribadah kepada Allah dan ayahpun tampaknya meri-dhai kebaktian ibu, namun kini dia berada di neraka Jahannam!.
Sementara itu, ayah berada di tempat ini membagi-bagikan minuman dari telaga Rasulullah SAW kepada orang banyak. Dan ayah begitu tega melupakan ibu. Maka kumohon wahai ayah, berilah segelas air dari telaga ini untuk kuberikan kepada ibu!"
Kata ayah : "Hai anakku, ketahuilah bahwa Allah SWT telah mengharamkan orang-orang yang kikir dan orang-orang yang berdosa meminum air telaga Rasulullah SAW ini!"
Ya Nabiyallah, mendengar jawaban ayah yang melarang-ku mengambil air dari telagamu, maka aku nekat mengambil segelas air dari telaga itu tanpa sepengetahuan ayahku. Lalu aku bermaksud memberikannya kepda ibu yang telah lama kehausan. Tiba-tiba terdengar suara: "Semoga Allah melumpuhkan tangan-mu, karena kamu telah berani mencuri air dari telaga Rasulullah SAW ini untuk memberikan kepada orang yang kikir lagi berdosa!"
Ya Nabiyallah, usai mendengar suara itu, aku terbangun dari tidurku. Dan ternyata tanganku menjadi lumpuh seperti ini. Inilah sebab kelumpuhan tangan kananku, ya Nabiyallah!"
Setelah Nabi SAW mendengarkan sebab-sebab kelum-puhan tangan kanan wanita tersebut, maka beliau SAW mele-takkan tongkatnya pada tangan wanita itu lalu berdoa : "Ya Allah, ya Tuhanku, dengan kebenaran mimpi yang diceritakan oleh wanita ini, maka kumohon sudilah kiranya Engkau ber-kenan menyembuhkan tangan kanannya yang menderita ke-lumpuhan !"
Atas doa Nabi SAW itu, sembuhlah tangan kanan wanita itu dari kelumpuhannya dan pulih seperti sediakala.

( 26 )
BUAH MENGEMBALIKAN URUSAN
KEPADA ALLAH DAN BERSABAR

Dalam hidup ini setiap muslim kadang menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibah-nya. Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyianyiakan sesua-tu pun untuknya, bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang hilang darinya.
Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Um-mu Salamah ra, bahwasanya ia berkata, "Aku mendengar Rasu-lullah saw, 'Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musi-bah, lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, 'Sesung-guhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musi-bah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,' kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.' Ummu Salamah berkata, 'Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, 'Siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah saw? Lalu aku mengucapkan perkataan diatas, ke-mudian Allah menggantikan untukku Rasulullah saw sebagai suami'."
Wahai ummat Islam, ketahuilah! Sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari pada-nya. Siapa yang meninggalkan dari menampar pipi sendiri, me-ngoyak-ngoyak pakaian dan berteriak-teriak meratap serta ke-mungkaran yang sejenisnya, kemudian ia memohon pahala di sisi Allah atas musibahnya serta mengembalikan semuanya kepa-da Allah, niscaya Allah akan menggantikanya dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi ganti.

( 27 )
MENGAPA TAK MAU BERDOA ?
“Saya tak bisa bahasa Arab, saya malu memimpin do’a selepas sholat jama’ah bersama isteri saya, apalagi di-depan jama’ah yang lain.”
Pernahkah pengalaman ini menimpa kita ? Insya Allah ti-dak. Tapi andaikata pernah, janganlah khawatir. Sungguh Allah mengerti segala macam bahasa. Jangan malu untuk berdo’a da-lam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Kalau anda hapal do’a dalam bahasa Arab, saya ucapkan alhamdulillah! Namun kalau anda lebih “sreg” berdo’a dengan bahasa selain bahasa Arab, sa-ya pun berucap alhamdulillah! Yang terpenting adalah kita masih mau berdo’a.
Kalimat terakhir ini mengundang pertanyaan, “Mengapa sih kita harus berdo’a?” Allah adalah Tuhan kita satu-satunya. Allah pun dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa “Allah adalah Tuhan yg bergantung kepadaNya segala sesuatu” (Al Ikhlas: 2).
Dalam surat al-Fatihah kita berseru, “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in” (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan). Karena itu, ka-lau ada orang yang mengaku bahwa Allah itu Tuhannya lalu ia tak mau berdo’a maka pantas kalau kita sebut orang tersebut orang sombong. Bukankah Allah telah berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Al Mukmin: 60).
Betulkah setiap do’a akan dikabulkan oleh Allah? Boleh jadi ada diantara kita yang telah berdo’a sesuatu namun tak kita rasakan hasil dari do’a tersebut. Pertama, harus disadari bahwa kita ini “hamba” sehingga tak ber-hak memaksa Allah. Kita yang membutuhkan Allah; bu-kan sebaliknya.
Kedua, Allah lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Boleh jadi, sebuah do’a yang kita minta bila dikabulkan oleh Allah jus-tru ujung-ujungnya dapat menimbulkan kesulitan dalam hidup kita atau mungkin Allah punya ketentuan lain yang tak kita ketahui. Sebagai contoh, Nabi Nuh berdo’a agar anaknya dise-lamatkan dari banjir dah-syat, Tuhan tidak mengabulkannya dan bahkan menegur Nabi Nuh sehingga Nabi Nuh pun berdo’a: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakekatnya) dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang rugi.” (Huud: 47) Allah Maha Tahu, maka do’a kita kadang kala bukan tak dikabulkan tapi ditunda waktunya, atau malah diganti dengan yang lebih baik. Wa Allahu A’lam.
Ketiga, sudah seberapa jauh usaha kita untuk “meminta” dan “memelas” pada Allah. Nabi Zakariya sendiri telah puluhan tahun berdo’a namun belum dikabulkan Allah. Tapi berbeda de-ngan kita yang cenderung tak sabar, Nabi Zakariya berdo’a, “Ya Tuhanku, sesung-guhnya tulangku telah lemah dan kepalaku te-lah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam ber-do’a kepada Engkau, ya Tuhanku.” (Maryam: 4)
Begitulah sikap kita seharusnya: jangan pernah kecewa dalam berdo’a. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “Aku ini bagaimana persangkaan hambaKu saja” Maksudnya, kalau kita dalam berdo’a belum-belum sudah beranggapan bahwa do’a ini tak akan dikabulkan, yah begitulah jadinya. Insya Allah kita selalu berbaik sangka dan tak pernah kecewa dalam berdo’a.
Dalam berdo’a kita diminta untuk berharap-harap cemas (Al Anbiyaa: 90). Artinya, kita berharap do’a kita akan dika-bulkan, namun disisi lain kita juga cemas kalau-kalau do’a ini tidak dikabulkan. Gabungan perasaan ini-lah yang menjadi etika dalam berdo’a. Kita tidak terlalu yakin pasti akan dikabulkan, namun juga tidak putus asa. Etika lainnya adalah kita disuruh berdo’a dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lem-but (Al A’raaf:55). Kalau kita jalani etika berdo’a ini insya Allah hati kita akan tergetar dan seringkali tanpa sadar airmata meng-gantung di pelopak mata.
Pendek kata, berdo’alah baik dalam keadaan sehat-sakit, suka-duka, kaya-miskin, berdiri-duduk-berbaring, pagi-siang-malam.......

( 28 )
KESEMPURNAAN SEORANG MUSLIM

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, Dia berkata Aku ingin menjadi orang yang alim
Baginda SAW menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan menjadi orang yang alim.
Dia berkata : Aku ingin menjadi orang paling kaya. Baginda SAW menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri sendiri maka engkau akan menjadi orang paling kaya.
Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang adil .
Baginda SAW menjawab: Kasihanilah manusia yang lain seba-gaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia.
Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang paling baik
Baginda SAW menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia.
Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang istimewa di sisi Allah. Baginda SAW menjawab : Perbanyak dzikrullah niscaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah.
Dia berkata : Aku ingin disempurnakan imanku. Baginda SAW menjawab : Perbaikilah akhlakmu niscaya imanmu akan sem-purna.
Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang taat. Baginda SAW menjawab : Tunaikan segala kewajiban yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mere-ka yang taat.
Dia berkata : Aku ingin berjumpa Allah dalan keadaan bersih dari dosa. Baginda SAW menjawab : Bersihkan dirimu dari dosa niscaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci dari dosa.
Dia berkata : Aku ingin dihapuskan segala dosaku
Baginda SAW menjawab : Banyaklah beristighfar niscaya akan dihapuskan (kurangkan ) segala dosamu.
Dia berkata : Aku ingin menjadi semulia-mulia manusia
Baginda SAW menjawab : Jangan berprasangka pada orang lain niscaya engkau akan menjadi semulia-mulia manusia.
Dia berkata : Aku ingin menjadi segagah-gagah manusia
Baginda SAW menjawab: Senantiasa berserah diri (ta-wakkal) kepada Allah niscaya engkau akan menjadi segagah-gagah manusia.
Dia berkata : Aku ingin dimurahkan rizeki oleh Allah …
Baginda SAW menjawab : Senantiasa berada dalam keadaan bersih (dari hadast) niscaya Allah akan memurahkan rizeki kepadamu.
Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya. Baginda SAW menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka.
Dia berkata : Aku ingin diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat. Baginda SAW menjawab: Jangan marah kepada orang lain niscaya engkau akan selamat dari kemurkaan Allah dan rasulNya.
Dia berkata : Aku ingin diterima segala permohonanku
Baginda SAW menjawab: Jauhilah makanan haram niscaya segala permohonanmu akan diterimaNya.
Dia berkata : Aku ingin agar Allah menutupkan segala keaiban-ku pada hari qiamat. Baginda SAW menjawab: Tutupilah kebu-rukan orang lain niscaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat.
Dia berkata : Siapa yang selamat dari dosa ? Baginda SAW menjawab: Orang yang senantiasa mengalirkan airmata penye-salan, mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan.
Dia berkata : Apakah kebaikan terbesar di sisi Allah ?
Baginda SAW menjawab : Baik budi pekerti, rendah diri dan sabar menghadapi cobaan Allah.
Dia berkata : Apakah kejahatan terbesar di sisi Allah ?
Baginda SAW menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan.
Dia berkata Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ? Baginda SAW menjawab: Sedekah dalam kea-daan sembunyi dan menghubungkan persaudaraan.
Dia berkata: Apakan yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat ? Baginda SAW menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah.

( 29 )
PENCERAHAN
Hadith riwayat Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasu-lullah SAW. bersabda, Janganlah kamu berpuasa satu atau dua hari menjelang Ramadan, kecuali bagi orang-orang yang memang biasa berpuasa. Maka baginya diperbolehkan.
Hadith riwayat Ummi Salamah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW. pernah bersumpah tidak akan menemui sebagian istri-istrinya selama sebulan. Namun baru dua puluh sembilan hari berlalu, beliau sudah menemui mereka. Kemudian beliau ditanya, Wahai Nabi! Engkau sudah bersumpah tidak akan menemui kami selama satu bulan. Mendengar itu Nabi SAW. bersabda, Sesungguhnya sebulan itu ada dua puluh sembilan hari.
Hadith riwayat Sahl bin Saad r.a. ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat kelak. Tidak boleh masuk se-orangpun selain mereka. Kelak akan ada pengumuman, Di manakah tempat orang-orang yang berpuasa ? Mereka berdu-yun-duyun masuk lewat pintu tersebut. Ketika orang yang ter-akhir sudah masuk, maka pintu tadi ditutup kembali.
Sehingga dengan begitu tidak akan ada lagi orang yang masuk lewat pintu tadi
Hadith riwayat Ibnu Umar r.a. bahwa, Ada sekelompok orang dari sahabat Rasulullah SAW. bermimpi melihat Lailatul-qadar pada hari ke tujuh yang terakhir. Ketika dilaporkan kepada Rasulullah saw, beliau bersabda, Menurut saya mimpi kalian pasti bertepatan dengan hari ke tujuh terakhir.
Oleh karena itu barangsiapa yang ingin mencarinya, hendaklah dia cari pada hari ke tujuh yang terakhir tersebut.
Hadith riwayat Abu Said Al Khudri r.a. ia berkata, Rasu-lullah SAW. pernah melakukan iktikaf (berdiam di dalam mesjid) selama sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan.
Manakala selama waktu dua puluh malam telah berlalu dan memasuki hari atau malam yang kedua puluh satu, beliau pulang ke rumahnya. Para sahabat yang beriktikaf bersama beliau juga ikut pulang. Setelah menyuruh atau mengajak mereka untuk se-lalu tabah terhadap kehendak Allah, beliau bersabda, Sesung-guhnya aku telah melakukan iktikaf pada sepuluh hari dan aku lanjutkan pada sepuluh hari berikutnya. Oleh sebab itu barang-siapa yang ingin melanjutkan iktikaf bersamaku, maka sebaiknya dia tetap tinggal di tempat iktikafnya. Sebetulnya aku telah ber-mimpi melihat Lailatulqadar, namun aku lupa kapan waktunya.
Maka carilah ia pada sepuluh hari yang terakhir, yaitu pada tiap bilangan ganjil. Pada waktu itulah aku yakin bahwa aku se-dang sujud pada air dan ataka. Abu Said Al Khudri ra. mengatakan, Kami tersiram air hujan pada malam hari yang ke-dua puluh satu. Begitu pula dengan tempat Shalat Rasulullah SAW. Juga terkena tetesan air hujan dari celah-celah atap mes-jid. Kemudian setelah beliau mengerjakan Shalat Subuh, aku pandang wajah beliau basah terkena ataka dan air.
Hadith riwayat Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW. bersab-da, Carilah Lailatulqadar itu pada sepuluh hari yang terakir di bulan Ramadan.
Hadith riwayat Anas bin Malik r.a. ia berkata, Rasu-lullah SAW. bersabda, Aku didatangi Buraq, lalu aku menunggangnya sampai ke Baitulmakdis. Aku mengi-katnya di pintu mesjid yang biasa digunakan mengikat tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke mesjid dan mengerjakan Shalat dua rakaat. Seteah aku keluar, Jibril as. ataka membawa bejana berisi arak dan be-jana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata, Engkau telah memilih fitrah (Islam dan istiqamah). Kemudian Jibril membawa-ku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada yang ber-tanya, Siapakah engkau ? Dijawab, Jibril. Ditanya lagi, Siapa yang bersamamu ? Jibril menjawab, Muhammad. Ditanya, Apa-kah dia telah diutus ? Jawab Jibril, Ya, dia telah diutus, pintupun dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam. Dia me-nyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.
Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril as. Minta dibukakan. Ada yang bertanya, Siapakah engkau ? Jawab Jibril, Jibril. Ditanya lagi, Siapakah yang bersa-mamu ? Jawabnya, Muhammad. Ditanya, Apakah dia telah diutus ? Jawabnya, Dia telah diutus, pintupun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam as. Dan Yahya bin Zakaria as. Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya, Siapa engkau ? Dijawab, Jibril. Ditanya lagi, Siapa ber-samamu ? Muhammad SAW. jawabnya. Ditanyakan, Dia telah diutus ? Dia telah diutus, jawab Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku ber-temu Yusuf as. Sungguh nampak bahwa dia dikaruniai keindah-an. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keempat.
Jibril as. Minta dibukakan. Ada yang bertanya, Siapa ini ? Jibril menjawab, Jibril. Ditanya lagi, Siapa bersamamu ? Mu-hammad, jawab Jibril. Ditanya, Apakah dia telah diutus? Jibril menjawab, Dia telah diutus, pintupun dibukakan.
Ternyata di sana ada Nabi Idris as. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah Taala berfirman (Kami mengangkatnya pada tempat “martabat” yang tinggi). Aku di-bawa naik ke langit kelima. Jibril min-ta dibukakan. Ada yang bertanya, Siapa ? Dijawab, Jibril. Ditanya lagi, Siapa bersamamu ? Dijawab, Muhammad. Ditanya, Apakah dia telah diutus ? Di-jawab, Dia telah di-utus, pintupun dibukakan buat kami. Di sana aku bertemu Nabi Harun as. Dia menyambutku dan mendoa-kanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ke-enam. Ji-bril as. Minta dibukakan. Ada yang bertanya, Siapa ini ? Jawab-nya, Jibril. Ditanya lagi, Siapa bersamamu ? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya, Apakah dia telah diutus ? Jawabnya, Dia telah diutus. Kami dipersilahkan masuk. Di sana ada Nabi Musa as. Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan.
Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang bertanya, Siapa ini ? Jawabnya, Jibril. Ditanya lagi, Siapa bersamamu ? Jawabnya, Muhammad. Dita-nyakan, Apakah dia telah diutus ? Jawabnya, Dia telah diutus, kamipun dipersilahkan masuk. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim as. Sedang menyandarkan punggungnya pada Bai-tulmakmur. Ternyata setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk ke Baitulmakmur dan tidak kembali lagi ke sana. Kemudian aku dibawa pergi ke Sidratulmuntaha yang dedaunan-nya seperti kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempa-yan. Ketika atas perintah Allah, Sidratulmuntaha diselubungi berbagai macam keindahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak seorangpun di antara makhluk Allah mampu melu-kiskan keindahannya.
Kemudian Allah memberikan wahyu kepadaku. Aku diwa-jibkan Shalat lima puluh kali dalam sehari semalam. Tatkala turun dan bertemu Nabi Musa as, dia bertanya, Apa yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu ? Aku menjawab, Shalat lima puluh kali. Dia berkata, Kembalilah kepada Tuhanmu, min-talah keringanan, karena umatmu tidak akan kuat melaksana-kannya. Aku telah pernah mencobanya pada Bani Israel. Aku-pun kembali kepada Tuhanku dan berkata, Wahai Tuhanku, be-rilah keringanan atas umatku. Allah memotong lima Shalat dan aku kembali kepada Nabi Musa as. Dan aku atakana, Allah telah mengurangi lima waktu Shalat. Dia berkata, Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu, kemba-lilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi.
Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa as. Sampai Allah berfirman, Hai Muham-mad. Inilah kewajiban lima Shalat sehari semalam, setiap Shalat mempunyai nilai sepuluh, dengan demikian, lima Shalat sama dengan lima puluh Shalat. Siapa yang ber-niat untuk kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka baginya dicatat satu kebaikan, jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan. Sebaliknya siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak dicatat apa-apa, jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa as, lalu aku beritahukan padanya. Dia masih saja berkata, kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Aku menya-hut, Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepada-Nya (Nomor Hadith dalam kitab Sahih Muslim [Bhs. Arab saja]: 234)
Hadith riwayat Ibnu Abbas r.a., Dari Rasulullah SAW. tentang apa yang diriwayatkan oleh beliau dari Allah Taala bah-wa, Allah berfirman, Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan kejelekan.
Kemudian Beliau (Rasulullah) menerangkan, Siapa saja yang berniat melakukan kebaikan, tetapi tidak jadi mengerja-kannya, maka Allah mencatat niat itu sebagai kebaikan yang sempurna. Jika dia meniatkan perbuatan baik dan mengerja-kannya, maka Allah mencatat sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang sangat banyak. Kalau dia berniat melakukan perbuatan jelek tetapi tidak jadi melaku-kannya, maka Allah mencatat hal itu sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika dia meniatkan perbuatan jelek itu, lalu melaksa-nakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kejelekan

( 30 )
GHIBAH DAN PUASA

Dari 'Ubaid r.a, dia berkata : "Di masa Rasulullah SAW, beliau memerintahkan orang-orang berpuasa selama satu hari. Lalu mereka pun berpuasa. Saat itu ada dua orang wanita berpuasa, dan mereka sangat menderita karena lapar dan dahaga pada sore harinya. Kemudian kedua wanita itu mengutus sese-orang menghadap Rasulullah SAW, untuk memintakan izin bagi keduanya agar diperbolehkan menghentikan puasa mereka.
Sesampainya utusan tersebut kepada Rasulullah SAW, be-liau memberikan sebuah mangkuk kepadanya untuk diberikan kepada kedua wanita tadi, seraya memerintahkan agar kedua-duanya memuntahkan isi perutnya ke dalam mangkuk itu. Ter-nyata kedua wanita tersebut memuntahkan darah dan daging se-gar, sepenuh mangkuk tersebut, sehingga membuat orang-orang yang menyaksikannya terheran-heran. Dan Rasulullah SAW ber-sabda: "Kedua wanita ini berpuasa terhadap makanan yang dihalalkan Allah tetapi membatalkan puasanya itu dengan per-buatan yang diharamkan oleh-Nya. Mereka duduk bersantai sambil menggunjingkan orang-orang lain. Maka itulah 'daging-daging' mereka yang dipergunjingkan." (H R Ahmad)
“Orang yang menggunjing dan mendengarkan gunjingan, keduanya bersekutu dalam perbuatan dosa.” (Hadith Riwayat Ath-Thabrani)
"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita dusta dan banyak memakan yang haram." (Al-Qur'an Surat Al-Maidah : 42)
Allah SWT berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian pra-sangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesa-lahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penya-yang. " (Al-Qur'an Surat Al-Hujuraat:12)

SUDAHKAH KITA MENJAGA PUASA KITA???
Rasulullah SAW bersabda : "Puasa adalah perisai (tabir penghalang dari perbuatan dosa). Maka apabila seseorang dari kamu sedang berpuasa, janganlah ia mengucapkan sesuatu yang keji dan janganlah ia ber-buat jahil." (Hadith Riwayat Bukhari - Muslim)
"Lima hal yang dapat membatalkan puasa ialah: berkata dusta, ghibah (menggunjing), memfitnah, sumpah dusta dan meman-dang dengan syahwat." (Hadith Riwayat Al-Azdiy)
"Barangsiapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan kotor dan dusta selama berpuasa, maka Allah SWT tidak ber-hajat kepada puasanya." (Hadith Riwayat Bukhari)
“Orang yang menggunjing dan mendengarkan gunjingan , keduanya bersekutu dalam perbuatan dosa.” (Hadith Riwayat Ath-Thabrani)
"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali haus dan lapar." (HR Turmudzi)
Imam Al-Ghazali berkata : "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan dari puasanya itu, selain lapar dan haus. Sebab puasa itu bukanlah semata-mata menahan lapar dan haus, akan tetapi adalah menahan hawa nafsu. Boleh jadi orang tersebut berdusta, menggunjing dan memandang de-ngan syahwat, sehingga yang demikian itu membatalkan hakikat puasa." (Ihya' Ulumiddin)
Para Ulama berkata: "Betapa banyak orang yang berpuasa padahal ia berbuka (tidak berpuasa) dan betapa banyak orang yang berbuka padahal ia berpuasa." Yang dimaksud dengan orang yang berbuka tetapi berpuasa ialah menjaga anggota tu-buhnya dari perbuatan dosa sementara ia tetap makan dan mi-num. Sedangkan yang dimaksud dengan berpuasa tapi berbuka ialah yang melaparkan perutnya sementara ia melepaskan ken-dali bagi anggota tubuh yang lain." (Ihya' Ulumiddin)
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya puasa itu adalah amanah, maka hendaknya masing-masing kamu menjaga amanahnya." (HR Al-Kharaithy) Sudahkah kita menjaga puasa kita ?

( 31 )
CATATAN BUKU SEORANG KYAI

Kisah perjalanan batin seorang ulama, melalui doa, rasa kecewa, takut, marah, khawatir, hingga mendapatkan hidayah, bahwa putri bungsunya yang progresssive /agresive ternyata tetap dalam lindungan dan Jalannya Allah SWT
Medan, 15 Juni 1975
Hari ini engkau terlahir ke dunia, anakku. Meski tidak seperti harapanku bertahun-tahun merindukan kehadiran seo-rang anak laki-laki, aku tetap bersyukur engkau lahir dengan selamat setelah melalui jalan divakum. Telah kupersiapkan se-buah nama untukmu; Qaulan Syadida..Aku sangat terkesan de-ngan janji Allah dalam surat Al-Ahzab ayat tujuh puluh, mak-nanya “perkataan yang benar”. Harapanku engkau kelak menjadi seorang yang kaya iman dan memperoleh fauzan'adzima, keme-nangan yang besar seperti yang engkau telah dijanjikan Allah dalam Al-Quran. Sungguh kelahiranmu telah me-ngajarkanku makna bersyukur...
1981 Tahun ini engkau memasuki sekolah dasar. Usiamu belum genap enam tahun. Tetapi engkau terus merengek minta disekolahkan seperti saudarimu. Engkau berbeda dari keempat kakakmu terdahulu. Bagaimana engkau dengan gagah tanpa ragu atau malu-malu melangkah memasuki ruang kelasmu. Bah-kan engkau tak minta dijemput. Saat ini aku mulai menyadari sifat keberanian yang tumbuh dalam dirimu yang tak kutemukan dalam diri saudarimu yang lain.
1987 Putriku, sungguh aku pantas bangga padamu. Tahun ini engkau ikut Cerdas Cermat tingkat nasional di TVRI. De-ngan bangga aku menyaksikan engkau tampil penuh percaya diri di layar kaca dan aku pun bisa berkata pada teman-temanku; itu anakku Qaulan..Meski tidak juara pertama, aku tetap bangga padamu. Namun di balik rasa banggaku padamu selalu terbesit satu kekha-watiran akan sikapmu yang agak aneh dalam penga-matanku. Tidak seperti ke-empat kakakmu yang kalem dan cenderung memiliki sifat-sifat perempuan, engkau justru sangat angresif, pemberani, agak keras kepala, meski tetap santun pa-daku dan selalu juara kelas.
Jika hari Ahad tiba, engkau lebih suka membantuku mem-bersihkan taman, mengecat pagar, atau memegangi tangga bila aku memanjat membetulkan atap bocor. Engkau lebih sering mendampingiku dan bertanya tentang alat-alat pertukangan ke-timbang membantu ibumu memasak di dapur seperti saudarimu yang lain.
Kebersamaan dan kedekatanmu denganku, membuatku sering meperlakukanmu sebagai anak lelakiku, dengan senang hati aku menjawab pertanyaan-perta-nyaanmu, membekalimu dengan pengatahuan dan permainan untuk anak lelaki. Tak ja-rang kita berdua pergi memancing atau sekedar menaikkan la-yang-layang sore hari di lapangan madrasah tempat aku me-ngajar.
Putriku, sungguh kekhawatiranku berbuah juga Engkau menolak bersekolah di tsanawiyah seperti saudarimu. Diam-diam tanpa sepengetahuanku engkau telah mendaftar di sebuah SMP negeri. Bukan kepalang kemarahanku. Untunglah ibumu datang membelamu, jika tidak mungkin tangan ini sudah ber-pindah ke pipimu yang putih mulus. Tegarnya watakmu, bahkan tak setetes airmata jatuh dari kedua matamu yang tajam menatapku.
Putriku, jika aku marah padamu semata-mata karena aku khawatir engkau larut dalam pola pergaulan yang tak benar, anakku. Terlebih-lebih saat engkau menolak mengenakan jilbab seperti ke-empat kakakmu. Betapa sedih dan kecewa hatiku melihatmu, Nak...
1993 Tahun ini engkau menamatkan SMAmu. Engkau tumbuh menjadi gadis cantik, periang, pemberani, dan banyak teman. Temanmu mulai dari tukang kebun sampai tukang becak, wartawan, bahkan menurut ibumu pernah anggota Kopassus datang mencarimu.
Putriku, disetiap bangun pagiku, aku seolah tak percaya engkau adalah putriku, putri seorang yang sering dipanggil Ustadz, putri seorang kepala madrasah, putri seorang pendiri perguruan Islam...
Putriku, entah mengapa aku merasa seperti kehilanganmu. Sedih rasanya berlama-lama menatapmu dengan potongan rambut hanya berbeda beberapa senti dengan rambutku. Biar praktis dan sehat; berkali-kali itu alasan yang kau kabarkan lewat ibumu. Jika terjadi sesuatu yang tidak baik pada dirimu selama melewati usia remajamu, putriku, maka akulah orang yang paling bertanggung jawab atas kesalahan itu. Aku tidak berhasil mendidikmu dengan cara yang Islami.
Dalam doa-doa malamku selalu kubermohon pada Rabbul 'Izzati agar engkau dipelihara olehNya ketika lepas dari penga-wasan dan pandangan mataku. Kesedihan makin bertambah tatkala diam-diam engkau ikut UMPTN dan lulus di fakultas teknik. Fakultas teknik, putriku? Ya Rabbana, aku tak sanggup membayangkan engkau menuntut ilmu berbaur dengan ratusan anak laki-laki dan bukan satupun mahrommu?
Dalam silsilah keluarga kita tidak satupun anak perempuan belajar ilmu teknik, anakku. Keempat kakakmu menimba ilmu di institut agama dan ilmu keguruan. Ya, silsilah keluarga kita ada-lah keluarga guru, anakku. Engkau kemukakan sejumlah alasan, bahwa Islam juga butuh arsitek, butuh teknokrat, Islam bukan tentang ibadah melulu...Baiklah, aku sudah terlalu lelah mengha-dapimu, aku terima segala argumen dan pemikiranmu, putriku..
Dan aku akan lebih bisa menerima seandainya engkau juga me-ngenakan busana Muslimah saat memulai masa kuliahmu.
1995 Tahun ini tidak akan pernah kulupakan. Akan ku-catat baik-baik...Engkau putriku, yang selalu kusebut namamu dalam doa-doaku, kiranya Allah SWT mendengar dan menga-bulkan pintaku. Ketika engkau pulang dari kuliahmu; subhan-nalah! Engkau sangat cantik dengan jilbab dan baju panjangmu, aku sampai tidak mengenalimu, putriku. Engkau telah berubah, putriku. Apa sesungguhnya yang engkau dapati di luar sana. Bertahun-tahun aku mengajarkan padamu tentang kewajiban Muslimah menutup aurat, tak sekalipun engkau cela perkataan-ku meski tak sekalipun juga engkau indahkan anjuranku. Dua tahun di bangku kuliah, tiba-tiba engkau mengenakan busana takwa itu? Apa pula yang telah membuatmu begitu mudah menerima kebenaran ini? Putriku, setelah sekian lamanya waktu berlalu, kembali engkau mengajarkan padaku tentang hakikat dan makna bersyukur.
1997 Putriku, kini aku menulis dengan suasana yang lain. Ada begitu banyak asa tersimpan di hatiku melihat perubahan yang terjadi dalam dirimu. Engkau menjadi sangat santun, bahkan terlihat lebih dewasa dari keempat saudarimu yang kini telah berumah tangga se-muanya. Kini, hanya engkau aku dan ibumu yang men-diami rumah ini.
Kurasakan rumah kita seolah-olah berpencar cahaya setiap saat dilantuni tilawah panjangmu. Gemercik suara air tengah malam menjadi irama yang kuhafal dan pantas kurenungi.
Putriku, jika aku pernah merasa bahagia, maka saat paling ba-hagia yang pernah kurasakan di dunia adalah saat ketika diam-diam aku memergokimu tengah menangis dalam sujud malam....
Selalu kuyakinkan diriku bahwa akulah si pemilik mutiara ca-haya hati itu, yaitu engkau, putriku...
1998 Putriku, kalau saat ini aku merasa sangat bangga padamu, maka itu amat beralasan. Engkau telah lulus menjadi sarjana dengan predikat cum laude. Keharuan yang menyesak dadaku mengalahkan puluhan pertanyaan ibumu, diantaranya; mengapa engkau tidak punya teman pendamping pria seperti kakak-kakakmu terdahulu? Engkau begitu sederhana, putriku, tanpa polesan apapun seperti lazimnya mereka yang akan berangkat wisuda, semua itu justru membuatku semakin bangga padamu. Entah dari mana engkau bisa belajar begitu banyak tentang kebenaran, anakku...
Jika hari ini aku meneteskan airmata saat melihatmu dilantik, itu adalah airmata kekaguman melihat kesungguhan, ketegaran, serta prinsip yang engkau pegang teguh. Dalam hal ini akupun mesti belajar darimu, putriku...
1 Agustus 1999
Putriku, bulan ini usiaku memasuki bilangan enampuluh tiga. Aku teringat Rasulullah mengakhiri masa dakwahnya didunia pada usia yang sama.
Akhir-akhir ini tubuhku terasa semakin melemah. Penya-kit jantung yang kuderita selama bertahun-tahun kemarin mendadak kumat, saat kudapati jawaban diluar dugaan dari ke-empat sau-darimu. Tidak satu pun dari mereka bersedia meneruskan per-guruan yang telah kubina selama puluhan tahun. Aku sangat maklum, mereka tentu mempunyai pertimbangan yang lain, yaitu para suami mereka.
Sedih hatiku melihat mereka yang telah kudidik sesuai dengan keinginanku kini seolah-oleh bersekutu menjauhiku.
Jika aku menulis diatas tempat tidur rumah sakit ini, itu dengan kondisi sangat lemah, putriku. Aku tak tahu pasti kapan Allah memanggilku. Putriku, kutitipkan buku harianku ini pada ibumu agar diserahkan padamu. Aku percaya padamu. Jika aku memberikan buku ini padamu, itu karena aku ingin engkau mengetahui betapa besar cintaku padamu, mengapa dulu aku se-ring memarahimu, maafkan buya, putriku...
Kini hanya engkau satu-satunya harapanku...Aku percaya-kan perguruan yang telah kubangun dengan tanganku sendiri ini padamu. Aku bercita-cita mengembangkannya menjadi sebuah pesantren. Engkau masih ingat lapangan tempat kita dulu me-naikkan layangan? Itu adalah tanah warisan almarhum kakekmu.
Di lapangan itulah kurencanakan berdiri bangunan asrama tempat para santri bermukim. Engkau seorang arsitek, anakku, tentu lebih memahami bangunan macam apa yang sesuai untuk kebutuhan sebuah asrama pesantren...
Kuserahkan sepenuhnya kepadamu, juga untuk mengelo-lanya nanti. Sebab aku yakin, dari tanganmu, dari hatimu yang jernih, dari perkataan dan tindakanmu yang selalu sejalan dengan kebenaran akan terlahir sebuah fauzan'adzima, kemenangan yang besar, seperti yang telah Allah janjikan, yakinlah, putriku...
Dalam diri dan jiwamu kini terhimpun beragam kapasitas keilmuan dunia dan akhirat. Kini kusadari engkau bukan saja sekedar terlahir dari rahim ibumu, tetapi juga lahir dari rahim bernama Hidayah. Semoga Allah menyertai dan memudahkan jalan yang akan engkau lalui, putriku. Amien Ya Rabbal 'Alamiin.
12 Agustus 1999
Rabbi, jika airmata ini bukan tumpah, bukan karena aku tidak mengikhlaskan buyaku Engkau panggil, tapi sebab aku belum mengenali buyaku selama ini, seutuhnya. Sebab hanya seujung kuku baktiku padanya. Rabbi, perkenankan aku menjalankan amanah Buya dengan segenap ridho-Mu. hanya Engkau, ya Mujib...

------000-----

“Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar ...Dalam dinding keterbatasan itu saya merasakan kedamaian”.

Semoga apa yang saya sampaikan ini ada manfaatnya,
Bila ada salah kata mohon dimaafkan, yang benar itu pasti datangnya dari Allah SWT Wallahù'alam bíshawab
Wabíllahí taùfík walhídayah,
Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh.

……… Insya Allah Bersambung ………


Drs.H. Sudibya Samiyana, KDU

Tidak ada komentar: