07 September 2008

Kisah Penuh Hikmah (3)


“ Bísmíllaahírrahmaanírrahím ”


Akal Setipis Rambutnya, Tebalkan Dengan Ilmu.
Hati Serapuh Kaca, Kuatkan Dengan Iman.
Perasaan Selembut Sutera, Hiasilah Dengan Akhlak

***

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram (sakinah) kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih (mawaddah)
dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)

***

Ya Allah kalau Engkau masukkan aku ke dalam sorga,
rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga …
Tetapi kalau aku Kau masukkan ke dalam neraka,
aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat
ya Allah, maka terimalah saja taubatku ini……

INTISARI DARI AL QUR'AN DAN HADITH
BAGI SUAMI DAN ISTRI
===============================

WAHAI SUAMI .......
*Taati dan cintailah Allah SWT dan Rasul-Nya.
*Ketahuilah bahwa kamu mendirikan rumah tangga adalah untuk menda-patkan keridhoan Allah SWT dan bukan untuk melepaskan nafsu se-mata-mata.
*Nasihatilah isterimu dengan cara yang baik.
*Layanilah isterimu dengan cara yang baik karena sebaik-baik orang diantaramu adalah orang yang paling lemah lembut terhadap isterinya.
*Hiasilah dirimu untuk isterimu sebagaimana kamu suka dia menghiasi dirinya untukmu.
*Jagalah perasaan isterimu dan janganlah memuji wanita lain di hadap-annya dan janganlah mengumpatnya di hadapan orang lain.
*Bertimbang rasalah kamu dan jangan menuntut sesuatu yang di luar kemampuan isterimu.
*Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW tidak pernah memukul isteri-isteri-nya. Jika kamu terpaksa, elakkanlah dari pukulan yang menyakitkan.
*Janganlah kamu terlalu menurut kemauan isterimu karena ini akan me-rusakkan akhlaqnya dan menjatuhkan kewibawaanmu.
*Bersabarlah atas kelemahan isterimu karena mungkin kamu membenci sesuatu yang Allah menjadikan kebaikan yang banyak kepadanya.
WAHAI ISTERI....
*Taati dan cintailah Allah SWT dan Rasul-Nya.
*Utamakanlah hak suamimu lebih daripada hak-hak yang lain melainkan hak-hak Allah SWT dan Rasul-Nya.
*Senantiasalah bersikap malu dan taat kepada suamimu serta berilah perhatian ketika ia berbicara di samping menghormatinya.
*Berpuas hatilah dengan apa saja rezki yang telah diperoleh oleh suamimu dari Allah SWT.
*Muliakanlah anggota keluarga suamimu dan saudara maranya.
*Tumpukanlah perhatian kepada kewajiban dan urusan dalam rumah-anggamu.
*Jagalah perasaan dan maruah suamimu.
*Hiasilah dirimu untuk suamimu saja.
*Janganlah merasa bangga kepada suamimu lantaran harta, kecantikan dan keturunanmu.
*Janganlah keluar dari rumahmu melainkan dengan izin suamimu.

( 1 )
AKAL SETIPIS RAMBUTNYA

Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala galanya.
Apa lagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s tetap merin-ukan Siti Hawa. Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, isteri atau puteri.
Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tak lurus, tdk mungkin mampu hendak meluruskan mereka.
Tak logik kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka dicipta-kan begitu rupa oleh Mereka.
Didiklah mereka dengan panduan dariNya.
Jangan coba jinakkan mereka dengan harta, nanti mereka semakin liar.
Jangan hiburkan mereka dengan kecantikan, nanti mereka semakin menderita.
Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah. Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya.
Akal setipis rambutnya, tebalkan dengan ilmu.
Hati serapuh kaca, kuatkan dengan iman.
Perasaan selembut sutera, hiasilah dengan akhlak.
Suburkanlah karena dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan keadilan Tuhan.
Akan terhibur dan bahagialah hati mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana menteri negara atau women gladiator.
Bisikkan ke telinga mereka bahwa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan diskriminasi Tuhan. Sebaliknya disitulah kasih sayang Tuhan, karena rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki-lelaki wajah : negarawan, karyawan, jutawan dan " wan-wan" lain. Tidak akan lahir superman tanpa superwoman.
Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan.
Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan.
Lebih banyak lelaki yang dirusakkan oleh perempuan
Daripada perempuan yang dirusakkan oleh lelaki.
Sebodoh-bodoh perempuan pun bisa menundukkan sepandai-pandai lelaki
Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal tuhan. Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan secretary, bahkan anak pun akan kehilangan ibu, suami kehilangan isteri dan bapa akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa. Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepimpinan. Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah Pimpinlah diri sendiri dahulu kepadaNYA.
Jinakkan diri dengan Allah, niscaya akan jinaklah segala-galanya dibawah pimpinan kita.
Jangan mengharap isteri seperti Siri Fatimah, kalau pribadi belum lagi seperti sayidina Ali.

( 2 )
KITAB UQUUDU LUJAIN FII BAYAANI HUQUUZZAUJAINI

BAB 1

Shahabat-shahabat yang dirahmati oleh Alloh SWT, Alhamdulillah segala puji tersanjung kehadirat Alloh SWT Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada sayyidina Muhammad SAW besrta keluarganya dan para shahabat, sejumlah bilangan semua perkara yang diketahui Alloh. “Amma ba’du”.
Izinlah kami menulis buletin ini dengan suatu pegangan kitab, yang insya Alloh kami ambil dari kitab “UQUUDU LUJAIN FII BAYAANI HUQUUQUZZAUJAINI” Kami sangat berharap memperoleh pertolong-an Alloh, keikhlasan, diterima dan bermanfa’at dalam segala hal yang berkaitan dengan risalah yang kami tulis ini, semata karena kemuliaan sayyidina Muhammad SAW para istrinya anak cucunya dan golongan beliau.
Risalah ini kami hadiahkan kepada kedua orang tua kami, dengan harapan memperoleh pengampuan dari Alloh, dan mudah-mudahan derajatnya ditinggikan. Sesungguhnya Alloh SWT adalah dzat yang maha luas pe-ngampunan Nya dan dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

PASAL I
( 3 )
HAK-HAK ISTRI TERHADAP SUAMI

Alloh SWT berfiman sebagaimana tersebut dalam Surat An-Nisaa ; Ayat 19: “WA ‘AASYIRUUHUNNA BILMA’RUUFI”
Artinya : “ Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu)dengan baik “
Yang dimaksud adalah pergaulan secara adil. Baik dalam pembagian gi-liran (kalau kebetulan polygami), pemberian belanja dan berperangai baik dalam ucapan dan tindakan.
Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 228 diterangkan: Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai suatu tingkatan kele-bihan daripada istrinya. ”
Diriwayatkan dari nabi SAW bahwa, saat beliau menunaikan haji wada’ belau bersabda : Setelah beliau mamuji Alloh SWT dan menyanjung-Nya serta memberi petuah pada kaum muslimin yang hadir, Beliau melanjut-kan sabdanya:
“Ingatlah, berikanlah wasiat kepada para wanita secara baik, karena mereka hanyalah sebagai tawanan dihadapanmu. Sesungguhnya kalian tidak memiliki apapun dari mereka kecuali kebaikan. kecuali jika mereka itu (wanita) datang denga membawa perbuatan buruk yang jelas. Kalau wanita melakukan perbuatan tercela, maka berpisahlah sebatas tempat tidur dan pukullah dengan pukulan yang tidak membahayakan.
Kalau istimu mentaati maka kamu jangan mencari alasan lain untuk mengusiknya. Ingatlah sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istri di-mu. Diantara hak kalian atas istri-istrimu adalah melarang istrimu meng-elar tikarmu terhadap orang yang tidak kamu sukai dan tidak mengizinkan istri-istrimu memasukkan orang yang tidak kamu sukai. Ingatlah, bahwa diantara hak-hak istrimu adalah memberi pakaian yang baik kepadanya dan demikian pula dalam hal makanannya. ”

BAB 2

Rasululloh SAW bersabda, Artinya: “ Hak istri atas suami adalah mamberi makan kepadanya jika ia (suami) makan, memberi pakaian ke-padanya apabila ia (suami) berpakaian, dan jangan menampar wajah, ja-ngan menjelek-jelekkan dan jangan membiarkan (memisahkannya) kecuali dalam hal tempat tidur. (riwayat Thamrani dari Muawiyah bin Haidah).
Rosululloh SAW bersabda:
“Ayyumaa rojulin tazawwaja imroatan ‘alaa maaqolla minal-ahri au katsuro laisya fii nafsihi anyuaddiya haqqohaa khodda’ahaa famaata walam yuaddi ilaihaa haqqohaa laqiualloha yaumal qiyamata wahuwa zaarin”
Artinya: “Siapapun orang laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan maskawin yang hanya sedikit atau banyak, tetapi drinya berniat untuk tidak memenuhi hak-hak istri (yakni bermaksud menipunya) lalu lelaki itu mati hingga belum pernah memenuhi hak-hak istrinya, maka dihari kiamat kelak ia akan menghadap Alloh SWT dengan menyandang predikat seba-gai pezina. ”
Rosulloh SAW bersabda : “Inna min akmalil mu’miniina iimaanan ahsanuhum khuluqon waal thofuhum biahlihii. ”
Artinya: ”Sesunguhnya diantara kesempurnaan keimanan orang mukmin adalah mereka yang lebih bersikap kasih sayang (berlaku lemah lembut) terhadap istrinya. ” (riwayat Turmudzi dan Hakim dari Aisyah).

BAB 3

Rasulullah SAW bersabda: “Khoirukum khoirukum liahlihii wa ana khoirikum li ahlii. ”
Artinya : “ Sebaik-baik orang diantara kamu adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya. Dan aku adalah orang yang terbaik dian-taramu terhadap keluarga (istri-istri)ku. ” (Riwayat Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lainnya dikatakan :
Artinya : “ Sebaik-baik orang diantara kamu adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya, dan aku adalah orang yang lebih bagus diantaramu terhadap istri-istriku. ”
Rasulullah SAW bersabda :
“Man shobaro’ala suui khuluqi imroatihii a’thoohu allahu minal ajri mitslamaa u’thiya ayyuubu ‘alaihissalaamu’ala balaa ihi wa man shobarot ‘alasui khuluqi zaujihaa a’thoohallahu minal ajri mitslatsawaa bi aasiyata imroata fir’auma. ”
Artinya : “ Barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan istrinya maka Allah SWT akan memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan Allah SWT kepada Nabi Ayyub AS atas cobaan yang dite-rimanya. Dan barang siapa bersabar atas keburukan kelakuan suaminya maka Allah SWT memberi pahala kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun. ”
Perlu diketahui bahwa cobaan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ayyub AS adalah terdiri dari empat macam cobaan.
Meliputi cobaan atas kebangkrutan (pailit) kekayaannya, kematian semua anak-anaknya, kerusakan pada tubuhnya dan diasingkan oleh masyarakat kecuali hanya istrinya saja yang setia menemani.
Kehancuran harta kekayaan Nabi Ayyub AS terdiri dari unta, sapi, kambing, gajah, khimar (keledai). Kekayaan lain milik Beliau adalah 500 hektar tanah persawawahan, semuanya digarap oleh 500 orang, pada se-tiap orang mempunyai anak istri. Pengikut Beliau terdiri dari 3 golongan semua telah beriman dan masih berusia muda.
Iblis yang diberikan kekuasaan oleh Allah SWT dapat turun naik dari bumi ke langit sewaktu dikehendaki, mempunyai maksud naik ke langit. Tiba-tiba Iblis mendengar para malaikat membaca Sholawat atas Nabi Ayyub AS. Saat itu juga timbullah rasa Hasud di dalam hatinya. Ia berkata memohon kepada Allah SWT :
“Wahai Tuhan, sekarang ini aku memang telah menyaksikan sendiri hamba-mu ayyub sangat rajin bersyukur seraya memuji kepada-mu tetapi kalau engkau memberi cobaan kepadaku tentu dia tidak akan bersyukur dan tidak pula mentaatinya.
Allah SWT berfirman kepada Iblis :
“Baik, silakan kamu merangkap sekarang aku beri kekuasaan kepadamu untuk mencoba Ayyub a.s melalui harta kekayaannya. ”
Iblis berangkat. Ia mengumpulkan semua anak buah terdiri dari syaitan dan jin ia katakan kepada mereka: “ Sekarang aku telah diberi wewenang untuk mencoba Ayyub as melalui hartanya. ”
Lebih lanjut iblis berkata lagi :
“Ifrit, sekarang kauu kuberi tugas membakar tempat penggembalaan unta-unta milik Ayyub as dan sekaligus membunuh semua unta-unta itu laksanakan !”
Iblis datang menjumpai Ayyub AS, saat mana ketika itu Beliau sedang melaksanakan sholat. Iblis berkata kepadanya: “Tempat peng-embalaan unta-untamu terbakar, dan seluruh unta milikmu ikut terbakar pula. ”
Apa kata Nabi Ayyub AS: “Alkhamdulillah Allah SWT sendiri yang memberikan kekayaan itu kepadaku dan hanya Dia saja yang berhak mengambil kembali. ”
Iblis tidak berhenti sampai disitu. Ia meningkat lagi pada kekayaan yang lain. Ia hancurkan semua kambing milik Nabi Ayyub As, berikut tempat penggembalaannya. Ia datang ke Nabi Ayyub As seraya memberi-ahukan peristiwa itu.
“Angin panas telah menghancurkan kebunnya tidak ada jang tersisa sedi-kitpun.” kata iblis sehabis merusak semua kebun milik Nabi Ayyub AS. Apa kata Nabi Ayyub As. “ Alkhamdulillah ...” kemudian Beliau memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. ”

BAB 4

Usaha iblis belum berhenti sampai disitu. Ia kembali menghadap Allah SWT seraya memohon agar diberi kekuasaan untuk mencoba Nabi Ayyub AS melalui anak-anaknya.
Allah berkata:”Silakan, pergilah. Aku memberi kekuasaan penuh kepada-mu untuk mencoba Ayyub melalui anak-anaknya. ”
Iblis berangkat. Yang dituju adalah gedung tempat anak-anak Nabi Ayyub As berlindung di bawahnya. Gedung itu diguncang lalu hancur menindih habis anak-anak Nabi Ayyub As, semuanya mati. Iblis lalu memberi Nabi Ayyub As tentang bencana yang menimpa anak-anaknya.
Apa reaksi Beliau?. Nabi Ayyub AS malah beristigfar memohon ampun kepada Allah SWT.
Usaha iblis tetap tidak menghasilkan apapun untuk merubah ketaatan Nabi Ayyub As. Beliau tetap taat kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya. Iblis kembali menghadap Allah SWT seraya memohon agar diberi kekuasaan untuk menguji nya. Allah berkata kepadanya: “ Silakan aku beri kekuasaan kepadamu untuk menguji melalui tubuh lisan dan akalnya tetapi bukan hatinya. ”
Iblis segera berangkat untuk menggoda Nabi Ayyub As. Sampai ketempat yang dituju ternyata Beliau sedang bersujud. Iblis datang dari arah kepala Beliau, lalu meniup kedua lubang hidungnya dengan sekali tiup. Seketika itu badan Nabi Ayyub As serasa gatal-gatal.
Makin lama terasa semakin gatal. Nabi Ayyub As menggaruk-garuk bagian-bagian tubuh yang gatal dengan ujung-ujung jemarinya. Tetapi belum juga hilang gatal-gatal itu.
Nabi Ayyub As mencoba menggaruk-garuknya dengan kain kasar. Belum juga hilang gatal-gatal itu. Lalu menggunakan kereweng (pecahan gen-ting) dan batu. Beliau tidak henti-hentinya menggaruk badannya hingga melepuh, sehingga bernanah dan berbau busuk. Masyarakat sekitarnya menganggap berbahaya terhadap penyakit yang sedang dialami Nabi Ayyub As. Mereka sepakat mengasingkan Beliau ke luar daerah. Beliau terusir ke tempat yang kotor. Mereka membuatkan untuk Beliau sebuah gubuk yang hanya ditemani istrinya yang bernama Rahmah.
Meskipun demikian istri beliau, Rahmah, selalu setia melayaninya. Ia berbuat baik sekali kepadanya. Ia perlakukan suaminya penuh kasih sa-yang. Kebutuhan-kebutuhan makan dan minumnya selalu diperhatikan. Kaum Nabi Ayyub As yang mendeportasi dirinya terdiri dari tiga go-longan. Namun begitu semuanya masih tetap dalam keimanan semula. Mereka tidak meninggalkan agamanya.
Dalam kisah lain diriwayatkan bahwa, ada seseorang bermaksud menghadap Umar Bin Khattab hendak mengadukan perihal perangai buruk istrinya. Sampai ke rumah yang dituju orang itu menanti Umar Ra di depan pintu. Saat itu ia mendengar istri Umar mengomeli dirinya, se-mentara Umar sendiri hanya berdiam diri saja tanpa bereaksi. Orang itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan kaki seraya bergumam: Kalau keadaan Amirul Mukminin saja begitu bagaimana halnya dengan diriku. ”
Bersamaan itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kem-bali. Umar memanggilnya, katanya : ”Ada keperluan penting?”. Ia men-jawab : ” Amirul Mukminin, kedatanganku ini sebenarnya hendak mengadukan perihal istriku lantaran suka memarahiku. Tetapi begitu aku mendengar istrimu senfiri berbuat serupa, maka aku bermaksud kembali. Dalam hati aku berkata kalau keadaan Anirul Mukminin saja diperlalukan istrinya seperti itu bagaimana halnya dengan diriku. ”
Umar berkata kepadanya:”Saudara, sesungguhnya aku rela mengaggung perlakuan seperti itu dari istriku karena adanya beberapa hak yang ada padanya. Isriku bertindah sebagai juru masak makanku. Ia sesalu mem-buatkan roti untukku. Ia selalu mencucikan pakaian-pakaianku. Ia menyu-sui anak-anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya, Aku cukup ten-tram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu aku menerimanya sekalipun dimarani. ”
Kata orang itu : ”Amirul mukminin, demikian pulakan terhadap istriku?”. Jawab Umar : ”Ya, terimalah marahnya karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja. ”
Tentang kisah Asiyah lengkapnya begini; ketika Nabi Musa As mengalahkan para tukang sihir Fir’aun, keimanan Asiyah semakin mantap. Keimananya kepada Allah sendiri itu sebenarnya sudah lama tertanam didalam hatinya, dan ia tidak menyatakan Fir’aun (suaminya) sebagai Tuhan. Begitu Fir’aun semakin jelas mengetahui keimanan istrinya, maka ia menjatuhkan hukuman kepadanya.
Kedua tangan dan kakinya diikat. Asiyah ditelentangkan diatas ta-nah yang panas, wajahnya dihadapkan kesinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.
Belum cukup siksaan itu dilakukan Fir’aun, ia kembali memerintahkan algojonya supaya menjatuhkan sebongkah batu besar kedada Asiyah. Manakala Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhjkan padanya, beliau berdoa kepada Allah SWT:”ROBBI IBNILII ‘INDAKA BAITAN FIL JANNAH. ” Artinya :” Wahai Allah SWT, Tuhanku, bangunkanlah untukku disisi-Mu sebuah gedung di Syurga, (Q. S. At Tahrim, ayat 11).
Segera Allah memperlihatkan sebuah bangunan gedung di syurga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruhnya keluar menyusul kemudian barulah sebongkah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya sehingga beliau tidak merasakan sakit, karena jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.
Syeikh habib Abdullah Al Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.


BAB 5
K I S A H
Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari ia mengun-junginya lagi, sampai ke rumah yang dituju pintunya masih tertutup. Ia ketuk pintu rumah itu. Dari dalam terdengar suara wanita: “SIAPA ITU?” Orang yang salih menjawab: “Aku, saudara suamimu. Aku darang untuk mengunjunginya, hanya karena Allah semata. ”
“Dia sedang keluar mencari kayu bakar”, balas istri sahabatnya. “Mudah-mudahan ia tidak kembali. ” Lanjutnya sambil terus ber-gumam memaki-maki suaminya.
Ketika mereka sedang terlibat perbincangan, tiba-tiba orang yang salih itu datang sambil menuntun seekor harimau yang sedang membawa seikat kayu bakar. Begitu melihat saudaranya datang mengunjunginya, ia menghambur kepadanya seraya bersalam.
Kayu bakar itu lalu diturunkan dari punggung harimau tersebut. Katanya kemudian: “Sekarang pergilah kamu, mudah-mudahan Allah memberkahimu. ”
Orang yang salih itu (yakni yang empunya rumah) lalu mempersilakan saudaranya masuk. Sementara isterinya masih bergunam memaki-maki dirinya. Namun sebegitu jauh ia hanya berdiam, tanpa menunjukkan reaksi kebencian. Setelah terlibat perbincangan beberapa saat lamanya, hidangan keluar disuguhkan. Dilanjutkan berbincang-bincang hingga beberapa saat. Setelah itu saudaranya berpamitan dengan menyimpan kekaguman yang sangat berkesan. Ia sangat kagum sebab saudaranya sanggup menekan kesabarannya menghadap isteri yang begitu cerewet dan berlidah panjang.
Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Sampai di depan pintu ia mencoba mengetuknya. Isterinya keluar dan menyapa: “Tuan siapa?”
“Aku adalah saudara suamimu” balasnya. “kedatanganku ini semata untuk mengunjunginya. ”
“Oh, selamat datang tuan, ” kata isteri saudaranya seraya mem-persilakan masuk penuh keramahan. Tidak begitu lama saudara salih yang ditung-gunya tiba juga sambil memanggul seikat kayu bakar. Mereka segera terlibat perbincangan sambil menikmati hidangan yang disuguhkan. Setelah semuanya dirasa cukup, dan ketika ia hendak kembali, ia sempatkan bertanya tentang beberapa hal. Bagaimana dahulu ia dapat menundukkan seekor harimau dan mau diperintah membawakan kayu bakar. Sedang sekarang ini ia hanya datang sendirian sambil memanggul kayu bakar. “Kenapa bisa begitu?” tanya saudaranya. Saudaranya menjawab: ”Ketahuilah saudaraku, isteriku yang dahulu berlidah panjang itu sudah meninggal. Sedapat mungkin aku berusama bersahar atas perangai buruknya, sehingga Allah memberi kemudahan diriku untuk menundukkan seekor harimau, sebagaimana pernah kau lihat sendiri sambil membawa kayu baker itu. Semuanya terjadi lantaran kesabaranku padanya. Lalu aku menikah lagi dengan perempuan yang shalihah ini. Aku sangat gembira mendapatkannya. Maka harimau itupun dijadikan jauh dariku, karena itu aku memanggul sendiri kayu bakar itu, lantaran kegembiraanku terhadap isteriku yang shalihah ini.”

PERHATIAN
Seorang suami diperbolehkan memukul isterinya jika tidak mengin-dahkan perintahnya berhias, padahal ia menghendaki. Atau lantaran menolak diajak tidur bersama. Diperbolehkan pula seorang suami memukul isterinya lantaran keluar rumah tanpa memperoleh izinnya. Atau karena isterinya memukul anak kecil yang sedang rewel. Atau karena mencaci ma-ki orang lain, atau karena menyobek pakaian suaminya, menjambak jeng-gotnya, atau berkata kepada suaminya: “Hai kambing, hai keledai, hai orang tolol, dll.” sekalipun penca-ciannya itu didahului oleh sikap suami yang telah mencacinya.
Demikian pula seorang suami diperbolehkan memukul isterinya lan-aran isterinya sengaja memamerkan wajahnya kepada lelaki lain. Atau karena asyik berbincang-bincang dengan lelaki lain. Atau sekalipun ia ikut mendengarkan pembicaraan suaminya bersama lelaki lain, dengan maksud dapat mencuri pendengaran dari suara lelaki itu. Atau karena memberikan sesuatu dari rumah suaminya berupa barang yang tidak biasanya diberikan kepada orang lain. Atau karena menolak menjalin kekeluargaan dengan saudara suaminya.
Begitu pula suami dibenarkan memukul isterinya karena mening-galkan shalat, setelah terlebih dulu diperintah tetapi menolak menger-jakannya. Pendapat inilah yang lebih kuat.


WASIAT DAN PENGAJARAN SUAMI
Ketahuilah bahwa, setiap suami hendaknya pandai-pandai mem-beri pengajaran atau wasiat-wasiat kebajikan kepada isterinya. Rasu-lullah SAW mengingatkan :
“Rohimallahu rolulan qoola yaa ahlaahu sholaa takum shiyaa makum dzakaa takum miskiinakum yatiimakum jiiroonakum la’allakum ma’a-hum fil jannati. ” Artinya: “Mudah-mudahan Allah merahmati seorang suami yang mengingatkan isterinya, ‘Hai istriku, jagalah shalatmu, puasa-mu, zakatmu, kasihanilah orang-orang miskin di antaramu, para tetanggamu, mudah-mudahan Allah mengumpulkan kamu bersama mereka di surga’. ”
Hendaknya seorang suami selalu memperhatikan nafkahnya sesuai dengan kesanggupannya. Hendaknya suami selalu bersabar jika menerima cercaan isterinya, atau perlakuan-perlakuan tidak baik lainnya. Hendaknya suami mengasihani isterinya, yaitu dengan bentuk memberi pendidikan secara baik, kendati ia seorang terpelajar. Sebab kaum wanita bagaimanapun diciptakan dalam keadaan serba kurang akal dan tipis beragama (kecuali hanya sedikit saja yang mempunyai akal panjang dan beragama kuat).
Tersebut dalam hadith: “Lau laa annallaha satarol mar ata bil hayaa ilakaa nats laa tusaa wii kaffan min turoobin. ”
Artinya: “Kalaulah bukan karena Allah membuatkan penutup rasa malu bagi kaum wanita, niscaya harganya tidak dapat menyamai segenggam debu. (al-hadith).
Hendaknya seorang suami selalu menuntun isterinya pada jalan-jalan yang baik. Memberi pendidikan kepadanya berupa pengetahuan agama (Islam), meliputi hukum-hukum bersuci (Thaharah) dari hadats besar. Misalnya tentang haid dan nifas. Seorang isteri harus diberi pengetahuan tentang persoalan yang sangat penting itu. Sebab bagaimanapun masalah itu berhubungan erat dengan waktu-waktu shalat.
Demikian pula memberikan pengajaran terhadap maslah ibadah. Meliputi ibadan fardhu (wajib) dan sunnahnya. Pengetahuan tentang shalat, zakat, puasa dan haji.
Jika seorang suami telah memberi pendidikan tentang persoalan pokok tersebut, maka isteri tidak dibenarkan keluar rumah untuk bertanya kepa-da ulama. Tetapi kalau pengetahuan yang dimiliki suami tidak memadai, sebagai gantinya maka ia sendiri yang harus siap untuk selalu bertanya kepada ulama (orang yang mengerti ilmu agama). Artinya, isteri tetap tidak diperkenankan keluar rumah. Namun, kalau suami tidak mempunyai untuk bertanya, maka isteri dibenarkan keluar rumah untuk bertanya tentang persoalan agama yang dibutuhkan. Hal itu malah menjadi kewajibannya, dan bahkan kalau suaminya melarang keluar berarti telah melakukan kamaksiatan (dosa). Tetapi isteri harus meminta izinnya lebih dulu jika sewaktu-waktu hendak belajar mengenai ilmu-ilmu tersebut. Isteri harus memperoleh keridhaan suaminya.

BAB 6
KEHARUSAN MEMELIHARA DIRI DAN KELUARGA
Tersebut dalam firman Alloh Surat Al Tahrim ayat 6: “Yaa ayyuhal ladzi aamanuu quuu anfusakum wa ahlikumnaaroon”
Artinya: Hai orang-orang yg beriman, peliharalah dirimu keluargamu dari api neraka.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Abas Ra mengatakan, ”Berikanlah pengertian kepada mereka dan didiklah mereka “ yakni tentang syariah Islam dan akhlak-akhlak yang baik.
Tersebut dalam riwayat dijelaskan :
“Inna asyaddannaasi ‘adzaabayyau mal wiyaa mati man jahhala ahladu”
Artinya : Sesungguhnya di antara manusia yang paling keras menerima siksaan kelak di hari kiamat adalah orang yang memperbodoh keluarga-nya, (yang sengaja membentuk keluarganya menjadi bodoh). (al-hadith)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda yang artinya : “Setiap kamu sekalian adalah peng-gembala dan kelak akan ditanya tentang penggembalaannya. Imam adalah penggembala dan kelak dimintai tanggung jawab atas peng-gembalaan (kepemimpinan)nya. Suami adalah pemimpin keluarganya dan kelak dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinan (rumah tangganya). Isteri adalah pengatur di rumah suaminya, kelak akan diminta pertang-gungjawaban tentang pengaturannya (di rumah suaminya). Pembantu adalah pelaksana dalam menjalankan pertang-gungjawaban tentang pelak-sanaannya. Anak lelaki adalah penjaga harta kekayaan orang tuanya dan kelak akan diminta pertang-gungjawaban tentang penjagaannya. Jadi kalian semua adalah peng-gembala dan kelak kalian akan diminta pertanggungjawaban atas penggembalaannya. (riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:”Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam urusan wanita, karena mereka adalah merupakan amanat bagimu. Barangsiapa tidak menyuruh isterinya menunaikan shalat dan tidak mengajarinya, berarti telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya. (al-hadith).
Di antara akhir kata-kata yang dipesankan oleh Rasulullah SAW yang diulang tiga kali hingga lisannya terasa sulit berkata dan sangat berat, adalah:
“Peliharalah shalat, peliharalah shalat (mu) dan apa saja yang ada pada kekuasaanmu. Janganlah kamu membebani mereka dengan perkara yang mereka tidak mampu menanggungnya. Takutlah kepada allah, takutlah kepada Allah dalam urusan isteri-isterimu, sesungguhnya me-reka adalah tawanan yang ada dalam kekuasaanmu. Kamu mengambil mereka dengan amanat Allah, dan kamu mengambil kehalalan farji mereka dengan firman-firman Allah. (al-hadith).
Firman Allah dalam surat Thaaha ayat 132: “Wa mur ahlaka bisholati” yang artinya: “dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat.
Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda, yang artinya: “tidak ada dosa yang lebih besar yang kelak di hari kiamat dibawa seeorang menghadap kepada Allah, daripada orang yang membuat keluar-ganya menjadi bodoh. ”
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Pertama kalli perkara yang dipertanggungjawabkan kepada seseorang di hari kiamat adalah keluar-ganya (yakni isteri) dan anak-anaknya. Mereka berkata, wahai Tuhan kami, ambillah hak-hak kami (tanggung jawab) kami dari orang ini, karena sesungguhnya dia tidak mengajarkan kepada kami tentang urusan agama kami. Ia memberi makan kepada kami berupa makanan dari hasil yang haram, dan kami tidak mengetahui. Maka orang itu dihantam (disiksa) lantaran mencari barang yang haram, sehingga terkelupas dagingnya, kemudian dibawa ke neraka. (al-hadith).

BAB 7
PASAL 2
( 4 )
HAK-HAK SUAMI ATAS ISTERI

Firman Allah dalam surat An-Nisaa’ Ayat 34 : Artinya :”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta meraka. Sebab itu maka wanita yang sholihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara(mereka). Wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (kemaluannya), maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencaricari jalan untuk menyusahkannya. ”
Rasululloh SAW bersabda: Artinya :” Sebaik-baik Wanita (Isteri) adalah seorang wanita yang apabila kamu pandang menyenangkan dirimu, kalau kamu perintah mentaatimu, kalau kamu pergi ia menjaga harta dan dirimu.
Rasululloh SAW bersabda :
“Barang siapa bersabar terhadap perangai isterinya, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala yang diberikan padaa Nabi Ayyub As. Barang siapa bersabar (yakni Isteri) terhadap perangai suaminya, maka Allah akan memberikan pahala seperti pahala yang diberikan Allah pada orang yang gugur dalam membela agama Allah. Barangsiapa (isteri) menganiaya suaminya dan memberi beban pekerjaan yang tidak pantas menjadi bebannya (yakni suami) dan menyakitkan hatinya, maka para Malaikat juru pemberi Rahmat (Malaikat Rahmat) dan Malaikat juru siksa (malaikat azab) melak-natinya (yakni isteri). Barangsiapa (isteri) yang bersabar terhadap perbuatan suaminya yang menyakitkan, maka Allah akan memberinya seperti pahala yang diberikan Allah pada Asiyah dan Maryam Binti Imran. (Al-hadts).

BAB 8
Rasululloh SAW bersabda : “Ayyumaa imroatin maa tat wazaujuhaa ‘anhaa roodhin dahholatil jannata”
Artinya: ”Siapa saja kaum wanita (istri) yang mati sedangkan suami-nya meridhoinya, maka kelak ia masuk surga. ” (Diriwayatkan Tirmizdi Ibnu Majah, Hakim dari Ummu Salamah).
Rasululloh SAW bersabda : “Idzaa shollatilmaratiu khomsahaa washoomat syahrohaa wafidhot farjahaa wa athoo’at zaujahaa qiila lahaa udhululjannata min ayyiabwaabiljannatisyi, ti. ”
Artinya: “Apabila seorang Isteri menunaikan shalat lima waktunya, ber-puasa dibulannya, pandai-pandai memelihara kemaluannya dan mentaati suaminya, kelak akan dikatakan kepadanya:”Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. ”(Diriwayatkan oleh Ahma)
Tersebut dalam suatu riwayat ada seorang perempuan datang menghadap Nabi SAW seraya berkata : “Wahai Rasululloh, aku ini utusan dari kaum wanita yang diminta menghadapmu. Yaitu menanyakan masalah jihad yang hanya diwajibkan Alloh kepada kaum laki-laki. Kalau mereka terluka mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, mereka bahkan sebagi orang-orang yang hidup disisi Tuhannya seraya memperoleh rizki. sedangkan kami dari golongan Wanita ini selalu setia mengikuti dan membantu mereka menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Namun demikian kenapa kami tidak memperoleh pahala berjihad seperti yang diberikan pada mereka Rosulloh SAW Bersabda:”Sampaikan kepada siapa saja kaum wanita yang kamu jumpai bahwa, mentaati suami dengan mengakui hak-hakhya sesungguhnya telah menyamai dengan pahala berjihad. Tetapi sedikit sekali diantaramu melaksanakan. ”
(Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Thabrani).

BAB 9

Dalam Firman Allah SWT Surat An-Nisa’ ayat : 32 : “Lirrijaali nashiibun mimmaa ihtasabuu walinnisaai nashiibun mimmaa iktasabna”
Artinya:”Bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi merka wanita ada bagian dari apa yang meraka usahakan. ”
Yang dimaksud adalah pahala yang diberikan Allah SWT kepada kaum lelaki karena menunaikan jihad. Sedangkan pahala yang diberikan Allah SWT kepada kaum wanita adalah lantaran mereka mamlihara kemauannya dan mentaati Allah SWT serta mentaati suaminya. Pahala kaum elaki dan wanita di akhirat kelak kedudukan-nya sama. Yang demikian karena, perburan baik itu dilipatkan pahalanya hingga sepuluh kali lipat. Baik hal itu berlaku bagi kaum lelaki maupun wanita. Kutamaan kaum lelaki atas kaum wanita hanyalah sebatas masa di dunia. Demikian menurut penafsirsn Asy Syarbini didalm Tafsirnya.
Iman Ali RA mengatakan:”Seburuk-buruk sifat kaum lelaki namun sebaik-baik sifat sifat kaum wanita. , penakut. Sebab kaum wanita (Isteri) itu bakhil maka akan dapat memelihara hartanya dsn hartanya dan suami saja, kalau isteri (wanita) itu merasa besar maka perasaan besarnya itu akan mencegah diri nya banyak bicara kepada setiap orang dengan gaya bicara yang lunak, yang memungkinkan mengundang perhatian. kalau wanita itu penakut daari segala sesuatu maka ia tidak akan keluar rumah dan merasa takut ketempat-tempat yang dapat mengundang dugaan lantaran takut kepada Suaminya. Nabi Dawud As mengatakan :”Isteri yang berakhlak buruk bagi seorang suami, kalau dimisalkan adalah bagaikan orangtua renta yang memikul beban berat. Sedang isteri yang sholihah bagi seorang suami bagaikan mahkota yang dilapisi emas. Manakala suami meman-dangnya, maka membuat ketenangan. ”


KEDUDUKAN KAUM ISTERI
Hendaknya suami memberi pengertian kepada isterinya bahwa, se-ungguhnya keberadaan isterinya tidak lebih bagaikan hamba sahaya (bu-ak) dimata tuannya. Atau bagaikan tawanan yang tidak berdaya karena itu isteri tidak berhak mempergunakan harta harta suaminya kecuali mem-eroleh izinnya.
Bahkan menurut pendapat mayoritas Ulama bahwa, seorang isteri tidak boleh mempergunakan hartanya juga sekalipun harta itu mutlak miliknya sendiri, kecuali telah mendapat restu suami. Sebab kedudukan Isteri itu seperti orang yang menanggung hutang banyak yang harus membatasi penggunaan hartanya.
Selain itu telah kewajiban bagi kaum isteri supaya memiliki sikap pemalu terhadap suaminya sepanjang waktu. Tidak banyak mem-bantah perkataan suami. Merendahkan pandangannya di hadapan suami. Mentaati perintah-perintahnya, dan siap mendengarkan kata-kata yang diucapkan suaminya. Menyongsong kedatangan suami dan mengantarkannya ketika hendak keluar rumah. Menampakkan rasa cinta dan bergembira dihadapannya. Menyerahkan dirinya secara penuh di sisi suaminya ketika di tempat tidur.
Termasuk perkara penting yang perlu mendapat perhatian kaum isteri adalah, hendaknya selalu memperhatikan kebersihan mulutnya, baik dengan cara di gosok dalam berbagai waktu, menggunakan misik atau wewangian lain. Membersihkan pakaian, selalu bersolek di hadapan suami sebaliknya tidak berhias jika suami sedang pergi.
Al Ashmu’i menceritakan pengalamannya ketika berjalan-jalan di suatu dusun. Katanya, suatu hari aku melihat seorang wanita di suatu desa. Ia berpakaian merah menyala, semua semua kukunya dikenakan pacar dan tangannya menggenggam tasbih. Al Ashmu’i bergumam Alang-ah indahnya wanita itu, hampir tidak ada keindahan yang melebihinya.
Setelah mengetahui sapaanku, ia bersair : Demi Allah sesunggunya aku mempunyai seorang kawan yang akrab yang tidak dapat kutinggalkan sewaktu-waktu aku bercengkerama bersama dirimu Al Ashmu’i melanjutkan, sekarang aku tahu bahwa, wanita itu ternyata seorang isteri yang solehah. Ia mempunyai suami dimana ia selalu berhias untuk menye-nangkan dirinya.
Selanjutnya, seorang isteri hendaknya menjauhkan diri dari sikap ber-khianat terhadap suami. Baik berkhianat ketika ditinggal suami, saat di tempat tidur atau berkhianat pada hartanya.
“LAA YAHILLU LAHAA AN TUTH’IMA MIN BAITIHI ILLAA BIIDZNIHI ILLAA ARROTHBA MINATHTHO’AAMI ALLADZII YAKHOOPU FASAADUHU FAIN ATH’AMAT ‘AN RIDHOOHU KAANA LAHAA MITSLA AJRIHI WAIN ATH’AMAT BIGHOIRI IDZNIHI KAANA LAHULAJRU WA’ALAIHALWIZRU. ” (AL-HADITH)
Artinya:”Tidak dihalalkan bagi seorang isteri memberikan makanan dari rumah suaminya kecuali mendapat izinnya. Kecuali berupa makanan basah (yang kadar airnya tinggi) yang dikhawatirkan busuk. Kalau seorang isteri memberi makanan tanpa memperoleh izin suaminya, maka suaminya yang mendapat pahala dan ia sendiri mendapat dosa. (al-hadith).
Seorang isteri juga harus menghormati keluarga suaminya, kerabat-kerabatnya kendati hanya dengan ucapan. Hendaknya isteri dapat menempatkan dirinya dalam memandang perkara yang sedikit yang dimiliki suami sebagai perkara yang banyak. Tidak menolak jika diajak tidur bersama, kendati saat itu ia sedang berkendaraan.

BAB 10

Ibnu Abas mengatakan, Aku mendengar Rasululloh SAW bersabda :
“Lau anna imroatan ja’alat laklahaa qiiyaaman wanahaarohaa shiyaaman wa’aahaa zaujuhaa ilaa firoosyihi wa taakhkhorot ‘anhu saa’atan waahi datan jaaat yaumalqiamati tushabu bissalaasili walaghlaali ma’asysya-aatihini ilaa asfali saa filiina” (Al haditu)
Seandainya seorang istri menjadikan seluruh waktu malamnya untuk beribadah dan siangnya selalu berpuasa, sementara suaminya mengajak dia tidur bersama (yakni bersetubuh) tetapi ia terlambat sebentar saja meme-nuhi panggilan (ajakannya), maka kelak di hari kiamat ia datang dalam keadaan terantai dan terbelenggu, serta ia dikumpulkan bersama syetan ditempat neraka yang paling bawah. (al-hadist)
Perlu sekali diketahui, hendaknya seseorang apabila hendak berse-tubuh menjauhkan diri dari pandangan orang lain. karena termasuk diharamkan bersetubuh dilihat orang lain. termasuk dalam kategori ini adalah persetubuhan yang dilakukan ditempat terbuka, tidak tertutup dari pandangan orang lain.
Disunnahkan bagi orang yang hendak bersetubuh memulai dengan membaca Bismillahir rahmaanir rahiim, dilanjutkan membaca surat AL Ikhlas, kemudian bertakbir dan bertahlil (yakni membaca Allohu akbar dan Laa ilaahaa illalloh). dilanjutkan membaca : “Bismilahil ‘aliiyil ‘adhimi allohumma ij” Al annuthfata dzurriyyatan thoyyibatan in kunta qodarta an tukhrija dzaalika min shulbii. ”
Artinya ; “Dengan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Wahai Allah, jadikanlah sperma ini menjadi keturunan yang bagus kalau kehendaki keluar dari tulang rusukku. ”
Rasululloh SAW mengajarkan : “Lau anna ahadakum inna ataa ahlahu qoola: allohumma jannib nisysyaithoona wa janninisy-syaithoona maa rojaqtanaa.” (Al-Hadith) Artinya; “Jika seorang diantara kamu bermaksud menyetubuhi istrinya, bacalah: “Allohumma jannabnisy-syaithoona wa jannibisysyaithoona maa rojaqtanaa (wahai allah jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari suatu rizqi yang engkau berikan kepada kami). karena jika dalam waktu persetubuhan itu menghasilkan anak, maka syetan tidak akan membahayakannya.
Apabila telah mendekati ejekulasi dan maka hendaknya membaca do’a dalam hati yaitu “alhamdulillahillaszii kholaqo minal-maai basyaron fija’alahu nasaban washihron wakaana robbuka qodiiron “. artinya segala puji bagi Allah dzat yang telah menciptakan manusia dari setetes air (sperma) lalu dia menjadikan dari setetes air itu keturunan dan keluarga. Dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. Sewaktu bersetubuh hendaknya menghindari menghadap ke arah kiblat. Hal itu semata untuk menghormati kiblat. Hendaknya dalam persetubuhan antara laki-laki dan wanita di tutup dengan selimut. Hendaknya seorang istri jangan berpuasa (sunnah) selain telah memperoleh izin suaminya. Kalau-pun tetap berpuasa tanpa mendapatkan izinnya maka puasanya tidak di terima, kendati ia lapar dan dahaga saja. Seorang istri hendaknya jangan pula keluar rumah kecuali memperoleh izin suami. Kalau terpaksa keluar rumah tanpa memperoleh izinnya maka para malaikat yang ada dilangit melak-natinya, demikian pula para malaikat yang bertugas di bumi, malaikat rahmat dan malaikat juru siksa. hal itu terus berlangsung hingga dirinya bertaubat atau kembali kerumahnya. Bahaya itu akan berlaku menimpa dirinya sekalipun suaminya seorang yang aniaya.
BAB 11
HIKAYAT

Abdullah alwasiti bercerita bahwa pernah di Arafah aku melihat seorang perempuan ia berkata, “barang siapa mendapat petunjuk Allah maka takkan ada yang dapat menyesatkanya, Barang siapa di sesatkan Allah maka tidak ada orang yang akan menunjukanya “.
Tahulah aku bahwa wanita itu seorang tersesat jalan. aku bertanya. ”wahai perempuan dari mana asalmu?” ia menjawab “maha suci Allah Dzat yang telah meng Isra’ kan hambanya pada suatu malam dari masjidil Haram ke masjidil Aqsho “.
Tahulah aku bahwa perempuan itu berasal dari Muqodas. Aku bertanya :”untuk keperluan apa kedatanganmu kemari?”, ia menja-wab:”diwajibkan oleh Allah atas manusia menunaikan haji bagi orang yang mampu menempuh perjalananya”. aku bertanya:”kau punya suami?” ia menjawab:”janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan dengan masalah ltu!”. ”apa kau bersedia naik unta ?” tanyaku. ia menjawab: ”perkara apa saja dari kebaikan yang kamu kerjakan maka Allah mengetahuinya”.
Manakala perempuan itu hendak menaiki unta, ia berkata :”katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar menundukkan pandangan mereka! “.
Maka akupun berpaling dari memandanginya. setelah berada di punggung kendaraan kembali aku bertanya:”siapa namamu?” dan “ceritakanlah kisah Mariam didalam Al Qur’an ?” jawabnya. “kau punya anak?”
ia menjawab :”berwasiatlah Ibrahim dengan milat itu kepada anak-anaknya dan Yaqub “.
Akupun mengerti bahwa ia mempunyai beberapa anak. aku me-lanjutkan pertanyaan : ”siapa nama mereka ?” ia menjawab: ”dan Allah berfirman kepada Musa dengan firman-firman-Nya. dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (pilihan). Hai Dawud, sesung-guhnya kami menjadikan kamu kholifah di muka bumi”. (jadi nama anak-anak mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Dawud).
Aku bertanya :”ke daerah mana aku dapat menjumpai mereka ?”
ia menjawab :”dan beberapa tanda, dengan bintang mereka di beri petunjuk jalan “.
Akupun mengerti bahwa perempuan itu termasuk salah seorang yang ada dalam rombongan pengendara unta.
Aku melanjutkan :”Mariam, beberapa hari ini kau belum makan apa-apa?” ia menjawab : ” sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Arrahman untuk berpuasa.
Manakala aku telah sampai ketempat anak-anaknya dan mereka melihat ibundanya mereka menangis seketika, perempuan itu berkata:” salah seorang di antara kamu pergilah kekota dengan membawa uang untuk berbelanja “.
Aku bertanya kepada anak-anaknya tentang ibundanya itu, mereka menjawab “sesungguhnya dia sudah tiga hari ini tersesat jalan. ia ber-nadzar tidak akan berbicara apa-apa kecuali menggunakan bahasa Al Qur’an”. setelah itu aku bertanya kepada mereka, begitu melihat bahwa mereka menangis semua. mereka menjawab: ”sesungguhnya ia dalam keadaan nadzar”.
Maka akupun buru-buru masuk menjumpainya dan bertanya kepada-nya mengenai keadaan yang di alami. Perempuan itu menjawab:”dan sakaratul maut datang dengan nyata “.
Setelah kematianya malamnya aku bermimpi bertemu dengan perem-puan itu. aku bertanya:”dimana kamu sekarang?” ia menjawab :”sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa di tempatkan dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang di senangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa “.
Diriwayatkan dari Rosulullah SAW bahwa beliau bersabda :”se-sungguhnya istri yang mentaati suaminya di mohonkan ampunan oleh burung-burung yang terbang diudara, ikan-ikan yang ada di air dan para Malaikat yang ada di langit, selagi istri itu berada dalam keridloan suaminya “. (Al-hadith )

BAB 12
HIKAYAT
Di baghdad ada seorang laki laki menikah dengan anak puteri pamannya sendiri. Dalam pernikahan itu ia berjanji tidak akan menikah lagi dengan wanita lain. Suatu hari ada seorang perempuan datang (be-lanja) ke tokonya. Ia meminta lelaki itu untuk menikahi dirinya. Lelaki itupun bercerita apa adanya, bahwa dia telah mengikat janji dengan is-trinya (anak pamannya) untuk tidak akan kawin lagi dengan wanita lain.
Tetapi perempuan itu terus mendesak dirinya, hingga dirinya rela sekali-pun hanya di gilir pada hari jum’at. Lelaki itupun menikahinya.
Masa itu telah berlalu, hingga sampai memasuki kedelapan bulan dalam pernikahannya dengan wanita lain, isterinya mulai curiga. Ia tidak menyukai tingkah suaminya yang mulai tidak beres. Ia meme-rintahkan pembantunya supaya menyelidiki suaminya.
Menjelang hari jum’at, suaminya keluar, isterinya meminta pemban-tunya untuk mengawasi dari jauh, ke mana tujuannya.
Ternyata ia masuk kerumah seorang perempuan. Pembantu tadi terus malakukan penyelidikan Ia bertanya kepada salah seorang tetangga perempuan itu. Jawabnya, bahwa lelaki itu telah menikahinya beberapa bulan yang lalu.
Tuan puterinya di beritahu bahwa, suaminya telah menikah lagi dengan perempuan lain. Ia berkata:”Kamu jangan menyebarkan rahasia ini kepada siapapun”.
Manakala lelaki itu telah mati (yakni suami dari isteri anak pa-mannya) Ia mengutus pembantunya supaya mengantarkan uang sebanyak 500 dinar kepada isterinya yang kedua. ”Pergilah ke-rumahnya dan katakan kepadanya :”Semoga Allah menambah paha-lamu menjadi lebih besar. Sesungguhnya suamimu telah mati. Ia meninggalkan uang sebanyak 8000 dinar. Yang tujuh ribu dinar diberikan kepada anaknya. Yang 1000 dinar lagi dibagi dua antara aku dan kamu. ”
Ketika isteri mudanya mendapat penjelasan itu, ia menolak pem-berian uang dari isteri tua. Ia berkata kepada pembantunya: ”Kemba-likan uang itu padanya. Aku tidak akan mengambil maskawin daripa-danya, dan aku tidak ingin mengambil tinggalan apapun dari padanya ”
Tersebut dalam riwayat, kelanjutan hadith diatas : “Ayyumamraa atin ‘ashot zaujahaa fa’alaihaa la’natullaahi wal malaaikaati wannaasi ajma’iina”. (al hadith)
“Mana saja isteri yang berbuat durhaka kepada suaminya, maka ia mem-peroleh laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia”.
Imam Ali bin abu thalib berkata:”Aku mendengar Rasulullah bersabda:”Seandainya seorang isteri membawa makanan yang digo-reng dan yang di rebus di kedua tangannya lalu, diletakkan (disiapkan) untuk suaminya, tetapi suaminya tidak meridhoinya, maka dihari kia-mat kelak isteri itu akan di kumpulkan bersama golongan Yahudi dan Nashrani. (al hadith)
Abdullah bin mas’ud mengatakan bahwa, aku mendengar Rasulullah bersabda : “Ayyumaa imra-atin da’aahaa zaujuhaa ilaa firaasyihi fasawwafat bihi hatta yanaama fahiya mal’uunab”. (al hadith)
“Mana saja isteri yang di ajak suaminya bersetubuh, lalu ia mengulur ngulur waktu hingga suaminya tertidur, maka ia terlaknat”.
Dalam kelanjutan hadith di katakan: ”Mana saja isteri yang bermuka masam di depan wajah suaminya, maka ia berada dalam kemurkaan Allah hingga ia tersenyum kembali dan berusaha meminta keri-dhoannya. Dan mana saja isteri yang keluar rumahnya tanpa mendapat restu suaminya, maka ia dilaknati para malaikat hingga kembali”.
Abdurrahman bin ‘auf mengatakan, aku mendengar bahwa rasu-lullah bersabda:
“Ayyumamra-atin ‘abasat fii wajhi zaujihaa illaa qaamat min qabrihaa-muswaddatalwajih”. (al hadith)
“Mana saja isteri yang bermuka masam di depan suaminya, kelak ia di bangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berwajah hitam”.
Dari ‘usman bin ‘affan Ra berkata, aku mendengar rasulullah bersabda : “Maa kharajat imra atumminbaiti zaujihaa bi ghairi idznihi illaa la’anahaa kullu syai’in thala’at ‘alaihisysyamsu hattal hiitaani fil bahri. ”
“Tidaklah seorang isteri keluar dari rumah suaminya tanpa mendapat restunya, kecuali dilaknati oleh segala sesuatu yang tersiram matahari, hingga termasuk ikan ikan yang ada dilaut”. (al hadith)

BAB 13
Ummul mu’minin ‘aisyah ra berkata : “Yaa ma’syarannisaa lau ta’lamna bi haqqi azwaajikunna ‘alaikunnalaja’alatilmar-atu minkunna tamsahul ghubaara ‘an qadama zaujihaa buhurri wajhihaa”(al hadith)
“ Wahai kaum wanita, seandainya kamu akan mengetahui hak-hak suamimu atas dirimu, niscaya kamu akan bersedia membersihkan debu ditelapak kaki suaminya dengan sebagian wajahnya”.
Tersebut dalam riwayat Al Bazzar dari ‘aisyah ra bahwa beliau berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW “Siapa orang yang paling besar hak-haknya atas wanita?. Beliau menjawab:”Suaminya”. Aku melanjutkan:”siapa orang yang paling besar hak-haknya atas seorang laki laki?”. Beliau menjawab ”Ibunya”.
Rasullullah SAW bersabda :”Ada tiga macam orang yang mana Allah tidak berkenan menerima sholatnya, kebajikannya tidak dibawa naik kelangit. Yaitu :
1) Budak yang lari dari tuannya hingga kembali,
2) Isteri yang di marahi suaminya hingga mendapat ridhonya ;
3) Pemabuk hingga sadar (dari mabuknya). Riwayat Ibnu huzaimah, ibnu hibban dan al baihaqqi dari jabir.
Rasulullah bersabda ketika mengingatkan kaum wanita (isteri): ”Idzaa qaalatil mar-atu lizaujiha maa ra-aitu minka khairunqaththu faqad habitha ‘amaluha””.
“Apabila seorang istri berkata pada suaminya :”Sama sekali aku tidak pernah melihat kamu berbuat baik”. Maka benar-benar telah terha-puslah amalnya”. (riwayat ibnu adi dan ibnu ‘asakir dan ‘aisyah)
Thalhah bin ubaidillah ra mengatakan bahwa, aku mendengar Rasulullah bersabda : “Ayyumamra-atin qaalat lizaujihaa maa ra aitu mimka kharian quththa illaa ayasahallaahu ta’aalaa mirrahmatihi yaumalqiyaamati”
“Mana saja perempuan (isteri) yang berkata pada suaminya : Sama sekali aku belum pernah melihat engkau berbuat baik”, Kecuali Allah memutuskan rahmat baginya kelak di hari kiamat”. (al hadith)
Rasulullah bersabda : ”Mana saja istri yang menuntut cerai suaminya tanpa ada perkara yang memperbolehkannya sama sekali (yakni alasan yang jelas), maka haram baginya menikmati bau harum-nya sorga (yakni terhalang penciumannya pada bau sorga). (diriwa-yatkan oleh Ahmad, abu daud, At turmudzi, Ibnu Mahaj, Ibnu Hibban, Al hakim dari tsauban).
Abu bakar As sidiq Ra mengatakan, aku mendengar bahwa Rasu-lullah SAW bersabda:”Apabila seorang istri berkata pada suaminya: ”Ceraikanlah aku “, Maka kelak dihari kiamat ia datang de-ngan membawa wajah tanpa terbalut daging, sementara lidahnya menjulur keluar dari langit-langit mulut dan ia turun menuju tengah-te-ngah jurangnya neraka, kendati ia selalu berpuasa dan beribadah di waktu malamnya”.
Rasulullah SAW bersabda:”Innallaaha laa yandzuru ilaa imra atin laa tasykuru zaujahaa.”.
“Sesungguhnya Allah tak mau memperhatikan seseorang istri yang tidak mau bersyukur kepada suaminya”. (al hadith)
Rasulullah SAW bersabda :”Laa yandzurullaahu tabaaraka wata’aa-laa ilaa imra atin laa tasykur lizaujihaa wahiya laa tstaghnii ‘anhu”.
“Allah tidak mau memperhatikan seseorang istri yang menolak bersyu-kur kepada suaminya, padahal ia tetap membutuhkan suaminya”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, aku mendengar bahwa Rasu-lullah SAW bersabda “Seandainya seorang istri mempunyai Kekayaan seperti yang dikuasai Sulaiman bin daud, dan suaminya ikut makan hartanya Itu, kemudian istrinya berkata kepadanya:”Mana harta mi-likmu !!”, kecuali Allah akan menghapus amalnya (amal istri) selama empat puluh tahun”.
Usman bin ‘affan berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Seandainya seorang istri mempunyai sejumlah harta kekayaan seba-nyak isi dunia dan memberikan semua kekayaan itu pada suaminya, dan setelah berlalu beberapa saat lalu di ungkit-ungkitnya, kecuali Allah akan menghapus semua amalnya dan akan mengumpulkanya bersama dengan Qorun”.

BAB 14
( 5 )
PERTANYAAN PERTAMA
PADA SUAMI DAN ISTRI

Rasulullah bersabda :”Awwalu maa tus-alul mar-atu yaumal qiyaamati ‘ansholaatihaa wa’an ba’lihaa” (al hadith)
“Pertama kali yang di pertanyakan kepada seorang isteri pada hari kiamat adalah tentang sholatnya dan suaminya”.
Rasulullah bersabda: ”Permulaan yang di perhitungkan dari sese-orang lelaki (suami) adalah mengenai shalatnya, kemudian tentang is-trinya dan perkara-perkara yang di kuasainya. Jika pergaulannya ber-sama mereka baik dan lelaki itu berlaku baik kepada semuanya, maka Allah berbuat bagus kepadanya. Dan permulaan perkara yang di perhitungkan (yakni dihisab) bagi perempuan adalah tentang shalatnya kemudian tentang hak-hak suaminya. (al hadith)
Rasulullah SAW bersabda kepada istrinya: ”Dimana engkau mempunyai kewajiban kepada suamimu?. Istri beliau menjawab : Aku tidak akan berbuat lalai dalam melayaninya, kecuali terhadap hal-hal yang kurasa tidak mampu kulakukan. Rasulullah SAW pun melan-jutkan :”Bagai-manapun kamu bergaul bersamanya maka sesung-guhnya suamimu adalah sorga dan nerakamu”. (al hadith).
Tersebut dalam riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda: ”Ada em-pat macam wanita yang masuk sorga dan empat macam wanita yang lain masuk neraka. Diantaranya empat macam wanita yang masuk sor-ga adalah, istri yang memelihara kesucian (kehormatan dirinya), men-taati perintah Allah dan mentaati suaminya, banyak anaknya, penyabar, mudah menerima pemberian sedikit bersama suaminya, mempunyai rasa malu. Kalau suaminya tidak ada ditempat (sedang pergi) ia me-melihara dirinya dan harta suaminya. Kalau suaminya sedang di rumah ia mengekang lisannya.
Yang lain adalah isteri yang ditinggal mati suaminya, ia mempunyai anak banyak tetapi ia menahan diri untuk kepentingan anak-anaknya, memelihara mereka berlaku baik pada mereka dan tidak menikah lagi karena khawatir jika menyia-nyiakan anak-anaknya itu.
Adapun empat wanita yang lain yang di tetapkan masuk neraka adalah, istri yang berlisan buruk pada suaminya, kalau suaminya sedang pergi ia tidak menjaga kehormatan dirinya, kalau suaminya berada di-rumah lisannya terus mencerca dengan kata-kata yang buruk, dan isteri yang membebani suaminya dengan beban yang tidak sanggup dipikulnya, dan isteri yang tidak menutup dirinya dari lelaki lain bahkan ia keluar rumah dengan dandanan yang berlebihan, dan isteri yang tidak mempunyai aktivitas lain kecuali makan, minum, tidur dan tidak mempunyai kecintaan untuk melaksanakan sholat, tidak menaati Allah dan rasulNYA dan tidak berusaha menaati suaminya. Isteri yang bersikap seperti itu adalah istri yang terlaknat, termasuk ahli neraka, kecuali jika segera bertaubat. (al hadith)
Kata sa’ad bin waqash, aku mendengar rasulullah SAW bersab-da:”Sesungguhnya seorang istri jika tidak membesarkan hati suaminya sewaktu mengalami kesempitannya, maka Allah akan melaknatnya dan begitu pula para malaikat semuanya ikut melaknat dirinya. (al hadith) Salman Al farissi mengatakan bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:”Maa nadzaratimra-atun ilaa ghairi xaujihaa bisyahwatin illaa summirat ‘ainahaa yaumanlqiyaamati. (al hadith)
“Tidaklah seoarang istri yang memperhatikan lelaki yang bukan sua-minya di sertai syahwat, kecuali kedua matanya kelak di hari kiamat akan di butakan”.
Abu ayyub Al anshari mengatakan, aku mendengar bahwa Rasu-lullah SAW bersabda : ”Dilangit dunia, Allah menciptakan (menem-patkan tujuh puluh ribu malaikat, dimana mereka melaknati setiap isteri yang menghianati suaminya dalam penggunaan hartanya. Di hari kiamat kelak mereka dikumpulkan bersama para tukang sihir, para dukun, kendati sepanjang hidupnya dihabiskan untuk melayani sua-minya”. (al hadith)
Kata mu’awiyah, sesungguhnya aku mendengar bahwa rasulullah SAW besabda: ”Ayyumaa imra-atin akhadzat min maalin zaujihaa bighairi idznihi illa kaana ‘alaihaa wizruu sab’iina alfa saariq”.
“Mana saja seorang isteri yang mengambil harta suaminya, tanpa seizinnya kecuali dirinya mendapat tujuh puluh dosanya pencuri”. (al hadith)
Rasulullah SAW bersabda:”Allah mengharamkan setiap orang msuk sorga sebelum aku, hanya saja melihat dari sebelah kananku seorang perempuan yang mendahului aku menuju pintu sorga. Aku bertanya “Ba-gaimana perempuan ini mendahuluiku? Dijawab: ”Hai Muhammad, dia adalah perempuan yang bagus. Ia mempunyai anak-anak yatim, tetapi ia bersabar merawat mereka hingga mencapai usia beligh. Lalu dia bersyukur kepada Allah terhadap semua itu”. (al hadith)

BAB 15

Umar bin khatab mengatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Ayyumaa imra atin rafa’at shautahaa ‘alaa zaujihaa illaa la’anahaa kullu syai-in thala’at ‘alaihi syamsu “. (Al hadith)
“Mana saja isteri yang memperkeraskan suaranya kepada suaminya ke-uali dilaknat oleh segala sesuatu yang tersinar oleh sinar mentari. (al hadith)
Abu dzar mengatakan, aku mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya kalaupun seseorang isteri beribadah seperti ibadahnya para malaikat dan manusia yang ahli ibadah. Kemudian ia membuat keprihatinan kepada suaminya karena masalah nafkah, kecuali pada hari kiamat ia datang sementara tangannya terbelenggu pada leher dan kakinya terikat, mulutnya dirobek, wajahnya pucat dan dirinya digantung oleh malaikat yang sangat keras seraya diseret menuju neraka”. (al hadith)
Salman Al farisi mengatakan, aku mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Mana saja isteri yang bersolek dan mengenakan wewangian, keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya, maka sesungguhnya dia berjalan dalam kemurkaan Allah dan kebencianNYA hingga kembali”. (al hadith)
Rasulullah SAW bersabda:”Ayyumamra-atin naza’at tsiyaabahaa fii ghairi baitihaa khairaqallaahu ‘azza wajalla ‘anhaa sitrahu” (rawahu ahmad dan thabrani dan hakim dan baihaqi)
“Mana saja isteri yang menukar pakaiannya dilain rumah dengan maksud sengaja di buka supaya terlihat lelaki lain, maka Allah pasti merobek penutupnya (yakni Allah tidak akan menutupi dosanya). (dari ahmad thabrani al-hakim dan al baihaqi)
Tersebut dalam riwayat Al hakim bahwa, ada salah seorang perempuan bertanya kepada Nabi SAW, katanya: ”Sesungguhnya putra pamanku bermaksud melamar aku, karena itu jelaskan kepa-daku apa saja hak-hak suami atas istrinya. Jika hak-hak itu sanggup aku jalani niscaya aku siap menikah. Rasulullah SAW menjawab: ”Diantara hak-hak suami adalah seandainya dari hidungnya mengalir darah atau nanah, maka istrinya men-jilatinya maka yang demikian itu belum cukup menunaikan hak-haknya. Seandainya diperbolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, tentu aku perintahkan seorang istri supaya bersujud kepada suaminya”.
Wanita itu berkata: “Demi dzat yang mengutusmu dengan hak, selama di dunia aku tak akan menikah”.
Tersebut dalam riwayat diberitakan oleh Aisyah Ra bahwa, ada seorang perempuan datang menghadap Nabi SAW seraya ber-kata:”Hai Rasulullah, aku ini seorang wanita yang masih muda. Baru-baru ini aku sedang di-lamar seseorang tapi aku belum suka menikah, sebenarnya apa sajakah hak-hak suami atas istrinya itu? ”Rasulullah SAW menjawab:”Sekiranya mulai dari muka hingga sampai kakinya dipenuhi oleh penyakit bernanah, lalu istrinya menjilati seluruhnya, maka yang demikian itu belum terbilang memenuhi rasa syukur terhadap suami”. Perempuan muda itu berkata:”Kalau begitu pantas-kah aku menikah?”. Rasulullah SAW berkata: ”Sebaiknya menikahlah karena menikah itu baik”.
Tersebut dalam riwayat At thabrani: ”Sesungguhnya seorang istri terhitung belum memenuhi hak-hak Allah ta’ala sehingga dia memenuhi hak-hak suaminya keseluruhan. Seandainya suaminya me-minta dirinya sementara ia masih berada diatas punggung onta, maka ia tidak boleh menolak suaminya atas dirinya”. (yang di maksud me-minta dirinya adalah meminta untuk melayani seksual suaminya). (Al hadith)
Ibnu Abbas Ra mengatakan, ada seorang perempuan dari Kats’am menghadap Rasulullah SAW, katanya: ”Aku ini seorang perempuan yang masih sendirian, aku bermaksud menikah. Sesung-guhnya apa sajakah hak-hak suami itu? Beliau menjawab: ”Apabila suami menghendaki istrinya seraya terus menggoda, sementara waktu itu istrinya masih diatas punggung unta, maka ia tidak boleh meno-laknya. Diantara hak suami adalah hendaknya istri jangan memberikan sesuatu apapun dari rumahnya kecuali mendapat izin dari suaminya. Kalau ia tetap melakukan perbuatan itu, maka ia berdosa dan pahalanya diberikan kepada suaminya. Diantara hak suami yang lain adalah hendaknya istri jangan berpuasa sunnah kecuali mendapat izin dari suaminya, kalau ia tetap berpuasa maka hanya mendapat rasa lapar dan dahaga, puasanya tidak diterima. Kalau istrinya memaksa keluar rumah tanpa memperoleh izin dari suaminya maka ia di-laknati para malaikat, hingga kembali dan bertaubat”. (Al hadith)
Ali Ra mengatakan, aku berkunjung kepada Nabi SAW bersama Fatimah Ra. Sampai dirumah beliau, kujumpai sedang menangis terisak isak, Aku bertanya: ”Bapak dan Ibuku menjadi tebusan atas kesedihanmu, wahai Rasulullah, apa sebenarnya yang menyebabkan engkau menangis seperti itu?”. Rasulullah menjawab: ”Hai Ali pada malam ketika aku di isra’kan kelangit, kulihat berbagai macam kaum wanita dari umatku di siksa dineraka dengan berbagai macam siksaan, Melihat hal itu aku menangis lantaran beratnnya siksaan yang di timpakan kepada mereka. Aku melihat ada wanita yang digantung dengan rambutnya dimana otaknya mendidih. Aku melihat lagi wanita yang digantung dengan lidahnya, sementara yang mendidih dituangkan ke tenggorokannya. Aku juga melihat wanita yang kedua kakinya dipasung hingga susu dan kedua tangannya terbelenggu pada ubun-ubunnya. Sementara Allah memerintah ular dan kalajenging untuk menyiksanya. Aku juga melihat wanita yang digantung dengan kedua susunya. Aku melihat pula wanita berkepala babi dan ber-badan keledai, ia mengalami beribu-ribu siksaan. Aku melihat wanita yang berbentuk (berupa) anjing, sementara api neraka membakar dirinya masuk melalui lubang mulutnya dan keluar melalui duburnya, sementara para malaikat memukulimya dengan godam yang panas.
Mendengar semua itu Fatimah Az Zahra bangkit seraya berkata: ”Wahai Kekasihku dan permata hatiku, sesungguhnya perbuatan apakah yang pernah dilakukan mereka, hingga mengalami siksaan seperti itu?”.
Rasulullah menjawab: ”Wahai putriku perempuan yang digan-tung menggunakan rambutnya sendiri adalah disebabkan ia tidak menutup rambutnya dari pandangan lelaki lain. Perempuan yang di gantung menggunakan lidahnya disebabkan ia suka menyakiti hati suaminya. Perempuan yang digantung menggunakan kedua susunya disebabkan ia mengotori tempat tidur suaminya (dia bersetubuh dengan lelaki lain). Perempuan yang dipasung kedua kakinya pada kedua susu dan kedua tangannya dirantai keubun-ubunnya, sementara Allah memerintah ular dan kala-jengking untuk menyiksanya, dise-babkan dia tidak mandi jinabat, tidak mandi setelah haid dan mere-mehkan sholat. Perempuan yang berkepala babi dan berbadan keledai sesungguhnya perempuan itu suka mengadu-adu lagi pendusta. Ada-pun perempuan yang berbentuk anjing sementara api membakar diri-nya masuk melalui mulut dan keluar melalui duburnya, sesung-guhnya disebabkan dia perempuan yang suka mengungkit ungkit (pemberian kepada suaminya) lagi berhati dengki. Wahai putriku, celaka sekali istri yang bermaksiat (durhaka) kepada suaminya”. (Al hadith)
Singkatnya bahwa kedudukan suami bagi istrinya, jika dimisal-kan seperti kedudukan orang tua atas anak-anaknya, Sebab ketaatan anak terhadap orang tuanya dan usaha anak mencari keridhaan orang tuanya termasuk wajib. Sebaliknya kewajiban itu tidak berlaku bagi suami.

BAB 16
( 6 )
PERKARA PENTING

Tersebut dalam riwayat dari Abu Hurairah Ra, katanya, suatu hari Rasulullah SAW menjenguk putrinya, Fathimah-. Sampai di ru-mahnya, Rasulullah melihat putrinya sedang menggiling tepung sambil menangis.
Rasulullah bertanya:”Kenapa menangis, Fathimah?. Mudah mudahan Al-lah tidak membuat matamu menangis lagi”.
Fathimah menjawab: ”Bapak, aku menangis hanya karena batu peng-giling ini, dan lagi aku hanya menangisi kesibukanku dirumah yang datang silih berganti”.
Rasulullah kemudian mengambil tempat duduk disisinya. Fathimah ber-kata:”Bapak demi kemulyaanmu, mintakanlah kepada Alli supaya membe-likan seorang budak untuk membantu pekerjaan-pekerjaanku membuat tepung dan menyelesaikan pekerjaan rumah”.
Manakala Rasulullah SAW selesai mendengar perkataan putrinya, beliau bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat penggilingan. beliau memungut segenggam biji-bijian gandum dima-sukkan kepenggilingan. Dan membaca “Bismillahir rahmanir rahiime” Maka berputarlah alat penggilingan itu karena izin Allah. Beliau terus memasukkan biji-bijian itu sementara alat penggiling terus berputar dengan sendirinya, seraya memuji Allah dengan bahasa yang tidak di pahami manusia. Hal itu terus berajalan hingga biji-bijian itu habis.
Rasululah SAW bersabda kepada alat penggilingan itu: ”Berhentilah dengan izin Allah”. Seketika alat itu berhenti. Ia berkata seraya mengutip ayat Al Qur’an: ”HAi orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargam dari api neraka, Yang bahan bakar-nya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap yang diperintahkanNYA, dan mereka selalu mengerjakan segala apa yang diperintah”. (Qs At Tahrim 6)
Merasa takut jika menjadi batu kelak akan masuk neraka, demikian tiba tiba batu itu berbicara dengan izin Allah. Ia berbicara menggunakan bahasa Arab yang fasih. Selanjutnya batu itu Ber-kata:”Wahai Rasulullah, demi dzat yang mengutusmu dengan hak menjadi Nabi dan rasul, seandainya engkau perintahkan aku untuk menggiling biji-bijian yang ada diseluruh jagat Timur dan Barat, nis-cayaakan kugiling seluruhnya’. Dan aku mendengar pulabahwa Nabi SAW bersabda:”Hai batu, bergembiralah kamu sesungguhnya kamu termasuk batu yang kelak di gunakan untuk membangun gedung Fathimah disorga”. Seketika itu batu penggiling itu sangat bahagia dan berhenti.
Nabi SAW bersabda kepada putrinya, Fathimah :”Kalau Allah ber-kehendak, hai Fathimah, niscaya batu penggiling itu akan bergerak dengan sendirinya untukmu. Tetapi Allah berkehendak mencatat ke-baikan-kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukan-keburuk-anmu serta mengangkat derajatmu.
Hai Fathimah mana saja seoarang istri yang membuatkan tepung untuk suaminya dan anak anaknya, kecuali Allah mencatat baginya memperoleh kebaikkan dari setiap butir biji yang tergiling, Dan meng-hapus keburukkannya serta meninggikan derajatnya.
Hai Fathimah mana saja istri yang berkeringat disisi alat penggiling-annya karena membuatkan bahan makanan untuk suaminya, kecuali Allah akan memisahkan atas dirinya dan neraka sejauh tujuh hasta.
Hai Fathimah mana saja seorang istri yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci baju mereka, kecuali Allah akan mencatat baginya memperoleh pahala seperti pa-halanya orang yang memberikan makan kepada seribu orang yang se-dang kelaparandan seperti pahalanya orang yang memberikan pakaian kepada seribu orang yang sedang telanjang.
Hai Fathimah mana saja istri yang memenuhi kebutuhan tetang-ganya, kecuali Allah kelak mencegahnya (tidak memberi kesempatan ba-ginya) Untuk minum air dari telaga Kautsar besok di hari kiamat. Hai Fathimah tetapi yang lebih utama dari pada itu semua adalah keridhoan suami terhadap istrinya. Sekiranya suamimu tidak meridhoi-mu, tentu aku tidak akan mendoakan dirimu”.
“Bukankah engkau mengerti, hai Fathimah, bahwa keridhoan suami itu menjadikan sebagian dari keridhoan Allah, dan kebencian suami merupa-kan bagian dari kebencian Allah.
Hai Fathimah, manakala seorang istri sedang mengandung, maka para malaikat memohonkan ampunan untuknya, dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh seribu kebajikan dn seribu keburukannya di hapus. Apabila telah mencapai rasa sakit (menjelang melahirkan) maka Allah mencatat baginya memperoleh pahala seperti pahalanya orang orang yang berjihad di jalan Allah. Apabila telah melahirkan dirinya terbebas dari segala dosa seperti keadaannya di hari setelah dilahirkannya oleh ibunya”.
“Hai Fathimah, mana saja istri yang melayani suaminya dengan niat yang benar, kecuali dirinya terbebas dari dosa-dosanya bagaikan pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia keluar dari dunia (yakni mati) kecuali tanpa membawa dosa, ia menjumpai kuburnya sebagai per-tamanan sorga, Allah memberinya pahala seperti pahala seribu orang yang naik haji dan berumrah, dengan seribu malaikat memo-honkan ampun padanya sampai hari kiamat”.
“Mana saja seorang istri yang melayani suaminya sepanjang hari dan malam, di sertai hati baik, niat yang ikhlas dan niat yang benar, kecuali Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya. Pada hari kiamat kelak di-rinya akan di beri pakaian berwarna hijau, dan dicatatkan untuknya pada setiap rambut yang ada di tubuhya dengan seribu kebajikan, dan Allah memberi pahala untuknya sebanyak orang yang pergi haji dan umrah”.
“Wahai Fathimah mana saja seorang istri yang tersenyum manis di muka suaminya, kecuali Allah akan memperhatikannya dengan penuh mendapat rahmat.
Hai Fathimah, mana saja seorang istri yang menyediakan tidur bersama suaminya dengan sepenuh hati, kecuali ada seruan yang di tujukan kepadanya dari balik langit: Hai perempuan menghadaplah dengan membawa amalmu, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang datang”.
“Wahai Fathimah, mana saja seorang istri yang meminyaki ram-but suaminya demikian juga jenggotnya memangkas kumisnya dan memotong kuku-kukunya, Kecuali Allah kelak memberi minum pada-nya dari “Rahiqim makhtum” (tuak yang tersegel) dan dari sungai yang terdapat di sorga. bahkan Allah akan meringankan beban saka-ratul-maut, kelak dirinya akan menjumpai kuburnya bagai taman sorga. Allah mencatatnya terbebas dari neraka dan mudah melewati shirath (titian)”.
Pengertian, yang dimaksud “Rahiq” adalah “Al-khamru asysya-fiyatu aththayyibatu”, yakni arak yang jernih lagi sangat bagus. Se-dangkan makna “Makhtum”adalah. ”Al-mamnu’min an tamassahu yadun ilaa an yafukkal abraaru khatmahu”, yakni tercegah dari pen-jamahan tangan hingga orang-orang yang baik melepas segalanya. Jelas bahwa barang yang disegel jauh lebih baik ketimbang barang yang mengalir.
Diriwayatkan dari ibnu mas’ud ari Nabi SAW bahwa beliau ber-sabda:”Idzaa ghasalatil mar’atu tsiyaaba zaujihaa kataballahu laialaa alfa hasanatin waghafara lahaa alfa sayyi-atin warafa’a lahaa alfaa darajatin wastaghfara lahaa kullu syai-in thala’at ‘alaihisy syamsyu. (Al Hadith)
“ketika seorang istri mencucikan pakaian suaminya, maka Allah men-catat untuknya memperoleh seribu kebajikan dan mengampuni seribu kebu-rukannya. meninggikan seribu kali derajat untuknya dan semua barang yang berada di bawah siraman mentari memohonkan ampun untuknya”.
Aisyah RA mengatakan: Suara penenunan yang dilakukan oleh se-orang istri, itu menyamai gemuruh suara takbir dalam perang fi sabilillah. mana saja seorang istri yang memberi pakaian suaminya dari hasil tenun-annya, kecuali pada benang tenunan itu tercatat seribu kali kebajikan.
Nabi SAW bersabda: ”Manistaraa li’iyaalihi syai-antsumma hamalahu biyadihi ilaihim thallaahu ‘anhu dzunuuba sab’iina sanatan”.
“Barang siapa yang membuat gembira hati seorang istri maka ia ba-gaikan tengah menangis karena takut kepada Allah maka Allah meng-haramkan tubuhnya dari api neraka”.
Rasulullah bersabda:”Barang siapa yang membuat gembira hatinya seorang wanita, seakan akan menangis karena takut kepada Allah. Dan barang siapa menangis karena takut pada Allah maka Allah mengharamkan tubuhnya masuk kedalam api neraka”. (al hadith)
Rasulullah SAW bersabda:’Suatu rumah yang mana didalamnya terda-pat anak-anak perempuan, maka setiap hari Allah menurunkan dua belas rahmat dan tidak henti-hentinya di kunjungi malaikat. Dan bagi kedua orang tuanya setiap hari dan malam dicatat seperti ibadah selama tujuh puluh tahun”.

BAB 17
PASAL 3
( 7 )
KEUTAMAAN SHALATNYA WANITA
DIRUMAHNYA SENDIRI

Dalam bagian ini akan membicarakan tentangg keutamaan sha-latnya orang perempuan (istri) di rumahnya sendiri dan shalatnya itu lebih utama di banding shalat orang perempuan di masjid, sekalipun berjamaah dengan rasulullah.
Humaid As Sa’idi meriwayatkan tentang seorang perempuan yang datang kepada Rasulullah, perempuan itu bertanya:”Hai rasu-lullah, sesungguhnya aku sangat senang jika shalat berjamaah dengan-mu”. Nabi menjawab:”Aku tau kamu senang shalat berjamaah de-nganku. Tetapi shalatmu di rumahmu sendiri lebih utama dari pada shalatmu di kamarmu dan shalatmu di kamarmu lebih utama di banding shalatmu diserambi rumahmu dan shalatmu di serambi ru-mahmu lebih utama di banding shalatmu di masjidku ini”. Yang de-mikian itu tidak lain untuk menjaga agar ketertutupan dirinya sebagai hak yang perlu dijaga.
Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya shalatnya orang perem-puan di rumahnya lebih baik dari pada shalat di kamarnya, dan se-sungguhnyalah shalatnya seorang perempuan di kamarnya lebih baik dari pada shalatnya di serambi rumahnya, dan shalatnya seorang perempuan di serambi rumahnya itu lebih baik dari pada shalatnya di masjid”. (al hadith riwayat Al baihaqi dari Aisyah Ra)
Rasulullah SAW bersabda :”shalat seorang perempuan di rumah-nya lebih utama dari pada shalatnya di kamarnya dan shalatnya di dalam ruangan yang berada di tengah tengah rumahnya lebih baik dari pada shalatnya di serambi rumahnya”. Diriwayatkan oleh abi daud dari ibnu mas’ud dan riwayat Al hakim dari Ummu salamah.
Rasulullah SAW bersabda:”Shalaatul mar-ati wahdahaa tafdhulu ‘alaashalaatihaa fil jam’I bikhamsin wa’isyriina darajatan”.
Shalatnya seorang wanita sendirian menyamai shalatnya dalam berja-maah dengan memperoleh dua puluh lima derajat “. (di riwayatkan oleh Ad Dailami dari ibnu ‘umar) Menurut suatu pendapat, shalat seorang wanita yang demikian itu berlaku bagi perempuan yang masih lajang, yakni belum kawin.
Rasulullah SAW bersabda :”Inna ahabba shalaatil mar-ati ilallaahi filasyaddi makaanin fii baitihaa”
“Sesungguhnya shalat seorang wanita yang paling di sukai Allah adalah yang di laksanakan di dalam rumahnya yang gelap”.
Rasulullah SAW berssabda :”sesungguhnya seorang istri yang keluar rumah, padahal tidak ada kebutuhan yang teramat mendesak, maka syetan terus memperhatikan dan mengikutinya. Syetan ber-kata:”Jangan kau sia-siakan setiap melewati seseorang kecuali ia ka-gum padamu”. lalu wanita itu mengenakan busananya. Ketika di tanya suaminya :”Hendak kemana kamu.?”. ia menjawab:”Aku hendak membesuk orang sakit, atau aku hendak mendatangi upacara pembe-rangkatan jenazah atau aku hendak shalat di masjid”. Padahal tidak ada ibadah seorang perempuan yang lebih sempurna kepada Tuhan-nya kecuali yang dikerjakan di rumahnya sendiri”.
Diriwayatkan dari Abu Syaibani bahwa, ia melihat Abdullah bin Asy Syayab menghalau perempuan-perempuan dari masjid di hari jum’at Ia berkata:”Keluarlah kalian kerumah masing masing. Hal itu Jauh lebih baik bagi kamu”. Di riwayatkan oleh sulaiman Al ‘Lakhami dari Ath Thabrani
Di riwayatkan ada seorang perempuan yang berlalu dekat de-ngan abu Hurairah Ra. Ia berbau sangat harum semerbak. Abu hurairah bertanya:”Hai perempuan hendak kemana kamu.?”. Ia menjawab:”Hendak ke masjid”. Abu hurairah melanjutkan:”Kau me-ngenakan wewangian. ?”. Ia menjawab :”Yaa”. Abu hurairah ber-kata:”Kembalilah, mandi dulu. Sebab aku pernah mendengar bahwa rasulullah SAW bersabda:”Allah tidak akan menerima shalat seorang perempuan yang keluar menuju masjid dengan membawa aroma yang semerbak harum sehingga ia pulang kembali lantas mandi”. (Al hadith)
Yang di maksud mandi dalam hadith itu adalah menghilangkan bau harum yang di timbulkan dari bau minyak wangi tersebut. jadi maksudnya tidak di hususkan pada mandinya melainkan upaya meng-hilangkan bau wangi tersebut.
Rasulullah SAW besabda :”Al mukhtali’atu wal mutabarrijaatu hunnal munaafiqaatu”.
“Perempuan perempuan yang minta cerai suaminya tanpa ‘udzur dan perempuan-perempuan yang memperlihatkan perhiasan (dandananya) kepada orang bannyak mereka termasuk munafik”. (Diriwayatkan oleh Abu na’im dan Ibnu mas’ud)

BAB 18
( 8 )
LARANGAN BERHIAS DAN BERBUSANA
BERLEBIHAN

Di riwayatkan dari Aisyah RA, katanya ketika Rasulullah SAW se-ang duduk beristirahat di masjid, tiba tiba ada seorang perempuan golongan muzainah terlihat memamerkan dandanannya di masjid sambil menyeret-yeret busana panjangnya Rasulullah SAW bersab-da:”Hai sekalian manusia, laranglah istri istrimu (termasuk anak anak remaja perempuan yang mereka miliki) mengenakan dandanan seraya berjalan angkuh di dalam masjid. Sesungguhnya Bani Israil tidak akan dilaknati sehingga kaum perempuan mereka dandanan menyolok (berlebihan)dan berjalan di dalam masjid. (Di riwayatkan Ibnu majah)
Rasulullah SAW bersabda : ”mana saja seorang perempuan yang mengenakan wewangian, kemudian keluar rumah lalu melewati orang banyak dengan maksud agar mereka mencium bau harumnya, maka perempuan itu termasuk golongan perempuan yang berzian dan setiap mata yang memandang itu melakukan zina (diriwayatkan Ahmad Annasai dan Al Hakim dari Ibnu abu Musa Al Asy’ari)
Rasulullah SAW bersabda :”Aku melihat di sorga, ternyata se-bagian besar isinya (yakni penghuninya ) adalah golongan orang fakir. Dan aku melihat neraka ternyata sebagian besar penghuninya kulihat dari golongan orang perempuan”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Mu-slim, Turmudzi, dari Anas dan diriwayat oleh bukhori dan Turmudzi dari Imran bin Hashin)
Yang demikian itu di sebabkan karena, mereka sedikit sekali me-naati Allah, mentaati Rasul-NYA dan mentaati suaminya. Sebaliknya mereka lebih suka memamerkan dandannannya (tabaruj).
Dalam pengertiannya yang di sebut “tabaruj” adalah seorang pe-rempuan apabila bermaksud keluar rumah mengenakan pakaian yang lebih bagus dan berdandan mencolok yang tidak biasanya seperti itu. Ia keluar itu dapat mengganggu kaum lelaki, Kalaupun ia bisa me-nyelamatkan diri, tetapi kaum lelaki tidak akan selamat dari sikapnya. Karena itu Nabi Muhammad SAW menngingatkan bahwa, orang perempuan itu segala aurat.
Rasulullah SAW bersabda :”Orang perempuan itu segala aurat. Apabila keluar rumah maka syetan memperhatikannya terus untuk me-nyesatkannya. Dan yang lebih mendekatkan seorang perempuan kepada Allah adalah jika berada di rumahnya”.
Dalam Riwayat lain di jelaskan:”Orang perempuan itu segala aurat, maka pingitlah mereka, Karena manakala seorang perempuan keluar jalan, dan keluarganya berkata:”hendak kemana kamu.. ?”. Ia menjawab: ”aku hendak membesuk orang sakit, atau aku hendak mengiringi jenazah, maka tidak henti hentinya syetan menggodanya hingga ia mengeluarkan lengannya (yakni ia mengeluarkan sebagian tubuhya). Tidak ada perempuan yang berusaha memperoleh keridhoan Allah seperti kalau dirinya tinggal di rumah, menyembah Tuhannya dan meaati suaminya’.
Hatim Al Asham mengatakan, Wanita sholehah itu menjadi tiangnya agama dan sebagai pemakmur (yang meramaikan) rumah serta membantu suami melaksanakan ketaatan pada Allah. Sebaliknya perempuan yang suka melanggar hukum, dapat menghancurkan hati suaminya dengan tertawa.
Abdullah bin ‘umar Ra mengatakan:”Tanda tanda perempuan yang shalihah adalah, jika mempunyai kecintaan takut pada Allah dan bersikap qona’ah (menerima apa adanya) terhadap apa yang diberikan Allah. Ia di hiasi sifat pemurah terhadap perkara yang di miliki, iba-dahnya baik, berbakti pada suami dan gemar mempersiapkan diri beramal shalih untuk persiapan mati.

BAB 19
( 9 )
DOSA BESAR BAGI ISTERI

Termasuk dosa besar bagi seorang isteri adalah bila mana keluar rumah tanpa seizin suaminya. Kendati tujuannya untuk takziyah kepada orang tuanya yang mati. Tersebut dalam ihya ‘ulumuddin Imam Al Gho-zali di katakan bahwa ada seorang lelaki (suami)hendak bepergian. Sebelum berangkat ia meminta istrinya agar tidak turun dari tempatnya yang berada di bagian bangunan tingkat atas. Semen-tara orang tuanya berada di tingkat bawah. Orang tuanya sakit. Perempuan itu mengutus seorang pembantunya menghadap Rasulullah SAW untuk minta izin turun sebentar untuk membesuk orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda :”Taatilah suamimu. Jangan kau turun. . ”Tidak begitu lama, orang tuanya mati. IA mengirim utusan meng-hadap Rasulullah SAW untuk memohonkan izin, agar dirinya dapat menyaksikan jenazah orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda :”Taatilah suamimu”. Maka orang tua-nyapun di kuburkan. tidak begitu lama Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk memberi tahu pada perempuan itu bahwa Allah telah mengampuni dosa dosa orang tuanya disebabkan ketaatan perempuan itu pada suaminya.
FAIDAH Ada seorang Ibu memberi nasehat pada putrinya, Ia berkata peliharalah sepuluh tingkah ini, niscaya kamu akan menjadi simpanan, Yaitu:
Pertama dan kedua: Mudah menerima keadaan(qona’ah), berbakti dan mentaati suami.
Ketiga dan keempat, hendaknya kamu menjadikan dirimu seba-gai perempuan yang selalu didambakan dan dirindukan lantaran ta-tapan mata dan ciumannya. Artinya hendaknya kamu jangan sampai dilihat suamimu sebagai perempuan yang dibenci (atau perempuan yang buruk). Hendaknya suamimu tidak pernah berkasih mesra de-ngan dirimu kecuali dalam keadaan selalu harum melekat dalam dirimu.
Kelima dan keenamnya hendaknya kamu selalu menjadi perha-tian sewaktu suamimu makan dan tidur. Sebab rasa lapar itu mudah menimbulkan pemberontakan nafsu dan sulit tidur, bahkan mem-permudah tumbuhnya kemarahan.
Ketujuh dan kedelapannya hendaknya kamu pandai pandai me-melihara harta dan rahasia keluarga suami yang dapat memper-malukan dirinya.
Kesembilan dan kesepuluhnya : Hendaknya kamu jangan menen-tang perintahnya, dan jangan suka menyebarkan rahasia suami. Karena kalau kamu menentang perintahnya akan sangat mudah menimbulkan/-meledakkan kemarahannya. Kalau kamu menyebar luaskan rahasianya berarti kamu tidak dapat dipercaya jika dia sedang tidak ada dirumah.
Ingatlah baik baik ingatlah. Sekali sekali kamu jangan menun-jukkan kegembiraan di hadapannya, selagi suamimu sedang bersedih. Sebaliknya jangan berwajah cemberut selagi suamimu berwajah ber-binar binar lagi gembira.
Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya seorang istri yang keluar rumah sedangkan suaminya tidak menyukainya maka seluruh malaikat melaknatinya, demikian pula semua barang yang di lewatinya, selain jin dan manusia. Sehingga dirinya kembali dan bertaubat.

( 10 )
PAHALA BAGI PEREMPUAN YANG HAMIL
Tersebut dalam riwayat bahwa NAbi Muhammad SAW bersabda : ”Apakah salah seorang di antara kamu senang, hai kaum isteri, kalau kamu sedang mengandung dari hasil hubungan dengan suaminya, sementara suaminya merasa senang. Sesungguhnya perempuaan yang sedang hamil memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang sedang berpuasa sambil perang di jalan Allah. Apabila mencapai puncak sakit mendekati melahirkan semua penduduk langit tidak ada yang tahu perkara apa yang disamarkan baginya, berupa ketenangan bathinnya. Apabila telah melahirkan, maka tidak ada tetesan air susu yang keluar dari susu ibunya dan tidaklah si bayi menghisap air susu ibunya ke-cuali pada setiap tetesan dan isapan di catat sebagai satu kebaikkan. Jika di waktu malamnya ia terjaga maka ia memperoleh pahala, bagaikan pahala memerdekakan tujuh puluh budak yag dimerdekakan di jalan Allah secara ikhlas, (diriwayatkan Hasa bin sufyan dan Tabrani, ibnu Asakir dari salamah)
Rasulullah bersabda : ”Innarrajuula idzaa nadzara ilaam ra-atihii wanadzarat ilaihi nadzarallaahu ilaihimaa nadzara rahmatin faidzaa akhadza bikaffihaa tasaa qathat dzunuubuhumaa min khilaalin ashaabi ’ihimaa”
“Sesungguhnya seorang suami apabila memperhatikan isterinya dan isterinya balas memerhatikan suaminya, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas remas) maka berguguranlah dosa dosa suami istri itu dari sela-sela jari jemarinya. (diriwayatkan maisarah bin Ali dari Ar rafi’i dari sa’id Al Khudzi Ra)
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa : ”Innarrajula layujamu’u ahlahu fayuktabu lahu bijima’ihi ajru waladi dzakarin qaatala fii sabilillaahi faqutilu”.
“Sesungguhnya seorang suami yang menggauli istrinya, maka per-gaulannya itu dicatat memperoleh pahala seperti pahalanya anak lelaki yang berperang di jalan Allah lalu terbunuh (Al hadith)
Ketahuilah bahwa, ada beberapa faktor yang dapat membentuk seseorang anak dekat dengan Allah Antara lain:
1. Sejalan dengan yang di cintai Allah, bahwa putera yang dihasilkan itu dimaksud untuk menyambung generasi manusia.
2. Mencari kecintaan dari Rasulullah SAW, maksudnya untuk mem-perbanyak (memperbesar) jumlah umatnya Nabi Muhammad SAW yang mana besar jumlah umat itu menyebabkan kebanggaan beliau.
3. Mengharap kelak memperoleh do’a anak yang sholeh setelah kema-tiannya.
4. Mencari syafa’at dengan kematian anak yang masih berusia anak anak, sebelum kematian dirinya sendiri (orang tua).
BAB 20
PASAL 4
( 11 )
HARAM KAUM LELAKI MEMANDANG
WANITA YANG BUKAN MUHRIMNYA

Dalam fasal ini dijelaskan tentang diharamkannya kaum lelaki me-mandang kaum wanita yang bukan muhrimnya. Begitu pula sebaliknya, yakni keharaman kaum wanita memperhatikan kaum lelakiyang bukan muhrimnya.
Tersebut dalam firman Allah dalam surat Al ahzab, : “Wa idzaa sa-altumuu hunna mataa’an fas aluu hunna miwwaraa I hijaabin dzaalikum ath haru liquluubikum waquluu bihinna”
“Apa bila kamu meminta sesuatu kepada mereka maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan bagi hati mereka”.
Dalam surat An Nuur ayat 30 di jelaskan: “Qul lilmu miniina yaghudhshuu min abshaarihim wayahfadzuu furuujahum dzaalikaadzkaa lahum innallaaha khairumbimaa yashna’uuna”
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman :”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka”; Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.
Rasulullah SAW bersabda: ”Pandangan mata itu merupakan panah beracun dari panah Iblis. Barang siapa meninggalkannya karena takut Allah SWT, maka Allah memberinya keimanan yang mana ia akan mem-peroleh kemanisannya didalam hati”.
Nabi Isa as bersabda:”Iyyaakum wannadzara fa innahaa tuzri ‘u filqplbi syahwatan wakafaa bihaa fitnatan”
“Takutlah kamu. peliharalah dirimu dari memperhatikan. Karena sesung-guhnya memperhatikan itu menumbuhkan syahwat di dalam hati. Dan cukuplah syahwat itu menjadi fitnah”.
Sa’ad bin jubair mengatakan hanyalah fitnah yang menimpa Nabi Daud As adalah disebabkan pandangan beliau. Nabi Daud bersabda kepada putera beliau Nabi Sulaiman As, lebih baik berjalanlah di belakang macan dan Harimau, janganlah berjalan di belakang perempuan.
Mujahid mengatakan, apabila seorang perempuan mengahadap ke muka maka Iblis duduk di bagian kepalanya. Lalu Iblismemperindah diri perem-puan itu yang di peruntukkan bagi orang yang memperhatikannya. Kalau seorang perempuen berbalik menghadap kebelakang maka Iblis duduk di pantatnya. Lalu Iblis memperindah perempuan itu yang diperuntukkan bagi orang yang memperhatikannya.
Seorang bertanya kepada Nabi Isa As, Apa permulaan yang menye-babkan orang berzina?. Beliau bersabda :Yaitu akibat memperhatikan pe-rempuan dan memperhatikan dirinya.
Al Fudhail mengatakan, Iblis berkata bahwa pandangan yang di lepaskan pada suatu perkara yang tidak halal itu adalah merupakan panahku yang sudah tua dan busurku yang tak pernah luput jika aku pergunakan.
Tersebut dalam sya’ir:
Segala sesuatu yang baru terjadi
Permulaannya dari pandangan
Nyala api yang besar
Permulaannya dari pelatuk yang kecil
Orang yang mempermainkan mata
Sangat di khawatirkan akibatnya
Berapa banyak pandangan
Yang masuk dan bekerja dalam hati
Bagaikan anak panah yang dilepas busur dan tali
Orang yang memperhatikan
Perkara yang membahayakan
Akan menyenangakan orang yang mempunyai kekhawatiran
Tetapi kalau akhirnya mencelakakan
Itu tidak membahayakan
Ummu salamah Ra mengatakan bahwa Ibnu Ummi maktum memin-ta izin kepada Rasulullah SAW. Saat itu aku dam maimunah Ra duduk bersama, maka Rasulullah bersabda: ”Bertakbirlah kalian “. Kami menim-pali: ”Bukankah dia orang buta yang tidak dapat memandang kami?”. Ra-sulullah bersabda:”Apa kalian tidak dapat melihatnya juga ?”.
Rasulullah SAW mengingatkan : ”La’anallaahunnaadzira walman-dzuura ilaihi” “Allah melaknat orang yang dipandang dan orang yang dipandangi (membalas pandangan).
Bagi perempuan yang beriman pada Allah, tidak dibenarkan mem-perlihatkan diri pada setiap orang asing, karena yang tidak terikat oleh pernikahan atau muhrim karena nasab atau sesusuan. Demikian pula orang lelaki tidak dibenarkan memperhatikan kaum wanita, sebaliknya kaum wanita balas memperhatikan pandangannya.
Sebagaimana kaum lelaki menundukkan pandangannya kepada ka-um wanita, maka menjadi kewajiban pula kaum wanita menundukkan pandangan mata terhadap kaum lelaki. Pendapat itu sebagaimana di te-kankan oleh Ibnu Hajar dalam kitab AZ ZAWAJIR.
Tidak pula diperbolehkan lelaki bermusafahah(bersalaman) dengan perempuan yang bukan muhrim. Larangan ini berlaku juga pada perbuatan saling memberikan. Sebab itu perkara yang di haramkan memandangnya diharamkan pula memegangnya. Mengingat dengan cara memegangnya itu ia dapat merasakan kelezatan. Hal ini didasarkan pada dalil bahwa, kalau orang berpuasa lalu berpegangan dengan lawan jenisnya yang me-nyebabkan inzal (keluar mani), maka puasanya batal. Tetapi kalau keluar-nya mani disebabkan oleh pandangan, puasanya tidak batal. Demikian menurut penjelasan kitab An Nihayah.
Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam kitab Al Kabir dari mu’qal bin Yasar bahwa, salah seorang di antaramu yang di lukai kepalanya oleh jarum, itu lebih baik dari pada memegang perempuan yang tidak dihalal-kan untuknya.
Rasulullah SAW memperingatkan : ”Iitaquu fitnataddun-yaa waditna-tannisaa fa inna awwala fitnati bani Isra-Iila kaatat minqiba linnisaa. ”
“Takutlah kalian terhadap fitnah dunia dan fitnah kaum wanita. Sebab permulaan fitnah yang menimpa bani isra-il itu adalah kaum wanita”.
Rasulullah SAW bersabda: ”Wamaa taraktu ba’dii fitnatan adharru ‘alarrijaali minannisaa”. (al hadith)
“Dan setelah masaku tidak ada fitnah yang lebih membahayakan terhadap kaum lelaki ketimbang fitnah akibat perempuan”.

BAB 21
( 12 )
LARANGAN BERDUAAN
DI TEMPAT YANG SUNYI

Tersebut dalam riwayat bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Takut-lah kamu dari menyepi (berduaan) dengan perempuan. Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaanNYA, tidaklah orang lelaki yang menyepi ber sama dengan orang perempuan (yakni berpacaran), kecuali syethan menyusup di antara mereka berdua. Sungguh seorang yang berdesak desakkan dengan babi yang berlepotan lumpur itu jauh lebih baik dari pada berdesak desakkan (bersenggolan) dengan pundak perempuan yang tidak halal baginya”.
Rasulullah SAW bersabda:”Orang perempuan itu merupakan jerat-jeratnya syethan (yakni perangkapnya), dan kalaulah bukan karena syahwat, tentu kaum wanita tidak akan menguasai (menundukkan) kaum lelaki”. (al hadith)
Ada pepatah mengatakan “Idzaa qaama dzakarur rajuli dzahaba tsuluutsa ‘aqlihi.”Apabila kelamin lelaki bangkit maka hilanglah sepertiga akalnya”.

( 13 )
KEWAJIBAN PEREMPUAN JIKA KELUAR
Kalaulah perempuan bermaksud keluar rumah, ia berkewajiban me-nutup seluruh tubuhnya tampa kecuali termasuk kedua tangannya dari perhatian orang banyak. Tidak hanya itu bahkan hendaknya ia menya-markan diri dari perhatian orang yang mungkin mengenalnya.
Jika seseorang kawan suaminya berkunjung, sementara suaminya tidak ada di rumah, hendaknya dia tidak perlu bertanya panjang lebar. Hal itu di maksud untuk memelihara diri dan suaminya. Demikian yang diungkapkan Imam Ghazali dan beberapa imam lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:”Sudah menjadi ketentuan bagi manusia bahwa bagian bagian dari tubuhnya melakukan zina, hal itupasti did lakukan. Kedua mata zinanya memandang, Kedua telinga zinanya men-dengar, lisan zinanya berbicara. Kedua tangan zinanya memaksa, kedua kaki zinanya berjalan, dan hati zinanya menyenangi dan mengharap harap. Semmua itu di benarkan oleh kelamin atau di dustakannya”. (riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah SAW bersabda : ”Perkara apakah yang lebih baik bagi kaum wanita?. Fathimah menjawab : ”Hendaknya ia tidak memandang kaum lelaki dan lelaki tidak memandanginya. Kemudian Rasulullah SAW merangkul Fathimah dna beliau bersabda:”Anak turun sebagian manusia dari sebagian yang lain hendaknya saling menolong. Rasulullah SAW, merasa terharu atas pendapat puterinya itu”.


( 14 )
PERILAKU KAUM WANITA
DEWASA INI

Ketahuilah bahwa sebagian besar wanita dewasa ini telah kena pe-nyakit suka memperlilhatkan dandanannya secara berlebihan kepada kaum lelaki. Mereka sedikit sekali mempunyai rasa malu. Kalau berjalan mereka suka membuat buat, dengan melenggak lenggokkan pinggulnya. Kenya-taaan itu sering mereka perlihatkan di muka golongan kaum lelaki, baik sewaktu di pasar atau bahkan ketika berjalan menuju masjid. Terutama di waktu siang atau malam hari di bawah cahaya lampu.
Ada yang mengatakan bahwa, apabila seorang perempuan perila-kunya menyimpan tiga perkara ini maka di namakan Qahbah(semacam biduan) yang sangat buruk. Pertama, kalau perempuan itu keluar rumah diwaktu siang hari dengan mengenakan dandanan yang berlebihan untuk di pamerkan kepada kaum lelaki secara umum. Kedua, perempuan yang mempunyai kebiasaan meperhatikan kaum lelaki lain. Ketiga, perempuan yang gemar memperdengarkan suaranya di telinga orang lain, sekalipun perempuan itu tergolong bisa menjaga kehormatannya. Karena dengan begitu dirinya mempersamakan dengan perempuan yang tidak baik.
Tentang mempersamakan (penyerupaan itu) Rasulullah SAW mem-peringatkan : ”Mantasabbaha biqaumin fahuwa minhu” “Barang siapa yang membuat penyerupaan dengan suatu kaum maka dia termasuk go-longan mereka”.
Orang yang menyerupakan dirinya sebagai golongan orang shalih (mak-sudnya bergaul dengan mereka), niscaya akan ikut di hormati, sebagai-mana orang yang shalih itu menerima penghormatan. Sebaliknya orang yang bergaul dengan orang orang yang fasik, niscaya akan menjadi sasa-ran cercaan. Yang berarti tidak akan dihormati oleh orang lain.
Perempuan hendaknya membersihkan diri dan memperhias pera-ngainya dengan sikap pemalu. Jangan sampai seorang perempuan berpe-rangai yang menyebabkan dirinya memperoleh predikat “Quhbah”.
Maka alangkah baiknya bagi perempuan yang mempunyairasa takut keada Allah dan rasul-NYA, serta bagi orang orang yang mempunyai budi pekerti yang tinggi, supaya mencegah isterinya (atau anak perempuan-nya) keluar rumah dengan dandanan yang mencolok. larangan keluar rumah itu memang tidak mutlak tanpa ada pengecualian dalam suatu waktu. Setidaknya Rasulullah SAW memberi kelonggaran kepada kaum wanita pada hari raya. Di hari raya itu, kaum wanita yang dapat menjaga kehormatannya di beri izin keluar rumah, setelah mendapat keridhoan suaminya. Tetapi berdiam diri tinggal di rumah itu lebih menyelamatkan diri dari godaan.
Hendaknya seorang perempuan jangan kemana-mana. Jangan keluar rumah kecuali ada keperluan yang mendesak. Kalau keluar rumah hen-daknya menundukkan pandangannya dari kaum lelaki. Memang kami ti-dak mengatakan bahwa wajah lelaki menurut haknya adalah aurat, seba-gaimana wajah perempuan menurut haknya. Tetapi wajah anak lelaki itu seperti wajah anak lelaki yang tampan. Orang di haramkan memper-hatikan wajah anak lelaki yang tampan, jika dikhawatirkan timbulnya fitnah. Hanya itu. Kalau tidak mengkhawatirkan terjadinya fitnah tidak di haramkan. Sebab, sejak semula tidak ada perintah kepada kaum lelaki untuk menutup wajah. Sebagaimana perintah yang di tekankan kepada kaum wanita supaya menutup wajahnya. Sekiranya wajah kaum lelaki itu termasuk auratnya dalam pandangan kaum perempuan niscaya mereka di perintah untuk menutup wajahnya, atau bahkan dilarang keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak.
Bagi kaum lelaki yang mempunyai tangggung jawab dalam rumah-tangganya, berkewajiban untuk menjaga orang orang perempuan yang berada di bawah kekuasaanya. Terutama dizaman sekarang. Jangan sam-pai memberi kelonggaran kepada mereka yang memungkinkan mereka melakukan pelanggaran. Hendaknya mereka tidak diberi izin keluar ru-mah, kecuali dimalam hari beserta muhrimnya, atau dengan perempuan lainnya yang dapat di percaya. Pembantu saja belum cukup di percaya, jika tidak disertai perempuan yang lain yang lebih dapat dipercaya. Sebab kelurusan amanat yang di berikan kepada pembantu sangat jarang dilak-sanakan.
Dalam sejarah, dimasa jahilliyah ada seeorang perempuan anak Tai-milah bin tsa’labah bekerja sebagai penjual samin. Suatu ketika Khawat bin Jubair Al Anshari datang untuk membeli minyak samin. lalu mereka terlibat tawar menawar. Perempuan itu membuka tali penutup wadah yang penuh berisi samin.
Khawwat berkata:”Pegangi wadah ini, aku hendak melihat lihat wajah yang lain”. Lalu Khawaat membuka wadah yang lain. Setelah dilihat, Ia berkata :”Pegagi Wadah ini”.
Ketika perempuan itu sedang terlena dengan wadah wadah samin yang di peganginya. tanpa terduga Khawat menubruk dirinya lalu berbuat yang tidak senonoh hingga terlampiaskan keinginannya. Setelah melakukan perbuatan itu Khawwat lari dan masuk Islam. Ia ikut perang badar.
Suatu hari Rasulullah SAW berkata kepadanya :”Hai khawwat, bagaimana ceritanya ketika membeli samin”, Rasulullah SAW tersenyum.
Khawwat menjawab:”Wahai Rasulullah benar benar Allah telah melim-pahkan rezki pada saya, Rizki yang baik. Sekarang aku berlindung kepada Allah dari kekurangan setelah mengalami penambahan”.

BAB 22
HIKAYAT

Ada sebuah keluarga yang sangat terpandang. Suatu hari keluarga itu membeli seorang pembantu (budak) yang berkebangsaan hindi (Hindia). Keluarga itu terus merawatnya dan akhirnya di ambil sebagai anak.
Setelah dewasa, ia jatuh cinta pada tuan puterinya, yang ketika itu telah menjadi ibu angkatnya sendiri. Ia terus menerus menggoda ibu angkatnya, dan ibunyapun melayani. Hingga suatu hari terjadilah hubungan layaknya hubungan suami istri.
Ketika pembantu itu sedang asyik di atas dada ibu angkatnya, Tiba tiba ayah angkatnya datang. Ia marah. Ia segera mengambil pisau, lalu di po-tongnya kelamin anak angkatnya itu. Namun pada akhirnya Ia menyesal. Ia membawanya ketabib untukdi obati.
Setelah sembuh si anak angkat itu tidak di usir. Ia tetap diberi kesempatan tinggal di rumah orang tuanya yang telah menjadi orang tua angkatnya, tetapi secara diam diam ia ( anak angkat ) itu mendendam, Ia menunggu datangnya kesempatan untuk melakukan pembalasan.
Keluarga yang sangat terpandang itu sebenarnya mempunyai dua anak yang sangat tampan. Salah satunya masih berusia anak-anak sedang yang lainnya mendekati remaja. Suatu hari kedua anak itu hilang dibawa pembantunya yang telah di angkat menjadi anaknya. Tanpa diketahui keduanya dibawa naik ke atas loteng. Disana keduanya diajak bermain-main, diperlakukan secara baik hingga tak ada kesan di sandera.
Hingga manakala orang tuanya telah kebingungan mencari, tanpa sengaja ia mendongak keloteng. Disana anak-anak disandera anak hindi tadi. Ia berteriak “Celaka benar Kau. Apakah engkau menghendaki kematian kedua anakku?”
Bekas pembantunya menjawab:”Ya benar, Kedua anakmu mesti akan mati kalau Kau tidak menuruti perintahku”. ”Apa kemauanmu?”, ta-nya orang yang terpandang itu. ”Aku menghendaki supaya kamu memo-tong kelaminmu sendiri”. Demi mendengar permintaan itu, Ia terperanjat bukan kepalang, katanya, ”Takutlah kepada Allah, takutlah kamu. Bu-kankah dirimu telah kupelihara. Hentikan perbuatan jahatmu itu”. Ia terus mengulang -ulang permintaanya. Namun anak hindi itu tidak ambil peduli.
Ketika tuannya akan naik keatas loteng, sianak Hindi itu menyeret kedua anaknya dibawa kepinggir loteng. Lelaki yang malang itu berteriak, ”Celaka benar kamu !Tunggu sebentar. tentu aku akan menuruti tun-tutanmu”. Ia pergi sebentar lalu datang dengan membawa pisau. tanpa di minta lagi kelaminnya di potongnya sendiri di depan mata si anak Hindi. setelah puas menyaksikan dendamnya, si anak Hindi itupun mencam-pakkan kedua anak bekas majikannya itu hingga tewas seketika. Apa katanya. ”Tuntutan memotong kelamin sendiri itu adalah sebagai pemba-lasan atas perbuatanmu tempo hari memotong kelaminku. Dan kematian kedua anakmu itu sebagai tambahan atas kerugianku”.
Memperhatikan kisah tersebut, dapat di ambil pelajaran bahwa, bilamana pembantu telah memasuki usia baligh hendaknya dilarang masuk kamar majikannya. Sebab pada umumnya godaan mulai terjadi setelah memasuki usia itu. Disamping menjaga keturunan itu termasuk perkara terpenting.
( 15 )
KECEMBURUAN

Rasulullah SAW bersabda : ”Innii laghaayuurun wamaa minimri-in laa yaghaaruillaa mankuusul qalbi”
Sesungguhnya aku ini pecemburu. setiap orang yang tidak mempunyai rasa pecemburu, maka tidak lain kecuali orang itu berhati terbalik” (Al hadith)
Rasulullah SAW bersabda:”Sesungguhnya Allah SWT itu pecem-buru, dan orang mukmin itu hendaknya pecemburu. Kecemburuan Allah adalah jika ada orang mukmin yang melakukan prbuatan yang diharamkan oleh Allah. (Diriwayatkan oleh Ahmad, bukhari, muslim dan turmudzi dari abu hurairah)
Imam Ali Ra mengatakan, ”Apakah kalian tidak malu. Apa kalian tidak cemburu membiarkan perempuan-perempuan (istri-istri)mu keluar ketengah tengah kaum lelaki. Ia melihatnya dan mereka memperhatikan dirinya”.
Sebaliknya cemburu yang berlebihan juga tidak baik. Imam Ali Ra mengatakan hal itu, ”Janganlah kamu berlebihan mencemburu. Sebab dengan kecemburuan yang berlebihan itu sama artinya menuduh istrimu berbuat buruk”.
Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya di antara kecemburuan ada yang di cintai Allah dan ada pula kecemburuan yang di benci Allah. Di antara sikap berbangga diri ada yang di sukai Allah dan ada pula sikap berbangga diri yang di murkai Allah. Adapun kecemburuan yang di sukai Allah adalah kecemburuan (Dalam hal keragu-raguan). Kecemburuan yang di benci Allah adalah kecemburuan di luar hal itu. Adapun sikap berbangga diri yang di sukai Allah adalah keberbanggaan seseorang ketika maju kemedan pertempuran di saat terjadinya bencana. Sikap keber-banggaan yang dibenci Allah adalah dalam hal kebatilan”.
Di Era globalisasi dewasa ini, kalau ada perempuan keluar rumah maka hampir di pastikan menjadi sasaran godaan kaum lelaki. Mungkin dengan cara mengedipkan matanya atau disentuh. Ada pula yang sekedar di pegang dan ada pula yang disindir dengan kata kata yang jorok yang tidak mengenakan telinganya.
Yang terakhir itu tentu saja khusus bagi orang baik-baik dan orang sholehah serta selalu menjaga kehormatannya. Ibnu Hajar mengatakan, jika seorang perempuan (istri)bermaksud hendak keluar untuk menjenguk orang tua, misalnya, sebenarnya tidak dilarang. Tetapi terlebih dulu harus memperoleh izin dari suaminya. yang perlu diperhatikan pula, hendaknya ketika keluar jangan memamerkan perhiasan dan dandanannya. Sebaiknya bahkan dirinya dianjurkan agar berdandan sebagaimana seorang pelayan yang kotor tubuhnya.
Pakaian yang dikenakannya tidak perlu bagus, melainkan pakaian yang sederhana. Pandangan hendaknya dijaga, di tundukkan sepanjang jalan. Tidak perlu tengok kanan dan kiri. Kalau tidak begitu justru akan membuka kesempatan untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah, Rasul-NYA dan kemaksiatan kepada suaminya.

BAB 23
KISAH

Dikisahkan ada seorang perempuan yang gemar memamerkan dan-danannya di depan kaum lelaki. Ia mati. Hingga suatu malam di antara saudaranya ada yang bermimpi melihat dirinya di hadirkan kehadapan Allah dengan mengenakan busana yang sangat tipis. Saat itu angin bertiup menerpa busananya, tersingkaplah busananya. Allah berpaling tidak sudi memperhatikannya. Allah berfirman:”Seret dia ke NERAKA … … …!!! Sesungguhnya perempuan itu termasuk orang yang suka memamerkan dandanannya sewaktu di dunia.
Ketika suami rabi’ah Adawiyah mati, beberapa waktu kemudian Hasan Al Basri dan kawan kawannya datang menghadap Rabi’ah. Mereka meminta izin di perkenankan masuk, mereka di perkenankan masuk. Rabi’ah segera mengenakan cadarnya, dan mengambil tempat duduk di balik tabir.
Hasan AlBasri mewakili kawan kawannya mengutarakan maksud kedatangannya. Ia berkata : ”Suamimu telah tiada, sekarang Kau sendi-rian. Kalau kamu menghendaki silahkan memilih salah seorang dari kami. Mereka ini orang-orang yang ahli zuhud”.
Jawab Rabi’ah Adawiyah:”ya, aku suka saja mendapat kemuliyaan ini. Namun aku hendak menguji kalian, siapa yang paling ‘alim(pandai) diantara kalian itulah yang menjadi suamiku”.
Hasan Al Basri dan kawan kawannya menyanggupi. Kemudian Rabi’ah Adawiyah bertanya: ”Jawablah empat pertanyaanku ini kalau bisa aku siap di peristri oleh kamu”.
Hasan Al Basri berkata :”Silahkan bertanya, kalau Allah memberi per-tolongan aku mampu menjawab tentu aku jawab”.
“Bagaimana pendapatmu kalau aku mati kelak, kematianku dalam muslim (husnul khatimah) atau dalam keadaan kafir(suul khatimah)”. kata Rabi’ah bertanya.
Jawab Hasan Al basri : ”Yang kau tanyakan itu hal yang ghaib, mana aku tahu. . ”.
“Bagaimana pendapatmu, kalau nanti aku sudah di masukkan kedalam kubur dan mungkar-nakir bertanya kepadaku, apakah aku sanggup menjawab atau tidak. . ”
“Itu persoalan ghaib lagi”. Jawab Hasan Al Basri.
“Kalau seluruh manusia di giring di MAUQIF (padang mahsyar) pada hari kiamat kelak, dan buku buku catatan amal yang dilakukan oleh malaikat HAFAZHAH beterbangan dari tempat penyimpanannya di bawah ‘arsy. Kemudian buku buku catatan itu di berikan kepada pemiliknya. Sebagian ada yang melalui tangan kanan saat menerima dan sebagian lagi ada yang lewat tangan kiri dalam menerimanya. Apakah aku termasuk orang yang menerimanya dengan tangan kanan atau tangan kiri. . ?, tanya Rabi’ah.
“Lagi lagi yang kau tanyakan hal yang ghaib”, jawab Hasan Al Basri.
Tanya Rabi’ah sekali lagi:”Manakala pada hari kiamat terdengar pengumuman bahwa, sebagian manusia masuk surga dan sebagian yang lain masuk neraka, apakah aku termasuk ahli syurga atau ahli neraka. . ?”.
“Pertanyaanmu yang ini juga termasuk persoalan yang ghaib”, jawab Hasan Al basri.
Rabi’ah berkata :”Bagaimana orang yang mempunyai perhatian kuat terhadap empat persoalan itu masih sempat mamikirkan nikah.?”.
Coba perhatikanlah kisah dialog tersebut. Betapa besar perasaan takut Rabi’ah Adawiyah terhadap persoalan itu. Kendati ia seorang sholehah. namun masih diikuti perasaan takut yang luar biasa jika akhir hayatnya tidak baik.
Diceritakan bahwa, Rabi’ah Adawiyah itu mempunyai tingkah laku yang berubah ubah. Suatu ketika perasaan cintanya kepada Allah begitu berat, hingga ia tidak sempat lagi berbuat apa-apa. Diwaktu lain ia kelihatan tenang nampak seperti tidak ada masalah, dan lain waktu ia kelihatan sangat takut dan cemas.
Suaminya menceritakan, suatu hari aku duduk sambil menikmati makanan. Sementara ia duduk di sampingku dalam keadaan termenung lantaran di hantui peristiwa kiamat.
Aku berkata :”Biarkan aku sendirian menikmati makanan ini”.
Ia menjawab aku dan dirimu itu bukanlah termasuk orang yang dibuat susah dalam menyantap makanan, lantaran mengingat akherat”. Lebih lanjut Ia berkata:”Demi Allah, sesungguhnya bukanlah aku mencintaimu seperti kecintaannya orang yang bersuami
istri pada umumnya. hanyalah kecintaanku padamu sebagaimana kecin-taan orang yang bersahabat”.
Kalau Rabi’ah Adawiyah memasak makanan, Ia berkata: ”Majikanku, makanlah masakan itu. Karena tidak patut bagi badanku kecuali membaca tasbih saja”. (yang di maksud majikan adalah suami dari Rabi’ah Adawiyah sendiri).
Hingga suatu hari Rabi’ah berkata pada suaminya:”Tinggalkan diriku, silahkan kamu menikah lagi”. Hal itu dikatakan ketika suaminya masih hidup. Maka Aku (suaminya)pun menikah lagi dengan tiga orang perem-puan. Saat itu Rabi’ah masih setia melayani keperluan suaminya, termasuk memasakkan makanan. Suatu hari Rabi’ah Adawiyah memasakkan daging untuk suaminya, Ia berkata:”Tinggalkanlah diriku dengan membawa ke-kuatan yang baru menujuistri-istrimu yang lain”.
Dikisahkan bahwa Rabi’ah Adawiyah juga mempunyai sahabat- sahabat yang lain dari bangsa jin, yang sanggup mendatangkan apa saja yang di kehendakinya. Wali perempuan ini dalam kehidupannya dikenal pula mempunyai berbagai kekeramatan hingga wafatnya. Di antara kekeramatannya adalah bahwa pada suatu malam ada pencuri masuk menjarahi isi rumahnya. Ia sendiri masih terlelap tidur. Ketika pencuri itu hendak keluar dengan menjinjing barang-barang yang telah di kemasi, mendadak pintu rumahnya hilang semua. Pencuri itu lalu duduk disamping pintu yang di pandang semula belum lenyap. Tiba tiba saat itu terdengar suara halus menyapanya:”Letaakkan barang -barang yanga kau kemasi. Keluarlah dari pintu ini”.
Ia pun segera meletakkan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu itu kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar lagi barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi seketika ia letakkan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi. Ia mengambil kembali barang haasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan begitu seterusnya.
Tiba-tiba terdengar lagi suara lembut menyapa :”Kalau Rabi’ah adawiyah tertidur, Tetapi Allah tidak tertidur dan tidak pula terserang rasa kantuk”, maka ia pun sadar. barang barang yang di kemasinya pun Ia tinggalkan, lalu ia pun keluar melalui pintu tadi.

BAB 24
( 16 )
TANDA-TANDA ISTRI YANG SHALEHAH

Diantara tanda-tanda istri yang shalehah adalah, bilamana ia melaku-kan kesalahan terhadap suaminya, ia menyesal sekali dan segera meminta maaf dan memohon keridhoannya. Kesalahan itu ia sesali dan ia tangisi sepanjang hari, karena takut mendapat siksa dari Allah.
Tanda-tanda yang lain adalah misalnya, ia melihat suaminya sedang diliputi perasaan duka dan sedih, Maka ia menghibur, ”Kalau yang kamu sedihkan berhubungan dengan urusan akherat, sesungguhnya hal itu sa-ngat menguntungkan bagimu, tetapi jika yang kau sedihkan berhubungan dengan urusan dunia, sama sekali aku tidak membebanimu dengan per-kara yang berat.

K I S A H

Dikisahkan bahwa Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah, Seorang istri Ahmad bin Abu Al huwari, suatu hari memasak makanan yang enak. Masakan itu di beri campuran aroma yang harum. Suami Rabi’ah juga mempunyai istri yang lain. Setelah masak dan menyantap makanan itu, Rabi’ah berkata pada suaminya:”pergilah kamu keistri yang lain dengan tenaga yang baru”.
Rabi’ah yang satu ini memang mirip dengan rabi’ah Adawiyah yang berdomisili di bashrah. Rabi’ah Asy Syamsiah ini setelah menunaikan sha-lat ‘isya ia berdandan lengkap dengan busananya. Setelah itu baru mende-kati tempat tidur suaminya. Ia tawarkan pada suaminya, ”Apakah malam ini kamu membutuhkan kehadiranku atau tidak”. Jika suaminya sedang berhasrat untuk menggaulinya, maka ia melayaninya hingga puas. kalau malam itu suaminya sedang tidak berminat menggaulinya, maka ia menu-kar pakaian yang ia kenakan tadi dan berganti dengan pakaian lain yang di gunakan untuk beribadah. malam itu ia tenggelam di tempat shalatnya hingga subuh.
Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah bersuamikan Ahmad bin Abu huwar itu memang dikehendaki Rabi’ah sendiri. Ia pula yang pertama-tama melamar syeikh Ahmad supaya berkenan memperistri dirinya.
Ceritanya demikian, Rabi’ah binti Ismail itu semula mempunyai suami yang kaya. Setelah kematiannyaIa memperoleh harta waris yang sangat besar. Ia kesulitan menafkahkan harta itu, Mengingat ia seorang perem-puan yang terbata gerakannya. maka ia bermaksud melamar syeikh Ah-mad, dengan tujuan agar dapat menasarufkan (menghibahkan) hartanya demi kepentingan islam dan di berikan kepada orang orang yang membu-tuhkan. yang deemikian itu karena Rabi’ah binti Ismail memandang syeikh Ahmad sebagai orang yang dapat menjalankan amanat, sedang Rabi’ah sendiri seorang yang adil.
Ketika mendapat lamaran dari Rabi’ah syeikh Ahmad berkat :”Demi Allah, sesungguhnya aku tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin berkonsentrasi untuk beribadah”.
Rabi’ah menjawab :”Syeikh Ahmad, sesungguhnnya kosentrasiku dalam beribadah adalah lebih tinggi dari pada kamu. Aku sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi. tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain adalah agar dapat menasarufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada saudara-saudara yang muslim, Dan untuk kepentingan islam sen-diri. Akupun mengerti bahwa engkau itu orang yang shalih, tapi justru dengan begitu aku akan memperoleh keridhoan dari Allah SWT”.
Syeikh Ahmad berkata :”Baiklah, tapi aku minta waktu, Aku hen-dak meminta izin dari Guruku”. Lalu syeikh Ahmad mengahadap gurunya, yakni Syeikh Abu Sulaiman AD Darani. Sebab gurunya itu dulu pernah melarang dirinya untuk menikah lagi. Katanya:”Setiap orang yang meni-kah, sedikit atau banyak pasti akan terjadi perobahan atas dirinya”.
Tetappi setelah Abu Sulaiman mendapat penjelasan dari muridnya menge-nai rencana Rabi’ah, ia berkata:”kalau begitu Nikahilah Ia. Karena perem-puan itu seorang wali”.
Kisah kisah yang serupa seperti kisah Rabi’ah Adawiyah itu sesungguhnya cukup banyak. lazimnya terjadi pada masa lalu, tetapi untuk masa seka-rang, hampir tidak pernah di jumpai, adanya seorang wanita yang ber-tingkah baik seperti mereka.

K I S A H

Di kisahkan ada seorang pandai besi yang mempunyai keajaiban luar biasa. kalau ia memanggang besi didalam bara api tangannya tidak kepa-nasan sekalipun saat mengambilnya menggunakan tangannya secara telan-jang. Ketika itu ada seorang yang tergerak hatinya bermaksud menyak-sikan keajaiban itu. Apakah benar ataukah sekedar berita bohong. Hingga suatu hari orang tersebut datang kerumah si pandai besi. Ia bertanya ten-tang berita itu. Setelah melihat sendiri Ia memandangi dengan penuh ke-kaguman.
Setelah pandai besi itu menyelesaikan pekerjaannya, lelaki tadi memberi salam. pandai besi menjawab. Lalu kata lelaki tadi:”Malam ini aku menja-di tamumu, kamu tidak keberatan bukan?’
Sipandai besi menjawab:”Dengan suka hati aku menerima keha-diranmu”. Lelaki tadi diajak masuk kerumah. hingga setelah makan malam tiba ia disuguhi makan malam. Selesai makan hingga menjelang tidur lelaki itu tidak menjumpai suatu kelebihan di lakukan si pandai besi. Ibadah fardunya hanya seperti itu. Ia tidur malah hingga subuh. Dalam hati ia berkata: ”Barangkali malam ini ia sengaja merahasiakan ibadah-nya”. Lelaki tadi meminta izin agar di perbolehkan bermalam untuk yang kedua kalinya. Ia mencoba memperhatikan amaliyahnya. Ternyata tidak ada kelebihannya dalam menjalankan kewajiban dan kesunahan beribadah.
Akhirnya lelaki itu berkata : ”Sudah seringkali aku mendengar, be-tapa besar Allah memuliakan dirimu. Kebetulan aku sendiri juga menyak-sikan kekeramatanmu itu. Tetapi setelah aku perhatikan secara lahiriyah ternyata tidak ada kelebihan yang aku jumpai dalam ibadah fardu atau sunnahmu. Kalau begitu dari manakah tingkatan itu kamu peroleh?”.
Sipandai besi itu menjawab :”Saudaraku, sesungguhnya akukisah yang sangat menarik. ceritanya begini, Aku bertetangga dengan seorang perem-puan yang sangat cantik sekali. Aku cinta sekali padanya. Setiap saat aku menggoda dan merayunya supaya mau memenuhi keinginanku. Namun sejauh itu aku tidak dapat menundukkan dirinya. Rupanya Ia perempuan ahli wara’ yang sangat bagus segalanya.
Bulan demi bulan terus bergulir, hingga tibalah masa paceklik, ma-kanan sulit diperoleh. Kelaparan merata dimana-mana. Suatu hari ketika aku sedang menikmati udara dirumah, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Aku keluar utuk melihat siapa yang datang. ternyata pe-rempuan yang cantik itu yang datang. Ia berdiri didepan pintu, kata-nya:”Tuan aku ini sedang kelaparan, Apa ada makanan yang bisa tuan berikan kepadaku?”Jawabku:”Apa kau tidak merasa bahwa aku sangat mencintaimu?. Aku tidak akan memberi makanan kecuali kau bersedia menyerahkan dirimu padaku”.
Sesungguhnya aku takut menghadapi bahaya dalam kematian. Aku telah berjanji untuk tidak berma’syiat kepada Allah”. Lalu Ia kembali.
Dua hari kemudian Ia datang lagi. Ia meminta makanan seperti yang dikatakan tempo hari. Aku juga memberi jawaban seperti jawabanku yang kemarin. Saat itu tubuhnya kelihatan sangat kusut dan rusak. Ia masuk dan duduk didalam rumah. Aku menyodorkan makanan didepannya. Tiba-tiba airmata perempuan cantik itu terus mengalir deras seraya berkata: ”Apakah makanan ini Kau berikan semata hanya karena Allah?”
Aku menjawab:”Aku berikan makanan itu agar kau bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia bangkit dan meninggalkan makanan itu tanpa men-jamahnya sedikitpun. Ia terus melangkah keluar rumah menuju rumahnya sendiri, yang berada tak jauh dari rumahku.
Dua hari kemudian ia datang lagi. Ia mengetuk pintu sambil berdiri didepan pintu, Kulihat tubuhnya kian kurus kering. Suaranya terbata-bata. Punggunbgnya membungkuk karena menahan lapar.
Ia berkata :”Tuan aku telah merasa kesulitan, untuk mencari makanan, dan aku tak sanggup lagi untuk berjalan jauh untuk mencari makanan kecuali kepada tuan. Apakah tuan punya makanan yang bisa diberikan ke-padaku ikhlas karena Allah?”
Ya tentu ada kalau kamu bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia ke-mudian menundukkan wajah beberapa saat, ia masuk dan duduk didalam. Saat itu aku benar benar tidak mempunyai makanan yang dapat kuberikan untuknya. Maka aku segera menghidupkan api untuk memasak makanan untuknya.
Setelah masak dan makanan kuletakkan didepannya tiba-tiba aku tersadar memperoleh petunjuk Allah. Dalam hati aku berkata:”Hai rusak amat diri-ku ini, sesungguhnya perempuan ini termasuk orang yang di beri akal sedikit dan begitu pula ketaatannya pada agamanya. Ia tidak mampu men-cari mana dan sudah berulang kali merasakan betapa pedihnya kelaparan. Tetapi kamu tidak mau menahan kemaksiatan, padahal ia dapat mencegah kemaksiatan tanpa mau menyentuh makanan, jika diberikan dengan syarat”.
Kemudian aku berdoa kepada Allah : ”Wahai Allah sesungguhnya aku sekarang bertaubat kepada-MU atas segala perbuatanku. Aku berjanji tidak akan mendekati lagi kepada perempuan itu untuk bermaksiat”.
Aku dekati dia yang masih terpaku didepan makanan. Aku berkata: Sekarang makanlah, Kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan meminta persyaratan itu. Kuberikan itu hanya karena Allah”.
Begitu mendengar ucapanku itu, ia mengangkat wajahnya kelangit seraya berucap:”Wahai Allah, jika ucapannya itu benar, hindarkanlah dirinya dari api dunia dan api akhirat”. Lalu perempuan cantik itu ku biarkan menyan-tap makanan. Aku sendiri berkemas dari hadapannya untuk memadamkan api. Tanpa sengaja sebuah bara api jatuh mengenai kakiku. Ternyata tidak melepuh. Aku kembali lagi menjumpainya dengan penuh kegembiraan. Aku berkata:”Bergembiralah kamu, sesungguhnya Allah telah mengabul-kan doamu”.
Lalu Ia buang sesuap makanan yang masih ada di tangannya. Ia bersujud syukur seraya berucap : ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau te-lah memperlihatkan kepadaku apa yang kuhendaki terhadap lelaki ini. Maka cabutlah ruhku sekarang juga”. Selesai berucap begitu, perempuan cantik itu mati dalam keadaan masih bersujud. Demikianlah ceritaku, saudara”. Wallaahu a’lam

BAB 25
K I S A H

Ada seorang perempuan keluar rumah dengan tujuan untuk memperoleh pelajaran islam dari Nabi SAW bersama para sahabat lain. Di pertengahan ada seorang lelaki yang masih muda melihatnya, Ia ber-tanya:”Hai perempuan yang mulia, hendak kemana kamu?”. Ia menja-wab:”Aku hendak menghadap Rasulullah SAW untuk mendapatkan pe-ngajaran dari beliau”. Balas pemuda :”Apakah dirimu cinta benar terhadap nabi SAW?”. Ia menjawab:”Ya, Aku sangat mencintainya”. ”Kalau kamu benar-benar cinta kepada Rasulullah aku minta supaya engkau membuka cadarmu, agar aku bisa melihat wajahmu”.
Manakala anak muda itu bersumpah-sumpah demi kecintaan perempuan itu kepada Rasulullah SAW, maka perempuan itu tadi membuka cadarnya, Anak muda itu dapat melihat dengan jelas wajahnya.
Setelah kembali dari pelajaran agama, perempuan itu tadi memberi tahu pada suaminya tentang peristiwa yang di alaminya bersama seorang pemuda, ketika suaminya mendengar penuturan cerita istrinya maka hatinya bimbang:”Hal itu perlu di uji kebenarannya. Agar aku puas dan je-las persoalannya”.
Lalu suami perempuan itu membuat perapian yang sangat besar dimasukkan kedalam tungku. Tungku itu biasanya di gunakan untuk me-masak roti, yang menyerupai sebuah kentongan. Suami perempuan itu menunggu beberapa saat agar api membesar.
Ketika jilatan api telah membesar maka suaminya berkata:”Demi Kebe-naran Rasulullah SAW, masuklah kamu kedalam tungku itu!”.
Begitu istrinya mendengar suaminya bersumpah yang meminta dirinya agar masuk kedalam tungku yang membara, tanpa ragu ia masuk keda-lamnya. Ia tidak memperdulikan lagi nyawanya demi kecintaannya kepada Rasulullah SAW.
Manakala suami perempuan itu melihat isterinya benar benar masuk kedalam tungku dan lenyap di selimuti jilatan api, timbullah penyesalan di dalam hatinya. ia menyadari behwa apa yang di katakan itu benar, maka suami perempuan itu tadi menghadap Rasulullah SAW. Ia menceritakan kejadian yang berlangsung. Nabi SAW bersabda:”kembalilah. Bongkarlah tungku itu”. Ia segera kembali dan membongkar tungku itu yang masih panas, ternyata di balik tungku itu ia menemukan istrinya dalam keadaan selamat tanpa kurang suatu apapun. Hanya sekujur tubuhnya basah oleh keringatnya sendiri, bagaikan orang yang sedang mandi air panas.
Wahai Allah, Jadikanlah kebaikan kepada kami, keluarga kami, anak cucu kami dan segenap kaum muslimin. Segala puji bagi-Mu ya Allah, Tuhan semesta Alam. Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah menyem-purnakan berbagai kebaikan dengan nikmat-Nya, dan dengan anugerah-Nya kita berbahagia memperoleh sorga.
Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Kita Nabi Mu-hammad SAW, dan semoga terlimpahkan pula kapada keluarga, sahabat, dan istri-istrinya selama masih ada langit dan bumi.
Segala puji bagi Allah sendiri-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan daya dan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi lagi Besar. Cukuplah Allah menjadi penolong kita dan memberi kenikmatan kepada kita……. . Amiin

( 17 )
PENGANTAR PERKAWINAN

Tema pernikahan atau membentuk rumah tangga islami adalah masalah yang selalu hangat dibicarakan dan bahkan harus dibicarakan! Tentunya jangan hanya dibicarakan dan difikirkan tapi di laksanakan .... InsyaAllah.
Dalam Islam pernikahan mempunyai nilai yang sangat suci, agung dan sakral. Ijab kabul sebagai transaksi pernikahan merupakan ucapan yang ringan dilafalkan tapi berat sekali tanggung jawabnya. Allah sendiri menyebut ijab kabul itu sebagai ikatan yang kuat/kokoh (Mitsaqon Gholizho).
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat." (QS. 4:21).
Dalam Al-Qur an Allah hanya dua kali menggunakan istilah per-janjian yang kuat ini, pertama untuk pernikahan dan kedua untuk per-janjian dengan bani Israil (di masa Nabi Musa As): "Dan telah kami ang-kat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perin-tahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh." (QS. 4:154).
Setelah Ijab Kabul terucapkan, maka konsekwensinya:
1. Halal lah apa yang tadinya haram. Jangankan berpegang-pegangan, saling pandang-pandangan saja sebelum menikah antara 2 jenis kelamin dilarang oleh Islam. Tapi setelah ijab kabul, maka lenyaplah tabir tsb.
"Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." (QS. 2:223)
2. Terjadilah pemindahan tanggung jawab seorang wanita dari orang tua/wali ke suaminya. Sebelum menikah segala tanggung jawab seorang anak terletak di pundak Ayahnya, setelah menikah maka kewajiban tsb berpindah ke suami.
Suami harus memenuhi segala kebutuhan lahir bathin istri. Suami yang akan di minta pertanggung jawabannya di akhirat kelak bagaimana ia mendidik istri dan anak-anaknya. Seperti Hadist yang diriwayatkan oleh Hakim: Manusia yang paling besar tanggung jawabnya kepada wanita ialah suaminya.
3. Keihlasan seorang wanita dipimpin oleh suami dan taat pada suami.
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, ma-ka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesung-guhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." [QS An-Nisa' 4:34]
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW beliau bersabda, seandainya aku boleh menyuruh orang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku menyuruh seorang istri bersujud kepada suaminya. (HR Turmudzi). Dari Ummu Salamah ra. Berkata, Roaulullah bersabda: setiap istri yang me-ninggal dunia sedangkan suaminya meredhoinya, niscaya ia masuk surga (HR Turmudzi)
Pernikahan dalam rangka membentuk rumah tangga yang islami merupakan basis penting dalam perjalanan pembangunan ummat. Rumah tanga merupakan organisasi terkecil yang bisa menjadi gambaran mikro-kondisi sebuah masyarakat.Ia juga merupakan pijakan kedua setelah pembinaan individu muslim, dan wadah praktis untuk pengamalan-penga-laman syariat Islam secara berkelompok dan terorganisasi. Fungsi-fungsi dalam rumah tangga yang teratur dan terstruktur rapi disertai semangat amanah dan tanggung jawab masing-masing anggotanya akan mencip-takan kondisi yang tentram dan di ridhai Allah SWT. Jika suami sebagai qawwam (pemimpin) dan istri sebagai ribatul bait (pengatur ) rumah tangga menyadari amanat tersebut akan dipertanggung jawabkan di akhi- rat, maka kecermelangan rumah tangga yang samara (sakinah, mawaddah, rahmah) menjadi niscaya adanya..
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demi-kian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)
Mawaddah dalam ayat diatas lebih berkonotasi ke fisik, tidak hanya masalah kecantikan istri, ketampanan suami, kemolekan tubuh, tapi juga menyangkut tingkat sosial, ekonomi, pendidikan dan peradaban. Karena Islam juga memandang faktor ke-sekufu-an (selevel) merupakan salah satu faktor kebahagiaan rumah tangga.
Semakin jauh perbedaan latar belakang kesekufuan ini akan sering terjadi culture schok yang dapat menimbulkan perselisihan/percekcokan. Tapi bukan berarti Islam melarang pernikahan antar si kaya dengan si miskin. Dalam sejarah sahabat, hal ini terjadi pada kasus pernikahan sahabiyah Zainab dengan Zaid yang Allah abadikan di dalam surat Al Ahzab (33) ayat 37.
"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:"Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri ke-perluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu de-ngan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (meng-awini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak Angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi." [QS Al-Ahzab 33:37].
Sedangkan Rahmah pada surat Ar Rum 21 diatas, adalah faktor kasih sayang yang bersifat batiniyah, menyangkut kepahaman terhadap Dien (agama), keimanan, akhlak, selera dan ideologi. Dan faktor-faktor ini sangat penting.
Pilihlah yang utama berdasarkan Diennya. Seperti hadist yang telah ita sering dengar: Wanita itu dinikahi karena 4 perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan Dien nya. Maka dapatkan lah wanita yang memiliki Dien (H.R Bukhari).
Bagaimana kita "menilai" calon pasangan agar bisa diketahui apakah pas secara mawaddah dan cocok secara rahmah? .... ini yang penting yak ... :)
Saat ini masih banyak muslim melakukan taaruf (perkenalan) dalam rangka penilaian calon pasangannya itu dengan cara budaya yang non-Islami:
BERPACARAN. Mungkin dengan pacaran akan diperoleh data-data yang diperlukan, tapi karena ini bukan dari Islam, maka harus dihindari, dan biasanya dalam masa berpacaran tsb, yang ditampilkan oleh masing-masing adalah sifat ya ng baik-baiknya saja. Banyak kejadian (apalagi di Jerman) dua orang yang telah bertahun-tahun berpacaran, tapi setelah menikah beberapa saat kemudian bercerai dengan alasan tidak cocok.. Jadi bagaimana yang islami? ...... hmmmmm ..... ;)
Allah telah memberikan solusinya, dalam surat Annur ayat 32 "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 24:32).
Ayat ini dikhususkan oleh orang-orang yang telah menikah. Nikahkanlah .....berarti disini Allah sedang berbicara kepada orang-orang yang telah menikah.
Dan mereka ini merupakan mediator untuk menciptakan media taaruf yang islami. Di masa tempo doeloe, antar orang tua telah saling menpersiapkan diri untuk saling menjodohkan anak-anaknya. Pada jaman sekarang cara tersebut akan dianggap kolot, feodal dan menghalangi kebebasan. Sebenarnya ketidak cocokan ini karena adanya kesenjangan pemahaman, bila pihak orang tua maupun anak ada keterbukaan, dan anak didik oleh orang tua dengan nilai-nilai Islam sejak awal, maka anak akan percaya penuh terhadap pilihan orang tua. Selain orang tua, guru ngaji atau teman yang dapat dipercaya yang berakhlak baik dan sudah menikah dapat sebagai mediator.
Walaupun begitu Allah telah membuat katub pengaman sebagai tolok ukurnya
"Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, an laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang di tuduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga)." (QS. 24:26)
Dalam ayat diatas Allah telah memilihkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, oleh sebab itu bagi yang ingin cepat menikah, maka harus meningkatkan terus nilai keimanannya agar mendapatkan sesuai dengan kualitas dirinya. Itu janji Allah. Sekian dulu dari salah, kalau ada salah kata saya mohon ampun kepada Allah dan minta maaf pada rekan semua.

( 18 )
RUMAH TANGGA ISLAMI

Pada tazkiroh pekan lalu telah disampaikan pengantar mengenai pernikahan ditinjau oleh sudut pandang Islam. Sebelum kita meminta "me-diator" untuk mencarikan pasangan hidup kita, cobalah kita renungkan pertanyaan berikut:
Rumah tangga macam apa yang akan kita bangun? Di bawah ini ada beberapa contoh rumah tangga yang ada di sekitar kita (bisa ditambahkan lagi dan silakan dipilih mana yang cocok) :
1. RUMAH TANGGA BISNIS
Pada awal dibinanya rumah tangga ini telah dihitung-hitung berapa keuntungan materi yang akan diperoleh, bila aku menikah dengan si fulan, berapa tabunganku akan bertambah saat menikah dan setelah menikah. Apa pasanganku nanti dapat menambah hartaku atau malah akan mengurangi. Dan bila kami nanti punya anak, berapa anak yang kira-kira dapat menguntungkan usaha yang kami jalankan saat ini dst. Ru-mah tangga seperti ini banyak sekali ditemukan di negara Barat yang hanya berfikir pada materi. Allah telah berfirman:
"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang mem-peroleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (da-lam surga)." (QS. 34:37)
2. RUMAH TANGGA "BARAK"
Yang terdengar dari rumah tangga ini hanya perintah-perintah atau komando-komando layaknya jendral kepada kopralnya. Bila si kopral tidak melaksanakan atau lalai menjalankan tugas, maka konsekwen-sinya adalah hukuman, baik berupa umpatan atau bahkan pukulan. Di sini tidak ada suasana dialogis yang mesra, anggota keluarga yang ber-peran sbg kopral, selalu merasa tertekan dan takut bila ada sang jendral di rumah, dan selalu berdoa dan berharap agar sang jendral segera ber-lalu keluar rumah..
3. RUMAH TANGGA "ARENA TINJU"
Bila suami dan istri merasa memiliki derajat, kekuatan dan posisi yang setara serta pendapatnya lah yang benar dan harus terlaksana. Bila ada perbedaan dan salah faham sedikit saja, maka digelarlah "pertandingan" yang dapat berupa, baku cekcok, baku hantam atau baku UFO (piring terbang).
Masing-masing berusaha membuat KO lawannya dengan berbagai tak-tik. Tidak ada kata damai sebelum salah satunya menyerah.
4. RUMAH TANGGA ISLAMI
Didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik individu maupun seluruh anggota.
Mereka berkumpul dan mencintai karena Allah, saling menasehati ke-jalan yang maruf dan mencegah dari kemunkaran. Setiap anggota betah tinggal didalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Ru-mah tangga yang menjadi panutan dan dambaan ummat yang didalam-nya selalu ditemukan suasana sakinah, mawaddah dan rahmah.
Merupakan surga dunia, seperti yang sering kita dengar, Rasul per-nah bersabda : Baiti jannati! Rumahku adalah surgaku. Rumah yang di-maksud di sini tentunya bukan bangunan fisiknya yang bak istana dengan taman yang luas dan kolam renangnya, tapi rumah disini adalah rumah tangga "ruh" dari rumah tsb.
Apa ciri-ciri rumah tangga islami tsb :
a. DIDIRIKAN ATAS DASAR IBADAH
Rumah tangga didirikan dalam rangka ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah, walimah) sampai membina rumah tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang tidak islami. Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi-/beribadah kepada Allah, maka pernikahan ini pun harus diniatkan da-lam rangka tsb. Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh ti-dak berdasarkan Diennya (agamanya), Proses berpacaran, pemilihan hari "baik" untuk acara pernikahan, sebelum akad nikah ada acara midodareni atau mandi air kembang dan dalam acara walimahan ada upacara (adat) injak telur dan buang-buang beras (Saweran).
b. TERJADI INTERNALISASI NILAI ISLAM SECARA KAFFAH (MENYELURUH)
Dalam rumah tangga islami segala adab-adab islam dipelajari dan di-praktekan sebagai filter bagi penyakit moral di era globalisasi ini. Sua-mi bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan keislaman dari istri, dan bersama-sama menyusun program bagi pendidikan anak-anaknya. Saling tolong-menolong dan saling mengingatkan untuk me-ningkatkan kefahaman dan praktek ibadah. Oleh sebab itu suami dan istri seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang Islam.
c. TERDAPAT QUDWAH (KETELADANAN) QUDWAH (KETE-LADANAN) SUAMI ATAU ISTRI YANG DAPAT DICONTOH OLEH ANAK-ANAK
Setiap hendak keluar atau masuk rumah anggota keluarga membiasa-kan mengucapkan salam dan mencium tangan, merupakan contoh yang akan membekas pada anak-anak sehingga mereka tidak canggung me-ngucapkan salam ketika telah dewasa.
Bagaimana mungkin anak akan menegakkan sholat diawal waktu, se-mentara orang tuanya asik melihat TV pada saat azan berkumandang (ini contoh yang buruk).
Keluarga islami merupakan contoh teladan di lingkungannya, selalu nilai-nilai positif saja yang terlontar dari para tetangganya bila mem-bicarakan rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila adanya contoh-contoh yang islami dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang intensif.
d. ADANYA PEMBAGIAN TUGAS YANG SESUAI DENGAN SYARIAT
Islam memberikan hak dan kewajiban masing-masing bagi anggota ke-luarga secara tepat dan manusiawi. Seperti yang tercantumkan dalam Firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usa-hakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesung-guhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32).
Suami atau istri harus faham apa kewajiban dan haq nya, sehingga tidak terjadi pertengkaran karena masing-masing hanya menuntut hak-nya terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya. Islam telah mengatur ke-seimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami adalah haq istri, dan begitu pula sebaliknya. Kewajiban suami tidak bisa dilakukan secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.
e. TERCUKUPNYA KEBUTUHAN MATERI SECARA WAJAR
Suami harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya. Seperti yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah 233:...... Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.
f. MENGHINDARI HAL-HAL YANG TIDAK ISLAMI
Banyak kegiatan atau barang-barang yang tidak islami harus disingkir-kan dari dalam rumah, misalnya penghormatan kepada benda-benda keramat, memajang patung-patung, memasukkan ke rumah majalah/-koran/Video atau saluran internet dan TV (ini yang susah) yang tidak islami, bergambar mesum dan adegan kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu yang tidak menambah keimanan.
g. BERPERAN DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT
Keluarga islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi per-baikan masyarakat sekitarnya :
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Kita tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Betapapun taatnya keluarga tersebut terhadap norma-norma ilahiyah, apabila sekitar lingkungannya tidak mendukung, pelarutan nilai akan lebih mudah terjadi, terutama pada anak-anak.
Oleh sebab itu setiap anggota keluarga islami diharuskan memiliki semangat berdawah yang tinggi, sesuai dengan profesi utama setiap mu-slim adalah dai.
Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbangan untuk Allah SWT (ibadah ritual), untuk Keluarga (mendidik keluarga serta berceng-krama bersama istri dan anak-anak), waktu untuk ummat (mengisi cera-mah, mendatangi pengajian, menjadi pengurus mesjid, panitia kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus di-beri kesempatan untuk bekiprah di jalan dawah ini memperbaiki muslimah disekitarnya.
Bila pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu, maka tenaga untuk melakukan manuver dawah keluar akan lebih banyak, karena suami tidak perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak untuk meng-ajari istrinya. Begitu pula istri mendukung dan memperlancar tugas suami dengan ikhlas.
"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. 25:74)
Kita dapat membaca sebagai referensi rumah tangga islami yang telah di contohkan oleh Rosul SAW dan para sahabatnya.

<<<<<@>>>>>

Masih banyak yang harus kita pelajari !
Sekian dulu, semoga ada manfaatnya terutama buat diri saya yang lemah ini.
Kalau ada kata yang salah, mohon di maafkan.

……… Insya Allah bersambung ………


HESSAM’S COLLECTION
Jln.Wulung 5/a
Yogyakarta

Drs.H. Sudibya Samiyana, KDU

Tidak ada komentar: